Contoh: Alat ukur sudut yang digunakan: skala-teodolit Wild 716 dengan
metode repetisi.
Alat penyipat ruang: T16 - 69383
Tempat peletakan alat ukur sudut: Menara X
Tanggal: 16-6-61; sedikit berkabut; yang membaca: Kzl
Dalam hal pengamatan terhadap s jurusan dalam n seri maka salah menengah
untuk satu pengamatan adalah:
dan kemudian kesalahan rata-rata kuadratis oleh n seri pada jurusan sasaran
yang sudah di-rata-rata-kan kita hitung seperti berikut;
Pada perhitungan kesalahan v kita tentukan pertama v dari tiap-tiap seri dengan v'
= rata-rata seluruh dikurangi dengan rata-rata seri. Karena sasaran pertama (v'0: 0)
juga tidak mungkin teliti betul kita mengoreksinya dengan perbaikan serinya yang
negatif. Pada seri pertama dapat kita tentukan:
Dengan nilai ini kita koreksi semua v'. sebagai kontrol kita perhatikan, bahwa
jumlah [v] = 0. Dari nilai v kita dapat menghitung v 2 = [vv]. Kemudian pada
contoh ini dapat kita tentukan:
Dan selanjutnya:
sebagai kelalaian rata-rata kuadratis dari 4 seri pada jurusan sasaran yang sudah
di-rata-rata-kan.
-Metode dengan mengukur sektor-sektor
PENGUKURAN JARAK
Pengukuran jarak dapat dilakukan secara optis:
Pada pengukuran jarak secara optis dapat kita tentukan suatu jarak atas dasar
sudut paralaktis dan suatu rambu dasar. Kita membaginya atas dua cara. Cara
pertama menggunakan sudut paralaktis tertentu dan kita membaca nilai pada
mistar-dasar pada sasaran. Cara kedua menggunakan suatu rambu-dasar dengan
panjang tertentu dan kita mengukur sudut paraltis. Rambu dasar bisa diletakkan
secara horisontal atau vertikal. Pengukuran jarak secara optis pada saat ini sudah
agak jarang digunakan karena adanya cara elektronis (misalnya Wild Distomat Dl
35 atau Wild Dl 10 Distomat).
- Penggunaan rambu yang vertical
Asas Reichenbach
Asas
Reichenbach didasarkan atas sudut paralaktis yang ditentukan. Sudut ini
ditentukan oleh dua benang stadia menurut Reichenbach yang diets pada pelat
kaca dengan benang-silang, seperti terlihat pada gambar 7l di atas. Benang stadia
atas dan bawah memotong sebagian rambu ukur sepanjang L. Jikalau garis bidik
horisontal menurut gambar 71 kita dapat menentukan syarat berikut:
(3)
Jarak horisontal yang dicari kemudian menjadi proyeksi jarak miring D' oleh
sudut dan dapat ditentukan seperti berikut:
D = D' . cos = 100. L. cos2
(4)
(6)
Beda tinggi antara titik A dan titik B (H) kemudian kita tentukan sebagai:
H = + 1 + Ah - z = h + (1 - z).
dengan i tingginya alat ukur sudut dan z tingginya sasaran. Untuk perhitungan ini
(reduksi untuk menentukan jarak horisontal dan penentuan beda tinggi) dapat kita
gunakan tabel tachimetri atau mistar hitung tachimetri yang rnenentukan D dan
h atas dasar sudut dan pembacaan rambu ukur L.
DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.