Oleh :
AHMAD.J
C 12111615
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkat, rahmat, pengetahuan,
serta hidayah-Nya penulis dapat merampungkan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi merupakan buah dari suatu proses yang relatif panjang, menyita
segenap tenaga waktu dan pikiran.
Akhirnya dengan waktu yang telah diberikan penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul, Pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan
skor tes orientasi dan amnesia galveston (toag) pada pasien post traumatik
amnesia (pta) di ruang bedah saraf rs. dr. wahidin sudirohusodo makassar
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, Sp.B,Sp.BO. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Bapak Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Dr.Werna Nontji, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran universitas Hasanuddin Makassar.
DAFTAR ISI
Halaman judul
..............................................................................................
ii
vi
Abstrak ..........................................................................................................
iv
Daftar Tabel....................................................................................................
xii
Daftar Lampiran..............................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................
...................................................................................
2. Etiologi
3. Klasifikasi ...................................................................................
18
7. Prognosis ..................................................................................... 18
............................................................................ 34
............................................................................ 34
C. Populasi
dan
Sampel
1. Populasi
................................................................................... 34
2. Sampel ...................................................................................... 35
3. Estimasi Besar Sampel ............................................................. 36
D. Alur Penelitian ................................................................................... 37
E. Variabel Penelitian
...
38
I. Etika Penelitian 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ...................................................................................... 45
B. Pembahasan ....................................................................................... 49
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 60
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik umur di Rumah
Sakit
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
tahun
2012.. 45
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin di
Rumah
Sakit
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
tahun
2012
........................ 45
Tabel 3 Distribusi rata-rata responden berdasarkan skor GCS di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo tahun 2012 .............................................
46
Tabel 4 Distribusi Rata-Rata Responden berdasarkan Skor TOAG sebelum dan
setelah dilakukan intervensi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
tahun
2012................................................................................................. 46
Tabel 5 Distribusi rata-rata responden berdasarkan lama pasca trauma di Rumah
Sakit
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
tahun
2013................................................. 47
Tabel 6 Analisis Perbedaan Skor TOAG sebelum dan setelah dilakukan intervensi
di Rumah Sakit
Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun
2013....................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Klasik
(TOAG)
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Saraf
ABSTRAK
Ahmad J, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan Skor Tes
Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG) pada Pasien Post Traumatik
Amnesia (PTA) di Ruang Bedah Saraf RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Dibimbing oleh Abd.Madjid dan Syahrul Ningrat.
Latar Belakang dan Tujuan : Di Indonesia cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian utama setelah Strok, Tuberkolosis dan Hipertensi,Salah satu
gejala sisa dari penderita cedera kepala adalah amnesia. Salah satu instrument yang
dapat digunakan untuk mengukur tingkat amnesia adalah dengan menggunakan
Skor Tes Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG pada
PTA (Post traumatic Amnesia).
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Experiment
dengan tehnik one group pre test-psot test design. Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 30 orang, sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah non
probality sampling dengan teknik consecutive sampling. Uji yang digunakan
adalah Wicoxon.
Hasil : Terapi musik yang diberikan pada pasien PTA ternyata memberikan
pengaruh yang sangat significant. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
skor TOAG setelah intervensi sebesar 12,44. Uji Wilcoxon memberikan gambaran
bahwa responden mengalami peningkatan skor TOAG pada 22 orang (7 3%).
Sedangkan hanya sebagian kecil responden saja yang tidak mengalami perubahan
yaitu 8 orang (27%) peningkatan rata-rata skor TOAG setelah intervensi sebesar
12,44 dan menunjukkan nilai p= 0,000.
Kesimpulan dan Saran : Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan
skor TOAG (Test Orientasi Amnesia Galveston) pada PTA (Post traumatic
Amnesia) di Ruang Bedah Saraf RS.Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penelitian
selanjutnya sebaiknya menilai efek terapi musik dengan menilai kadar endorpin
dalam darah, sehingga dapat diyakini secara kuat bahwa penyebab perbaikan nilai
skor TOAG benar-benar akibat produksi endorpin yang memperbaiki memori.
Kata Kunci : Terapi musik, Cedera Kepala, TOAG, PTA.
