Anda di halaman 1dari 9

IUTAM Symposium on Multiphase flows with phase change: challenge and opportunities,

Hyderabad, India (December 08 December 11, 2014)

Pembentukan alunan sedimen akibat arus turbidit erosional dan


deposisional: Sebuah kajian numerik
Gary Hoffmanna,b, Mohamad M. Nasr-Azadanib, Eckart Meiburgb.*
a

Departemen Lidar Hidrografik, Fugro Pelagos, Inc., 3574 Ruffin Rd., San Diego, CA 92123, Amerika Serikat
b
Departemen Teknik Mesin, University of California di Santa Barbara, CA 93106, Amerika Serikat

Abstrak
Hasil disajikan dari simulasi numerik langsung dua dimensional pembentukan alunan
sedimen melalui serangkaian arus turbidit erosional dan deposisional. Untuk arus yang
menyebar menuruni kelerengan, kami mengamati pembentukan alunan sedimen yang
bermigrasi ke hulu secara periodik. Kekuatan dari proses pembentukan alunan dibahas
sebagai fungsi dari parameter kendali tak berdimensi.
2015 Penulis. Dipublikasikan oleh Elsevier B.V. Dokumen ini merupakan artikel berakses terbuka dibawah lisensi CC BYNC-ND (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Diulas dibawah pertanggungjawaban Indian Institute of Technology, Hyderabad.
Kata kunci:
turbidity currents, sediment waves, numerical simulation

1.

Pengantar

Arus turbidit mewakili tingkatan khusus dari arus gravitasi di danau atau di samudera
dimana densitasnya berbeda antara arus dan fluida sekitar yang disebabkan oleh partikel
yang tersuspensi (10). Sebagai hasil dari sifat deposisional dan/atau erosionalnya, ciri
topografi yang beragam dapat terbentuk di lingkungan dasar laut (5,4), seperti kanal
meandering, tanggul, selokan, dan alunan sedimen (9.11.12.18).
Dalam studi ini fokus kami akan berada pada alunan sedimen yang besar, berstruktur
seperti bukit pasir yang terbentuk seiring waktu sebagai hasil dari deposisi/erosi yang
berbeda dari serangkaian arus turbidit. Banyak penulis sudah mempelajari alunan sedimen
yang dihasilkan dari arus turbidit di lapangan (17,7,8,6). Terlepas dari usaha stabilitas linear
baru-baru ini (9), informasi lengkap mengenai pembentukan dan pemeliharaannya sebagian
besar masih belum tersedia, sebagai contoh pada pengaruh parameter aliran pada panjang
gelombang. Meskipun banyak usaha modeling sebelumnya mempertimbangkan
pendekatan kedalaman rata-rata untuk modeling arus turbidit (7), baru-baru ini simulasi
numerik berdasarkan kedalaman dari arus turbidit sudah layak sebagai hasil dari daya
komputasi yang meningkat (1 and 16). Khususnya,16 simulasi rangkaian arus turbidit yang
menghasilkan perkembangan alunan sedimen pada sisi terlindung dari kendala awal. Disini

27

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

kami akan menyelidiki kemungkinan pertumbuhan alunan sedimen tanpa ada kendala suatu
apapun.

Fig. 1. Skema konfigurasi tukar-pintu air yang dibuat untuk menghasilkan arus turbidit yang mengalir ke bawah kelerengan.
Suspensi berdensitas p1 yang lebih berat pada awalnya dalam keadaan diam dan terpisah dari fluida sekitar berdensitas p0
yang lebih ringan. Selama pelepasan, arus turbidit susuran bawah terbentuk dan bergerak menuruni lereng. Batas padat ()
diasumsikan dapat tererosi. Maka, arusnya menyebar sepanjang permukaan bawah, partikel dapat tersuspensi kembali
menjadi fluida karena tegangan gerus yang bekerja pada perlapisan yang dapat tererosi.

Menuju ke akhir, kami akan mensimulasi arus turbidit secara dua dimensi menggunakan
simulasi numerik langsung (DNS), untuk menangkap struktur aliran apapun berkedalaman
variasi yang penting yang mungkin berkontribusi pada pembentukan alunan yang pada
awalnya berada di permukaan datar. Simulasi yang akan dibahas berikut ini meninjau
rangkaian arus turbidit yang dihasilkan dari konfigurasi tukar-pintu air yang mengalir
menuruni lereng miring (lihat figure 1).
2.

