Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat, dan
sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan
vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga
terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler
merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya
kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400
ml/menit. Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor
larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada
dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat
menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk
menjamin
efektifitas
proses
dialisis
dan
keselamatan.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih besar
mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan memindahkan lebih
banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih kecil, khususnya dalam tingkat
aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis dialisator memiliki permukaan membran area
sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500
ml/min. KoA yang dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan
maksimum dari dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik tingkat
alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis adalah konsep
fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous (tidak ada geseran
dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan tertentu, mengalir secara
stasioner, dan tidak termampatkan (incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan
yang
sama
besarnya
(kontinuitas).
Hemodialisis mempunyai beberapa keuntungan,diantaranya sebagai berikut :
1.
Tidak
ada
nyeri/sakit
selama
prosedur.
2. Dilaksanakan secara santai, pasien bisa sambil makan/nonton TV, baca buku dll.
3. Hemodialisis sebagai terapi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
memperpanjang usia.Namun, tindakan itu tak bebas risiko. Selain kesiapan tenaga
kesehatan di unit dialisis untuk mengatasi komplikasi, kesiapan pasien secara psikologis
dan dukungan keluarga berperan penting dalam keberhasilan hemodialisis.
4. Hemodialisis dapat sedini mungkin menghambat progresivitas penyakit. Yaitu, jika
pengeluaran kreatinin 9-14 ml/menit/1,73 m2, baik pada penderita diabetes maupun
nondiabetes. Hemodialisis bisa dimulai lebih awal pada pasien malnutrisi, pasien mengalami
kelebihan cairan tubuh, penurunan kesadaran, kejang, radang kandung jantung,
hiperkalemia (meningginya kadar kalium darah), serta asidosis metabolik berulang. Kreatinin
adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi
dengan
normal.
5. Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik
6. Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal karena sumbatan batu yang akan
menjalani operasi dan pasien yang menunggu cangkok ginjal.
Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis adalah konsep fluida
bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous (tidak ada geseran dalam),
keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan
tidak termampatkan (incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan yang sama
besarnya (kontinuitas).
Secara matematis, ada tiga teorema fluida bergerak yang digunakan,yaitu :
1.
Hukum Kontinuitas
1 A1 1 = 2 A2 2
dimana,
= massa jenis fluida (kg/m)
A = luas permukaan penampang (m)
= kecepatan fluida (m/s)
2.
Hukum Bernoulli
P + + gh = konstan
dimana,
P = tekanan (Pa)
= massa jenis fluida (kg/m)
Hukum Poiseuille
V = (r) (P1 P2)
t
8L
dimana,
V = volume (m)
t = waktu (s)
= 3,14
r = jari-jari pembuluh (m)
P = tekanan (Pa)
= viskousitas = 0,003 0,004 Pa (untuk darah)
L = panjang pembuluh (m)
Keduanya memiliki sistem kerja sesuai dengan hukum fisika yaitu evaporasi dan
konversi/perpindahan energi.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Soedarto, Herriyadi. 1982. Gagal Ginjal Akut. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran
Universitas Padjajaran.
Tipler, Paul. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Kompres Hangat
Kompres hangat bekerja dengan menggunakan sistem evaporasi, evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair [contohnya air] dengan
spontan menjadi gas [contohnya uap air]. Ketika kompres diletakkan pada bagian
tubuh [kulit] maka pori-pori akan terbuka sehingga panas tubuh akan keluar dari
sana bersamaan dengan keringat, untuk itu pada pemberian kompres hangan
harus lebih banyak minum . Juga jangan menggunakan pakaian yang terlalu
tebal karena proses evaporasi tidak berjalan dengan baik. Cara ini akan
mengeluarkan panas tubuh memindahkannya ke lingkungan luar, atur juga
ventilasi ruangan agar tidak terlalu panas.
Kompres Dingin
Kompres dingin menganut sistem Konversi/perpindahan energi, kompres dingin
yang bersuhu lebih rendah ketika ditempelkan ke kulit diharapkan terjadi
perpindahan suhu dingin dari kompres ke tubuh sehingga suhu tubuh menjadi
turun. Dengan kompres dingin minum banyak air tetap diberlakukan. Pada
kondisi demam air sangat dibutuhkan untuk membantu menurunkan suhu tubuh,
membuang
panas
lewat
urine
[kencing]
dan
keringat.