Kepustakaan : 72 (1996-2012)
ABSTRACT
Ahmad J, The influence of classic music therapy concerning the alteration of
Galveston Orientation and Amnesia Test (GOAT) to the Post Traumatic
Amnesia (PTA) Patient, Neurosurgery room, Dr. Wahidin Sudirohusodo
Hospital, Makassar. Guided by Abd.Madjid and Syahrul Ningrat.
Background and purpose: In Indonesia brain Injury is one of the biggest causes
of the mortality after stroke, Tuberculosis, and Hypertension. One of the residue
symptom of the brain injury sufferer is amnesia. The instrument that we can used
to know the amnesia grade is Galveston Orientation and Amnesia Test (GOAT).
The purpose of this research is to know the influence of music therapy concerning
the alteration of GOAT to the Post Traumatic Amnesia (PTA) Patient.
Method: This research used Quasi Experiment plan with one group pretest-posttest
design technique. Chosen sample was 43 people which were selected by
nonprobability sampling with consecutive sampling. Data were analyzed by
using Wilcoxon test.
Result: The Wilcoxon test showed that there were existence of significance GOAT
score for 22 people (73%). While only a small percentage of respondents who did
not change that 8 people (27%). The increase of the average GOAT score of 12.44
after intervention and demonstrate the value of p = 0.000.
Conclusions and Recommendations: There is a classical music therapeutic
effects to the change of GOAT score in PTA at the Neurosurgery RS.Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Next studies should assess the effects of music therapy by assessing
the levels of endorphins in the blood, thus strongly believed that the cause of the
improvement TOAG score really due to the production of endorphins that improve
memory.
Key Word : Music therapy, Brain injury, GOAT, PTA
Literature : 72 (1996-2012)
` BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala (traumatic brain injury) merupakan salah satu kasus yang
paling sering dijumpai pada kasus kecelakaan. Cedera kepala didefinisikan
sebagai ruda paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat distansi
cerebral sementara. Cedera kepala adalah suatu cedera yang mengenai daerah
kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita, 2001)
Di Amerika serikat kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Jumlah tersebut 10% meninggal sebelum tiba di rumah
sakit , sedangkan pengelompokan cedera kepala masih dapat dijumpai di rumah
sakit 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan, 10% termasuk cedera
kepala sedang, 10% sisanya cedera kepala berat. Insiden cedera kepala terutama
terjadi pada usia produktif antara 15-44 tahun. (Irwana 2009).
Di Indonesia sendiri cedera kepala merupakan salah satu penyebab
kematian utama setelah Strok, Tuberkolosis dan Hipertensi (DEPKES RI 2009).
Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera akibat jatuh dan kecelakaan lalulintas,
salah satunya adalah kepala yaitu 6.036 (13%) dari 45.987 orang yang mengalami
cedera jatuh dan 4.089 (19.6%) dari 20.289 orang yang mengalami kecelakaan
lalulintas (RISKESDAS, 2007).
kesadaran juga
berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari good recovery sedangkan
PTA yang berlangsung telah dari 14 hari adalah prediktif untuk distabilitas sedang
sampai berat. ( Silvia 2008). Salah satu instrument yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat amnesia adalah dengan menggunakan Teso Orientasi dan Amnesia
Galveston (TOAG). (King, dkk, 1997), Penelitian yang dilakukan oleh silvia &
souse 2007, menegaskan bahwa instrument dari TOAG ini dapat diterapkan ketika
nilai skor GCS 12-15.
Perubahan memori pada pasca trauma seperti terjadinya amnesia tersebut
kemungkinan dapat diperbaiki melalui terapi musik. Seperti penelitian yang
dilakuakan oleh Lerik & Prawitasari (2005) yang meneliti sekelompok mahasiswa
yang mengalami depresi. Hasilnya, musik sebagai media terapi mampu
menurunkan tingkat depresi setelah pelaksanaan satu bulan. Musik yang dipakai
pun dalam menurunkan gangguan neurotik, salah satunya kecemasan, dapat
bermacam-macam. Musik yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian
adalah musik dengan tempo yang lebih lambat (Rachmawati, 2005). Musik dengan
tempo lambat tersebut dapat ditemukan dalam semua genre, salah satunya adalah
musik klasik.
B. RumusanMasalah
Salah satu gejala sisa dari penderita cedera kepala adalah amnesia.