Gambaran model dan persamaan penentu

Kejadian berulang dari arus turbidit di lingkungan dasar laut mempunyai peran
penting pada pembentukan bentukan bawah laut yang beragam. Pada penyelidikan kali ini,
kami mempelajari pembentukan alunan sedimen, sebagaimana pembentukannya yang
disebabkan oleh arus turbidit merupakan minat khusus dalam studi geologi dan lingkungan.
Figure 1 menunjukkan skema susunan masalah mengenai arus. Pada waktu nol,
suspensi diam dan melibatkan partikel berukuran seragam. Kemudian, membran
dihilangkan dan sebuah arus turbidit terbentuk akibat perbedaan densitas yang diakibatkan
oleh partikel yang tersuspensi. Seiring dengan arus yang berkembang dan berpindah
menuruni permukaan miring, kami membiarkan partikel untuk mengendap diatas topografi
bagian bawah.
Arus turbidit di dalam simulasi alami dapat menimbulkan transportasi bedload
maupun suspended load. Kami fokus terhadap pengaruh dari sedimen suspended load,
berdasarkan model yang diajukan oleh2 untuk perhitungan erosi perlapisan sedimen ke
dalam aliran. Kami melakukan simulasi DNS dengan berdasar kode internal TURBINS (14).
TURBINS mempergunakan diskritisasi perbedaan terbatas dari persamaan Navier-Stoke,
beserta dengan metode proyeksi fraksional dan integrasi waktu TVD-RK3 orde tiga. Detil
numerik, validasi data, dan pembandingan dengan percobaan tersedia di 15,14, dan 13. Kami
menyajikan ringkasan singkat dari persamaan penentu berikut ini.
Perkembangan dari gerak fluida dipengaruhi oleh persamaan Navier-Stoke yang tidak
bisa disederhanakan pada perkiraan Boussinesq

28

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

dimana Re dan e8 menyatakan bilangan Reynolds dan vektor satuan yang bekerja pada arah
gravitasi, berurutan. Bilangan Reynolds pada persamaan (2) dijelaskan sebagai

dimana
menunjukkan, berurutan, kecepatan apung, tinggi pintu air, dan
kekentalan kinematik dari fluida. Pada kumpulan persamaan di atas, kami mempergunakan
kecepatan apung

dan setengah tinggi pintu air

(lihat figure 1) untuk membuat jumlah aliran tak

berdimensi. Pada persamaan (4),


menunjukkan densitas partikel bahan, densitas
fluida sekitar, dan volume awal pecahan partikel pada pintu air, berurutan. Kami menandai
bahwa tanda
menunjukkan jumlah dimensinya.
Dengan mengasumsikan tahap partikel encer, kami mempergunakan deskripsi
kontinum dari bidang terkumpulnya sedimen c(x,t) dan mengembangkannya ke dalam cara
Eulerian dengan

Maka, S c mewakili bilangan Schmidt yang berhubungan dengan difusi bidang


terkumpulnya sedimen c. Kami secara umum mempergunakan S c = 1 dan mengacu pada3
untuk pembahasan mengenai pengaruh bilangan Schmidt pada dinamika arus gravitasi.
Sebagaimana kecepatan settling tak berdimensinya berupa us, untuk ukuran partikel yang
kecil dan regime bawah bilangan Reynolds, kami mempergunakan kecepatan settling Stoke
untuk partikel membulat.
2.1. Erosi dan deposisi
Dinamika erosi sedimen skala butiran yang detil sangatlah kompleks dan belum
dipahami sepenuhnya. Untuk menangkap aspek penting dari peristiwa ini, kami
mempergunakan model dari2 yang sudah disederhanakan. Walaupun model empiris ini
tidak dapat memecahkan pergerakan turbulensi dekat batas bawah, model ini menyediakan
ruang bagi partikel masuk yang mengerosi ke dalam arus sebagai aliran difusif ( 1), yang
mana bisa menangkap dinamika sesungguhnya pada pendekatan thanalternate lebih dekat,
seperti agak berubah-ubahnya distribusi dari partikel tererosi di atas beberapa jarak grid
komputasi yang berdekatan dengan batas bawah yang dipergunakan oleh penulis lain.

