Divisi Geokimia, Pusat Riset dan Pengembangan Petrobras (CENPES), Rio de Janeiro, RJ, Brazil
d
Badan Survey Geologi Amerika Serikat, Pusat Federasi Denver, Denver, CO, USA
e
f
Abstrak: Metana merupakan sumber gas rumah kaca dan energi yang penting yang
dihasilkan dominannya oleh metanogen pada temperatur rendah dan melalui
penghancuran molekul organik pada temperatur tinggi. Bagaimanapun, temperatur
pembentukan metana di alam seringnya terbatas. Kami mengukur temperatur
pembentukan metana termogenik dan biogenik menggunakan sebuah teknik
clumped isotope. Gas termogenik dihasilkan dengan temperatur pembentukan
antara 157-221oC, di dalam angka jendela gas, gas biogenik dihasilkan dengan
temperatur pembentukan yang konsisten dengan temperatur pembentukan
rendahnya yang sudah diketahui (<50oC). Pada sistem dimana gas sudah bermigrasi
dan proxy lain dari temperatur pembentukan gas mencapai hasil yang ambigu,
temperatur metana yang terclump isotopnya terbedakan dan memungkinkan untuk
uji independen terhadap model pembentukan gas yang dimungkinkan.
CH3D dan 12CH2D2, relatif terhadap distribusi isotop acak melalui parameter 18
(20). Untuk sistem yang setimbang secara isotopik, nilai 18 merupakan fungsi
dari temperatur, tergantung hanya pada komposisi isotop metana, dan makanya
dapat digunakan untuk menghitung temperatur pembentukan metana (Fig. 1A;
19, 20, 21). Hal ini tidak jelas dalam pekerjaan ini apa arti dari temperatur
berdasarkan 18 pada sampel alami, sebagian karena model konvensional
Nama : Agung Bachtiyar Maskur
NIM : 111.140.049
Kelas : A
reservoar yang lebih dingin (3). Kami mencatat bahwa beberapa batuan induk
di cekungan Potiguar dekat dengan dimana sampel diambil sudah mengalami
temperatur penimbunan yang cukup untuk mencapai reflektasi vitrinit sebesar
2,7%, di dalam kisaran teramati dari batuan induk gas pada Haynesville dan
Marcellus Shale (1,7 3,1%; Tabel S3) dan konsisten dengan temperatur tinggi
(>150-160oC; 2-4) zona gas kering dimana minyak diduga retak menjadi gas (3).
Maka, temperatur 18 dari metana di cekungan Potiguar (157 221oC) tidak
cocok dengan sejarah termal dari beberapa batuan induk di kawasan ini. Sebagai
tambahan, suatu korelasi yang positif hadir antara temperatur 18 dan nilai 13C
(32) pada gas di cekungan Potiguar (Fig. 2; nilai-p=0,008) dengan slope, 5,3oCl
(2,2; l), dengan kesalahan beberapa estimasi teoritis, 8,8 oCl (20, 23).
Hubungan ini diperkirakan karena adanya metana yang dihasilkan lebih awal
terbentuk pada temperatur yang lebih rendah dengan nilai 13C yag rendah
dibanding dengan metana yang terbentuk belakangan pada temperatur tinggi (2,
3, 15, 23). Sampel cekungan Potiguar mengangkat masalah bahwa pencampuran
gas dengan nilai 13C dan D yang berbeda dapat menghasilkan nilai 18 yang
tidak sesederhana berbobot rerata dari endmember (19, 20). Bagaimanapun,
pada kasus yang spesifik ini (dan pada gas serpih), nilai 13C dan D tidak
mencakup kisaran yang cukup besar bagi pencampuran antara sampel untuk
dihasilkan di dalam temperatur berdasarkan 18 yang berbeda (dengan
ketidakpastian analitik) dari temperatur pembentukan rata-rata yang
sesungguhnya dari pencampuran (Fig. S2; 20).
Data yang didiskusikan di atas konsisten dengan interpolasi bahwa nilai
18 dari metana termogenik mencerminkan kesetimbangan isotop pada
temperatur pembentukan metana dan bahwa temperatur tertutup di atas
dimana nilai 18 dapat dengan bebasnya menjadi setimbang kembali adalah
~>200oC di lingkungan geologi karena: (i) metana yang dihasilkan dari
eksperimen menghasilkan nilai 18 di dalam kesalahan dari temperatur
Nama : Agung Bachtiyar Maskur
NIM : 111.140.049
Kelas : A
pembentukan (Fig. 1A). (ii) Semua temperatur 18 dari sampel alami adalah
temperatur pembentukan yang masuk akal secara geologi (1-4, 10). (iii)
Temperatur 18 serpih Haynesville masih di dalam ketidakpastian dari
temperatur penimbunan maksimum saat ini dan yang dimodelkan (Fig. 1A, B).
(iv) Temperatur 18 serpih Haynesville dan Marcellus berada di dalam
kesalahan temperatur pembentukan gas yang dimodelkan secara tersendiri. (v)
Temperatur 18 serpih Haynesville dan Marcellus saling tumpang tindih
meskipun ada beda pada sejarah termal masing-masing sistem (Serpih Marcellus
didinginkan pada > 100oC setelah pembentukan gas). Hal ini tidak diharapkan
jika temperatur 18 mewakili temperatur tertutup dan makanya diatur kembali
selama pendinginan batuan induk. Dan (vi), temperatur 18 cekungan Potiguar
dan nilai 13Cnya positif berhubungan (Fig. 2), dengan slope di dalam kesalahan
prediksi teoritis.
Dengan kecocokan antara temperatur 18 metana serpih Haynesville
dan Marcellus dan temperatur pembentukan yang dimodelkan menjelaskan
bahwa model pembentukan gas yang relatif sederhana itu akurat ketika sejarah
termal batuan induknya terbatas. Temperatur pembentukan gas di cekungan
Potiguar merupakan tantangan untuk membatasi dengan model tertentu karena
adanya migrasi gas, yang membuat susah untuk dipahami bagaimana lokasi dan
waktu pembentukan gasnya. Sebelumnya, gas-gas ini diinterpretasikan bahwa
terbentuk bersamaan dengan minyak (30) dan di bawah ~160 oC (2-4).
Ketidakcocokan antara data kami dengan interpretasi yang sudah dipublikasi
menginspirasi kami untuk menguji cakupan model pembentukan gas (20) dari
sampel cekungan Potiguar (Fig.3). Semua model yang ditampilkan umum
digunakan dan dibatasi oleh data kimia gas yang mirip (20); bagaimanapun
banyak ketidaksetujuan satu sama lain dan bersama dalam memprediksi kisaran
lebih dari 170oC pada pembentukan gas (Fig.3). Temperatur 18 memungkinkan
model-model ini untuk secara independen dievaluasi, menolak beberapa
Nama : Agung Bachtiyar Maskur
NIM : 111.140.049
Kelas : A
pada
cekungan
Potiguar
mengindikasikan
bahwa
lingkungan
demikian,
pengukuran
kami
pada
metaa
biogenik
alami
berdasar
18
sebagai
temperatur
pembentukan
adalah
benar,
ini