Dimana jika masalah amnesia ini terus berlanjut maka akan berdampak terhadap
kehidupan sehari-hari misalnya salah dalam mengenali anggota keluarga. Dalam
menilai hal tersebut skor TOAG merupakan salah satu instrument yang dapat
digunakan dalam menilai tingkat amnesia pada pasien PTA. Sehubungan dengan
latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui, apakah ada
pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG pada pasien Post
Traumatic Amnesia?
C. TujuanPenelitian
1.TujuanUmum
Menganalisa pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG (Test
Orientasi Amnesia Galveston) pada PTA (Post traumatic Amnesia).
2. TujuanKhusus
a. Untuk mengidentifikasi skor TOAG pada PTA sebelum diberi terapi musik
klasik.
b. Untuk mengidentifikasi skor TOAG pada PTA setelah diberi terapi musik
klasik.
c.
Untuk melihat perbedaan skor TOAG sebelum dan setelah diberikan terapi
musik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan
sebagai tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca bahwa
terapi musik klasik berpengaruh terhadap perubahan skor TOAG pada penderita
post traumatic amnesia.
2. Manfaat Institusi
Sebagai referensi tambahan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
perubahan skor TOAG melalui pemberian terapi musik dalam melakukan
asuhan keperawatan klien Post Traumatic Amnesia.
3. Manfaat bagi peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan tambahan wawasan, pengalaman,
dan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya pemberian terapi musik klasik
terhadap pasien Post Traumatic Amnesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kepala selain cedera superfisial pada wajah (National Institute for Health
and Clinical Excellence, 2007)
2. Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah : kecelakaan lalu lintas, jatuh,
kecelakaan industri, kecelakaan olah raga dan luka pada persalinan
(Widagdo dkk,2008). Pada umumnya cedera kepala merupakan akibat salah
satu atau kombinasi dari dua mekanisme dasar yaitu kontak bentur dan
guncangan lanjut. Cedera kontak bentur terjadi bila kepala membentur atau
menabrak sesuatu objek atau sebaliknya, sedangkan cedera guncangan lanjut
yang sering kali dikenal sebagai cedera akselerasi deselerasi, merupakan
akibat peristiwa guncangan kepala yang hebat, baik yang disebabkan oleh
pukulan maupun bukan karena pukulan (Satyanegara,2010).
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan nilai GCS, cedera kepala diklasifikasikan menjadi :
1) Cedera Kepala Ringan
Dewantoro (2009), mengemukakan bahwa cedera kepala
disebut ringan jika GCS > 13, tidak terdapat kelainan pada CT scan
otak, tidak memerlukan tindakan operasi, dan lama pasien dirawat di
rumah sakit < 48 jam. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Bernard
(2006) bahwa pasien cedera kepala ringan memiliki nilai GCS 14-15.
2) Cedera Kepala Sedang
Institute of Trauma and Injury Management (2011) menjelaskan
bahwa trauma kapitis sedang memiliki nilai GCS 9-13, terdapat sekitar
30-50% abnormalitas pada CT scan, membutuhkan sekitar 30-50 kali
tanda-tanda
lanjut
peningkatan
TIK
seperti
yang
(2009)
mengemukakan
bahwa
perdarahan
pecahnya
pembuluh
darah
arteri,
kapiler,
vena
(2010)
menyatakan
penanganannya
mencakup
h) Therapy meliputi, obat anti nyeri non narkotik, toksoid pada luka
terbuka, penderita dapat diobservasi selama 12 24 jam di Rumah
Sakit
b. Cedera kepala sedang
Untuk pasien dengan trauma kapitis sedang, penatalaksanaan yang
dapat dilakukan antara lain periksa dan atasi gangguan jalan nafas,
sirkulasi, fiksasi leher dan patah tulang ekstremitas, dan CT scan kepala
bila curiga adanya hematom intracranial, Japardi (2002).satyanegara
(2010) juga menambahkan pada tingkat ini semua kasus mempunyai
indkasi untuk dirawat. Selama hari pertama perawatan di rumah sakit perlu
dilakukan pemeriksaan neurologis setiap setengah jam sekali, sedangkan
follow up sken tomografi komputer otak pada hari ke-3 atau bila ada
perburukan neurologis.