29

Disini,

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

dan Es menunjukkan jarak dinding normal dan aliran erosi, berurutan. Aliran yang

tersuspensi ulang Es didefinisikan sebagai

dengan a = 1,3 x 10-7 dan Z merupakan parameter erosi.2 menetapkan nilai maksimal Es =
0,3/C0, dengan demikian bisa menjelaskan mekanisme kejenuhan erosi partikel dari
perlapisan. Berdasarkan model erosi yang diajukan oleh2, Z dalam persamaan (7)
didefinisikan sebagai

Pada persamaan (8), u* dan Rep menunjukkan kecepatan gerus tak berdimensi yang
dihitung pada dinding bawah

dan bilangan Reynold untuk partikelnya

Pada persamaan di atas, ut dan


mewakili, secara berurutan, kecepatan tangensial pada
batas bawah dan diameter partikel.
Penentuan komputasional mempergunakan ukuran saluran Lx x Ly = 40 x 3. Grid
Kartesian di sumbu x dan y secara seragam diatur dengan x = 0,0392 dan y = 0,0125.
Kami memaksakan kondisi tanpa selip dimana-mana pada batas kecuali dinding kanan
(pada x = Lx) dimana kondisi pengaliran keluar konvektif non-pantulan dari bentukan

dipergunakan. Disini, menunjukkan nilai kecepatan u maksimal pada medan, sedangkan


q merujuk pada variabel aliran apapun yang tertransport. Untuk bidang densitas c, kami
mengenakan kondisi tanpa aliran pada dinding atas.
Pintu air mempunyai dimensi Ls x H = 5 x 2 (lihat figure 1). Suspensi pada daerah
pintu air mengandung partikel membulat dengan densitas materialnya
= 3.200 kg/m 3
-5
dan diameter
= 2,5 x 10 m (lanau). Kami mengasumsikan C0 = 0,01 dimana
menghasilkan kecepatan settling tak berdimensinya setara dengan us = 0,01. Air dengan
densitas
= 1.000 kg/m3 dan kecepatan kinematiknya setara dengan
= 10-6 m2/s
diasumsikan sebagai fluida sekitar. Maka, bilangan Reynolds partikel mempunyai nilai Rep
= 0,58, cf. persamaan (10).

30

3.

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

Hasil dan pembahasan

Dalam rangka untuk memeriksa erosi pada skala makro, kami menganggap
pembentukan alunan sedimen dibawah pengaruh 10 arus turbidit yang berturutan.
3.1. Persiapan
Untuk simulasi ini, skala panjang pencirinya dipilih setengah dari panjang pintu air.
Pintu air mulanya dipasang pada landaian, dan diisi dengan sedimen seragam
berkonsentrasi 1%. Berkat metode immersed boundary yang dipergunakan di TURBINS,
tegangan gerus pada batas sedimen-fluidanya dapat dibuat model secara akurat, bahkan
perubahan skala sub-grid di geometri bagian bawah menghasilkan perubahan pada sifat
aliran. Bagaimanapun, karena TURBINS secara dinamis tidak memperbaharui geometri
bagian bawah selama simulasi, kami hanya dapat memperbaharuinya diantara rangkaian
alirannya. Juga, dalam rangka untuk memastikan jumlah massa suspensi yang terlepas di
masing-masing aliran itu sama, kami membersihkan pintu air dari sedimen apapun yang
mungkin bisa mengendap selama simulasi yang sebelumnya. Untuk masing-masing
kombinasi dari parameter masukan (kecepatan settling, ketinggian aliran, bilangan
Reynolds, dan kelerengan) kami membuat 10 model aliran yang berturutan dengan harapan
dapat menangkap migrasi atas lereng yang khas yang sudah diamati dalam banyak aspek.
Pada simulasi, tegangan gerus bagian bawah (dan juga entrainment, yang dibuat model
seproporsional tegangan gerus pada tenaga kelima) tinggi pada muka aliran dan turun pesat.
Bagaimanapun, tegangan gerusnya kemudian meningkat beberapa kali di sebelah belakang
muka aliran. Tingkah laku yang seperti ini terlihat berhubungan dengan pembentukan
ketidakstabilan Kelvin-Helm pada tampilan muka bagian atas dari aliran (lihat figure 2).
Simulasi baseline kami yang dilakukan dengan Re = 2.000, us = 0,01, dan kelerengan =
0,04 (lihat figure 3). Pada seri aliran, beberapa bentukan alunan bermigrasi atas lereng
mulanya berkembang pada landaian. Dua lokasi secara signifikan erosif: bagian atas lereng
dan sekitar setengah jalan ke lereng bagian bawah. Sekarang kami membandingkan kasus
baseline ini dengan yang lain, di setiap dimana satu parameter berubah sementara yang lain
tetap konstan.
3.2. Efek Re dengan us dan kelerengan yang konstan
Meningkatnya bilangan Reynolds dari 2.000 ke 3.000 sangat mengurangi
perkembangan alunan sedimen pada lereng (lihat figure 4). Kami menduga bahwa
penyebab utamanya adalah karena meningkatnya bilangan Reynolds yang berdampak pada
skala panjang penciri efektif yang semakin besar (jika kekentalan, gravitasi dll tetap
konstan), dan juga diameter partikel efektif yang semakin lebar. Seiring dengan bilangan
Reynolds yang naik, dengan semua parameter tetap sama, erosi akan berkurang.