Kurniawan (2011) juga menjelaskan, penatalaksanaan pasien cedera
kepala sedang meliputi:
1) Tindakan di unit gawat darurat meliputi :
a) Anamnese singkat
b) Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum pemeriksaan
neulorogis
c) Pemeriksaan CT scan
2) Penderita harus dirawat untuk diobservasi
3) Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat bila :
a) Status neulologis membaik
(wait
and
see)
di
sini
dapat
berakibat
fatal
hyeprveltilasi
mengoreksi sementara
dilakukan
secara
hati-hati
untuk
b)
c)
d)
6. Komplikasi
a. Kebocoran cairan Serebrospinal, akibat fraktor pada Fossa anterior dekat
sinus frontal atau dari fraktor tengkorak bagian petrous dari tulang
temporol.
b. Kejang pasca trauma dapat terjadi secara (dalam 24 jam pertama) dini
(minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
c. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatik pada rangkai
hipofisis menyebabkan penghentian sekresi hormon antideuretik. Hudak
& Gallo ( 1996 )
7. Prognosis
Grace & Borley (2006) juga menyatakan hal yang tidak jauh
berbeda. Menurutnya, prognosis berhubungan dengan derajat kesadaran saat
pasien tiba di rumah sakit.
Tabel 1. Tingkat Mortalitas Berkaitan dengan GCS
Mortalitas
15
1%
8-12
5%
<8
40%
hippocampal
formation
(gyrus
dentatus,
hipokampus,
Nilai
Respon Verbal
Orientasi orang, tempat dan waktu
Berbicara
tetapi
tidak
sepenuhnya
5
dapat
dimengerti
mengikuti perintah
Menarik
dari
ransangan
dengan
tangan
difleksikan
poin yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan.
Skor yang mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat
diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-turut.
Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan kapasitas dari
mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang dari tes ini
percaya bahwa tes ini sesuai bagi seseorang pasien untuk memulai pemeriksaan
kognitf ketika skor 75 atau lebih dicapai pada tes ini yang mengindikasikan
pasien tidak confusion dan disorientasi lagi. (Frey dkk, 2007).
Tes TOAG diciptakan Levins dan kawan-kawan untuk menentukan
apakah penderita trauma kepala sudah pulih daya mengingatnya. Tes ini terdiri
atas pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab pasien.
Skor TOAG ditentukan = 100 jumlah skor kesalahan yang dibuat.
Penilaian hasil :
: 65 atau kurang
azon
neuron
secara
difus
mempersarafi
neoporteks.
belajar musik setelah usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia
tujuh tahun.
Gilman dan Newman (dikutip dalam sirait, 2006) mengemukakan
bahwa plannum temporale adalah bagian otak yang banyak berperan
dalam proses verbal dan pendengaran, sedangakan corpus callosum
berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri kesbelah kanan
dan sebaliknya.
Pada dasarnya otak manusia memiliki dua bagian besar, yaitu otak
kiri dan otak kanan. Pada beberapa penelitian mengatakan bhawa
kemampuan musikal seseorang berpusat pda belahan otak kanan,
namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang
tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui
corpus callosum ke belahan otak kiri. Akibatnya kemampuan tersebut
berpengaruh pada perkembangan linguistic seseorang (guyton dan hall,
2008).
Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio
menemukan data bahwa harmoni, melodi, dan ritme memiliki
perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang
otak yang sama pada otak kiri maupun otak kanan, sedangkan harmoni
dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun secara
keseluruhan, musik melibatkan hamper seluruh bagian otak. (Sirait,
2006).
Dr. Gottfried Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa otak
seorang laki-laki musisi memiliki cerebellum (otak kecil) 5% lebih
besar dibandingkan yang bukan musisi. Oleh dasar teori tersebut telah
memberikan pengertian bahwea latihan musik memberikan dampak
tertentu pada proses perkembangan otak (Sirait, 2006).
3. Musik dan produksi hormon
Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa
hipothalamus mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas,
denyut jantung, tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid,
hormon adrenal korteks, hormon seks, bahkan dapat mengotrol seluruh
metabolisme tubuh kita. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan
luteinizing hormon (LH) pada saat mendengarkan musik. Adalah suatu
hormon sex yang merangsang pematangan sel telur (Sirait, 2006).
Penelitian lain oleh satiadarma (dikutip dalam sirait, 2006)
dilakukan dengan cara mengukur suhu kulit menggunakan alat Galvanic
Skin Response (GSR). Pada saat subyek penelitian mendengarkan musik
hingar-bingar, maka suhu kulit lebih rendah dari suhu basal (suhu normal
inidividu tersebut tanpa musik). Sebaliknya, ketika musik lembut
diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari biasanya. Hal ini menunjukkan
suatu hormon stress yang dilepaskan oleh otak yaitu adrenalin yang
membuat vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah. Pada kondisi
stress, adrenalin banyak dikeluarkan dan pembuluh darah kulit
bervasokontriksi, sehingga suhu kulit menurun. Kesimpulannya adalah
jenis musik hingar bingar dapat menyebabkan efek stress, sedangkan musik
lembut memiliki efek menenangkan.
complementary
medicine
yang
dapt
digunakan
untuk
(2006)
menyebutkan
bahwa
terapi
musik
adalah
musik
untuk
relaksasi,
mempercepat
penyembuhan,
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kelana (2011) menjelaskan bahwa kerangka konsep penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah
yang akan diteliti.. Secara rinci kerangka konsep pengaruh terapi musik klasik
terhadap perubahan skor TOAG pada pasien PTA adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
Terapi Musik Klasik
Variabel Dependen
Variabel Dependen
Variabel Confounding
-
Letak Perdarahan
Lama Pasca Trauma
GCS
Ket :
Variabel yang diteliti
Variabel Moderat
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG pada
pasien Post Traumatic Amnesia di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo.
BAB IV
METODE PENELITIAN
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Experiment dimana teknik yang
digunakan adalah one group pre test-psot test design. (Kelana, 2011).
Prestest
Kelompok Eksperimen
01
Perlakuan
Postest
02
03
Keterangan:
01: Pengukuran skor TOAG sebelum diberikan terapi musik.
X: Pemberian perlakuan terapi musik pada pasien PTA.
02: Pengukuran skor TOAG setelah diberikan terapi musik.
03: Perbandingan skor TOAG dan setelah diberikan terapi musik.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang bedah saraf Lontara III RSUP
Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Desember 2012
E. Populasi Sampel Penelitian
1. Populasi
Hidayat (2007) mengemukakan bahwa populasi merupakan seluruh
subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pasca trauma di ruang
bedah saraf Lontara III RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Sampel
Kelana (2011) menyatakan bahwa sampel penelitian sebagai unit
yang lebih kecil lagi adalah individu yang merupakan bagian dari populasi
terjangkau dimana peneliti langsung melakukan pengumpulan data atau
melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Sampling yang dipakai
dalam penelitian ini adalah non probality sampling dengan teknik
consecutive sampling yaitu teknik yang tidak memberikan kesempatan
yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan
menentukan sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien post traumatic amnesia.
2) Pasien rawat jalan maupun rawat inap.
3) Usia > 17 tahun dan dibawah <65 tahun.
4) Pasien dengan GCS 12-15.
b. Kriteria Eksklusi
1) Menjalani riwayat, perawatan atau pengobatan pada alat-alat
pendengaran.
2) Nilai GCS Menrurun dibawah 12.
3) Responden yang berhenti ditengah-tengah ketika penelitian
berlangsung.
c. Sampel
2.N.P.Q
d2.(n-1)+ 2.p.q
S = 5t
S=
2.N.P.Q
d .(n-1)+ 2.p.q
S=
12.40.0,5.0,5
0.052(40-1)+12.0,05.0,05
S=
10
0.0975+0,25
S = 29 Responden
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diperoleh adalah 30
responden.
F. Alur Penelitian
Adapun alaur penelitian dari populasi terjangkau hingga hasil penyajian
data, kesimpulan dapat dilihat sebagai berikut:
Persetujuan judul penelitian
Izin pengambilan data awal
Penyusunan dan pengajuan proposal
Izin penelitian
Menentukan Populasi: pasien Post Traumatic Amnesia
Pengumpulan sampel yang dipenuhi kriteria inklusi &
eksklusi
Pemberian penjelasan & kesediannya melalui surat persetujuan responden
Pengukuran skor TOAG (pre test) pada kedua kelompok penelitian
G. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terikat (saryono, 2008). Adapun variabel bebas
vbdalam penelitian ini adalah terapi musik.
b. Variabel Terikat (Dependent)
Notoatmojo (2005) mengatakan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah skor TOAG pasien PTA.