31

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

Fig. 2. Perkembangan sementara dari aliran baseline dengan Re = 2.000, us= 0,01, dan kelerengan = 0,04. Warna hitam dan
putih sesuai dengan konsentrasi partikel c = 1 dan c = 0. Berdekatan dengan permukaan bagian bawah lereng, konsentrasi
dapat melampaui nilai 1 karena resuspensi dari partikelnya.

Fig. 3. Profil endapan dari 10 aliran berturutan dengan Re = 2.000, us = 0,01, dan kelerengan = 0,04.

32

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

Fig. 4. Profil endapan dari 10 aliran berturutan dengan Re = 3.000, us = 0,01, dan kelerengan = 0,04.

Fig. 5. Profil endapan dari 10 aliran berturutan dengan Re = 2.000, us = 0,02, dan kelerengan = 0,04.

3.3. Efek us dengan Re dan kelerengan yang konstan


Sama halnya, peningkatan kecepatan settling sedimen mempunyai efek pengurangan
yang besar pada perkembangan alunan sedimen (lihat figure 5). Pada kasus ini, kami
melipatduakan kecepatan settling dari us = 0,01 menjadi us = 0,02, dimana juga
menunjukkan peningkatan diameter partikel, dan juga penurunan kemmpuan aliran untuk
meng-entrain sedimen ke dalam lajur air. Lebih-lebih, kedua simulasi ini dan simulasi
dengan Re = 3.000 menghasilkan perkembangan ketidakstabilan Kelvin-Helmholtz pada
permukaan bagian atas dari aliran.
3.4. Efek kelerengan dengan Re dan us yang konstan
Di akhir, mengurangi setengah kelerengan dari 0,04 menjadi 0,02 mempunyai efek
kecil pada perkembangan alunan sedimen pada lereng (lihat figure 6). Beberapa pasang
bentuka alunan migrasi atas lereng masih berkembang. Perbedaan utama antara set simulasi
ini dengan kasus baseline yaitu bahwa disini aliran tidak lagi mengerosi bersih manapun di
lereng. Jadi penurunan energi potensial dan percepatan gravitasi dari fluida sedimen yang
terbeban menghasilkan sedikit penurunan pada potensi erosifnya, tetapi tidak cukup untuk
mengurangi perkembangan dari bentukan alunan. Secara keseluruhan, terlihat bahwa

33

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

pemahaman yang lebih baik mengenai erosi pada skala mikro sangatlah penting terhadap
pemahaman nyata mengenai erosi pada skala makro, dan juga untuk pemahaman terhadap
kejadian sedimentasi yang bergantung sekali terhadap erosi, seperti alunan sedimen yang
dihasilkan oleh arus turbidit.
Penghargaan
Penulis dengan rasa terima kasih menghargai dukungan hibah NSF dari OCE-1061300.
Pustaka
1.

F. Blanchette, M. Strauss, E. Meiburg, B. Kneller, and M. E. Glinsky. High-resolution numerical simulations of


resuspending gravity currents: Conditions for self-sustainment. Journal of Geophysical Research,
110(C12):C120C122, 2005.