H. Definisi Operasional dan kriteria Objektif
1. Terapi Musik yaitu memperdengarkan musik pada pasien PTA
menggunakan headphones yang disambungkan dengan Mp3 dengan
volume maksimal 80 persen, adapun musik yang diperdengarkan adalah
musik klasik dengan durasi 15 menit dengan frekuensi 1 kali sehari,
diberikan minimal selama 3. Skor TOAG diukur hari pertama dan hari
ketiga.
2. Tes TOAG adalah tes orientasi yang dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, kemudian penilaiannya terdiri dari sejumlah poin
yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan.
Skor yang mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga. Kriteria
obyektif penilain skor TOAG meliputi skor 1-100.
3. Prosedur
a. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
1.
Alat:
Kepekaan telinga manusia normal terhadap intensitas bunyi
memiliki dua ambang, yaitu ambang pendengaran dan ambang rasa
sakit. Bunyi dengan intensitas di bawah ambang pendengaran tidak
dapat didengar. Intensitas ambang pendengaran bergantung pada
frekuensi yang dipancarkan oleh sumber bunyi. Frekuensi yang
dapat didengar oleh telinga manusia normal adalah antara 20 Hz
sampai dengan 2000 Hz. Di luar batas frekuensi tersebut , anda
tidak dapat mendengarnya. Pemutar musik digital pada volume
optimal atau maksimal (intensitas sekitar 100 desibel), telinga
hanya boleh terpapar maksimal 5 menit per hari, pada volume 90
persen (90 desibel) hanya boleh terpapar selama 18 menit, pada
volume 80 persen (80 desibel), hanya boleh 1 ,2 jam dosis
maksimal per hari. dan, pada volume 70 persen (70 desibel), hanya
boleh sekitar 4 ,6 jam maksimal per hari.(Dicky, 2006)
Sesuai dengan petunjuk diatas penelitian ini akan menggunakan
alat pemutar musik media player four (Mp4) dan headset telinga
tertutup penuh dengan sensitivitas maksimal volume 80 persen (80
dB) dan frekuensi 20-20.000 Hz selama 15 menit perhari.
2. Bahan
Musik yang digunakan adalah jenis aliran musik klasik.
(Rahmawati, 2005), menjelaskan bahwa gelombang suara musik
yang dihantarkan ke otak berupa energi listrik melalui jaringan
syaraf akan membangkitkan gelombang otak yang dibedakan atas
fekuensi alfa, beta, theta, dan delta.
4. Penatalaksanaan
a. Dilakukan pengukuran awal pada hari pertama (pre test) skor TOAG
pada pasien PTA.
b. Setelah
skor
TOAG
didapatkan
kelompok
perlakuan
mulai
sebelum
mendengarkan
diberikan
instruksi
kemudian
diperdengarkan musik (15 menit) dimana durasi waktu ini dengan jenis
musik klasik yang diulang selama durasi tersebut.
c. Pada hari kedua masih diberikan perlakuan yaitu terapi musik klasik
selama 15 menit.
d. Pada hari ketiga masih diberikan perlakuan yaitu terapi musik selama
15 menit kemudian dilakukan pengukuran skor TOAG.
e. Selajutnya pada hari keempat dan kelima masih diberikan terapi musik
klasik selama 15 menit dan pada hari kelima dilakukan pengukuran
akhir skor TOAG.
I. Pengelolaan dan Analisa Data
1. Teknik pengelolaan data
a. Koding
b. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel
independen dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan
menggunakan program komputer.
J. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes Orientasi Amnesia Galveston (TOAG)
Tes TOAG adalah paling banyak di gunakan diantara beberapa
penilaian PTA yang tersedia sekarang. Tes ini penilaiannya pendek dan
mudah di gunakan. Tes ini Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang
ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan.
Skor TOAG ditentukan 100 dikurang dengan jumlah skor kesalahan
yang dibuat. Skor yang mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga.
Pengarang dari tes ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seseorang pasien
untuk memulai pemeriksaan kognitf ketika skor 75 atau lebih dicapai pada
tes ini yang mengindikasikan pasien tidak confusion dan disorientasi lagi.
2. Glosgow Coma Scale (GCS)
Standar baku yang digunakan untuk menilai derajat kesadaran
pasien trauma kapitis dan reaksinya terhadap rangsangan. GCS terdiri dari
tiga kategori penilaian yaitu respon membuka mata, respon verbal, dan
respon motorik. Respon membuka mata memiliki skor maksimum 4, respon
verbal memiliki skor maksimum 5, dan respon motorik memiliki skor
maksimum 6. Skor minimum untuk ketiga kategori penilaian adalah 1. Nilai
GCS diperoleh dari penjumlahan skor untuk ketiga kategori penilaian
tersebut sehingga skor GCS maksimum yang dapat diperoleh adalah 15 dan
skor minimum yang dapat diperoleh adalah 3.
K. Etika Penelitian
Dalam
melakukan
penelitian,
peneliti
memandang
perlu
adanya
rekomendasi dari pihak intitusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan
izin kepada kepada isntansi tempat penelitian dalam hal ini RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian. (Hidayat, 2007).
1. Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden dengan memberikan kode tertentu.
2. Confindentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
3. Justice (keadilan)
Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan dan hak subyek untuk
mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah
berpartisipasi dalam penelitian. Responden juga dapat mengundurkan diri
jika merasa keberatan walaupun ketika penelitian sedang berlangsung.
4. Beneficiance (Keuntungan)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.
5. Respect for Person (Penghormatan terhadap Manusia), mencakup 2 (dua)
pertimbangan etik fundamental yaitu :
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan hasil dan pembahasan tentang pengaruh
pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG (Test Orientasi
Amnesia Galveston) pada PTA (Post traumatic Amnesia) di Ruang Bedah Saraf
RS.Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
dengan metode quasi eksperimental design : one group pre test and post test
design.
A. Hasil
1. Analisa univariat
a. Umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2012 (n=30)
Kategori Umur
Jumlah (f)
Persentase (%)
Remaja Awal 12-16
10
15
50
20
10
Lansia Akhir 60
b. Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Kerdasarkan karakteristik Jenis
Kelamin di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun
2012. (n=30)
Jenis kelamin
Jumlah (f)
Persentase (%)
25
5
30
83,3
16,7
100
Laki-laki
Perempuan
Total
Mean
Median
SD
Min-Maks
Skor GCS
14,47
15
0,819
13 15
Mean
Median
SD
Min-Maks
Skor TOAGpre
57,53
62,5
19,29
6 85
Skor TOAGpost
69,97
75
19,5
15 93
Tabel 5.
Distribusi rata-rata responden berdasarkan lama pasca trauma di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2013 (n=30)
Variabel
Mean
Median
SD
15,77
9,5
20,74
MinMaks
4 90
Pretest
23
3
4
Postest
12
5
13
2. Analisa Bivariat
a.
*Uji Wilcoxon
Nilai rata-rata skor TOAG pretest (57,53) berbeda dengan nilai rata-rata
skor TOAG postest (69,97) dengan selisih mean yaitu 12,44.
b.
Borderline
23
Postest
12
*Uji Marginal Homogeneity
13
Pretest
Normal
p
0,000
pengaruh yang sangat significan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
skor TOAG setelah intervensi sebesar 12,44. Responden
mengalami
cedera kepala berat jika amnesia cedera kepala lebih dari 7 hari. Dari penelitian
ini diperoleh hasil bahwa durasi yang lebih dari 14 hari memprediksi outcome
yang kurang baik, disabilitas sedang terlihat pada durasi amnesia pasca trauma
lebih dari 7 hari. Kebanyakan pasien dengan good recovery memiliki durasi
amnesia pasca trauma antara 1 sampai 7 hari dan kebanyakan pasien dengan
disabilitas sedang memiliki durasi amnesia pasca trauma lebih dari 14 hari (
Asrini Silvia,2008).
Hasil analisa peneliti, berapapun umur seseorang bila peristiwa trauma
kepala terjadi, berat ringannya amnesia yang dialami sangat tergantung dari
beratnya kerusakan atau cedera yang dialami serta lokasi pada daerah otak yang
mengalami cedera. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Midawati (2011) di Makassar tentang Analisis Gambaran Amnesia
Pada
dan volume
Hematom (EDH) dan Intra Cerebral Hematom (ICH) Frontal. Jika dilihat pada
kasus tersebut bahwa perdarahan yang disebabkkan oleh rupturnya pembuluh
darah arteri akan mengakibatkan perdarahan yang massif sehingga volume
perdarahan akan semakin meningkat.