2.

M. Garcia and G. Parker. Experiments on the entrainment of sediment into suspension by a dense bottom current.
Journal of Geophysical Research, 98(3):47934807, 1993.

3.

C. H artel, F. Carlsson, and M. Thunblom. Analysis and direct numerical simulation of the flow at a gravitycurrent head. Part 2. The lobe-and-cleftinstability. Journal of Fluid Mechanics, 418:213229, 2000.

4.

B. Kneller and C. Buckee. The structure and fluid mechanics of turbidity currents: a review of some recent studies
and their geological implications. Sedimentology, 47(s1):6294, 2000.

5.

B. Kneller and W. D. McCaffrey. Depositional effects of flow nonuniformity and stratification within turbidity
currents approaching a boundingslope; deflection, reflection, and facies variation. Journal oF Sedimentary
Research, 69(5):980991, 1999.

6.

S. Kostic. Modeling of submarine cyclic steps: Controls on their formation, migration, and architecture.
Geosphere, 7(2):294304, 2011.

7.

Y. Kubo and T. Nakajima. Laboratory experiments and numerical simulation of sediment-wave formation by
turbidity currents. Marine Geology, 192(1):105121, 2002.

8.

H. J. Lee, J. P. Syvitski, G. Parker, D. Orange, J. Locat, E. Hutton, and J. Imran. Distinguishing sediment waves
from slope failure deposits: field examples, including the humboldt slide, and modelling results. Marine Geology,
192(1):79104, 2002.

9.

L. Lesshafft, B. Hall, E. Meiburg, and B. Kneller. Deep-water sediment wave formation: linear stability analysis
of coupled flow/bed interaction. Journal of Fluid Mechanics, 680(1):435458, 2011.

10. E. Meiburg and B. Kneller. Turbidity currents and their deposits. Annual Review of Fluid Mechanics, 42(1):135
156, 2010.
11. S. Migeon, B. Savoye, E. Zanella, T. Mulder, J. C. Faug` eres, and O. Weber. Detailed seismic-reflection and
sedimentary study of turbidite sedimentwaves on the Var Sedimentary Ridge (SE France): significance for
sediment transport and deposition and for the mechanisms of sediment-wave construction. Marine and Petroleum
Geology, 18(2):179208, 2001.
12. T. Nakajima and M. Satoh. The formation of large mudwaves by turbidity currents on the levees of the Toyama
deep-sea channel, Japan Sea. Sedimentology, 48(2):435463, 2001.
13. M. M. Nasr-Azadani, B. Hall, and E. Meiburg. Polydisperse turbidity currents propagating over complex
topography: Comparison of experimental and depth-resolved simulation results.Computers&Geosciences,
53(0):141153, 2013.
14. M. M. Nasr-Azadani and E. Meiburg. TURBINS: An immersed boundary, Navier-Stokes code for the simulation
of gravity and turbidity currents interacting with complex topographies.Computers&Fluids, 45(1):1428, 2011.
15. F. Necker, C. H artel, L. Kleiser, and E. Meiburg. High-resolution simulations of particle-driven gravity currents.
InternationalJournal of Multiphase Flow, 28(2):279300, 2002.
16. M. Strauss and M. E. Glinsky. Turbidity current flow over an erodible obstacle and phases of sediment wave
generation. Journal of Geophysical Research, 117(C6):C06007, 2012.

34

Gary Hoffmann et al. / Procedia IUTAM 15 ( 2015 ) 26 33

17. R. B. Wynn, D. G. Masson, D. A. V. Stow, and P. P. E. Weaver. Turbidity current sediment waves on the
submarine slopes of the western Canary Islands.Marine Geology, 163(1-4):185198, 2000.
18. R. B. Wynn and D. A. V. Stow. Classification and characterisation of deep-water sediment waves.Marine Geology,
192(1-3):722, 2002.
19. R. B. Wynn, G. Weaver, P. P. E. Ercilla, D. A. V. Stow, and D. G. Masson. Sedimentary processes in the Selvage
sediment-wave field, NE Atlantic: new insights into the formation of sediment waves by turbidity
currents.Sedimentology, 47(6):11811197, 2000.

Anda mungkin juga menyukai