Volume perdarahan yang meningkat hingga mencapai sekitar 50 cc
akan menimbulkan manifestasi gangguan neurologis antara lain kesadaran
menurun, herniasi yang menekan batang otak sehingga kesadaran semakin
menurun (Wahjoepramono, 2005). Pereira et. al. (2005) menyatakan bahwa
hematoma yang semakin membesar akan mendorong seluruh isi otak ke arah
yang berlawanan akan menyebabkan peningkatan TIK. Selanjutnya akan
timbul tanda-tanda lanjut peningkatan TIK seperti yang dikemukakan oleh
Phillips & Fujii (2005) antara lain penurunan derajat kesadaran, hipertensi,
muntah, gangguan tanda-tanda vital, dan gangguan fungsi pernapasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dederianty 2011 tentang Pengaruh
Operasi Trepanasi Terhadap Perubahan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS),
Status Kardiovaskular, dan Status Respirasi Pasien Trauma Kapitis Di RSUP
Dr Wahidin Sudirohusodo menemukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tindakan Trepanasi dengan nilai GCS. Pada penelitian ini
score GCS saat dilakukan pengukuran Tes TOAG 25 orang diantaranya
memiliki nilai score GCS 15 ( normal/composmentis), 8 orang yang memiliki
nilai score GCS 14, sedangkan 1 orang yang memiliki nilai score GCS 13 dan
1 orang yang meiliki nilai score GCS.
Penelitian serupa dilakukan oleh Cristina Silvia dan Cardoso Marcia R,
2007 tentang Penerapan dan hubungan GCS dengan Galveston Orientasi dan
Uji Amnesia menyimpulkan bahwa GCS yang kurang dari 12 tidak dapat
diterapkan pada penilian GOAT. Pengukuran tes Galveston dapat dilakukan
pada pasien yang memiliki GCS lebih dari 12 namun hasil penilaian GOAT
menghasilkan skor dibawah 75.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa nilai GCS yang
kurang dari atau sama dengan 12, memiliki skor TOAG 35 dari skor normal 75
100 hal ini berarti pada responden tersebut terjadi amnesia. Hal serupa
dialami oleh responden yang memiliki nilai score GCS 13, dari hasil
pengukuran tes TOAG responden ini memperoleh nilai 55 dari skor normal 75
100 hal ini berarti responden tersebut juga mengalami amnesia sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai Score GCS bukan satu-satunya yang mempengaruhi
terjadinya amnesia pasca trauma.
Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Dederianty 2011 memperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan nilai GCS yang bermakna antara nilai GCS preoperasi dan nilai GCS hari kelima post-operasi. Hasil ini juga diperkuat oleh
rerata nilai GCS yang mengalami peningkatan pada periode post-operasi
dibandingkan dengan pre-operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kumar et al. (2009) yang menemukan bahwa terjadi
peningkatan rerata nilai GCS pada pasien traumatik basal ganglia hemoragi.
Hasil ini diperoleh dengan membandingkan nilai GCS yang diukur saat pertama
kali pasien tiba di rumah sakit dengan nilai GCS saat pasien akan keluar dari
rumah sakit.
Menurut Satyanegara 2010, istilah kesadaran mengandung 2 komponen
fisiologis, yaitu content (isi kesadaran) dan arousal (keadaan bangun) di mana
(dikutip
dalam
American
musik
terapi,
2006)
2.
memberikan
efek
relaksasi
yang
dapat
menstimulasi
hormon
dan
ingat dan hubungan sosial. Terapi musik adalah penggunaan musik untuk
relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan
menciptakan rasa sejahtera.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Rohmah (2011) yang
menggunakan musik klasik sebagai terapi dalam menangani kecemasan,
hasilnya menunjukkan bahwa dengan mendengarkan musik klasik dapat secara
efektif menurunkan kecemasan matematika siswa. Ada perbedaan tingkat
kecemasan matematika yang signifikan antara sebelum perlakuan (pretest) dan
sesudah perlakuan (posttest) pada siswa. Siswa yang belajar matematika
dengan mendengarkan musik klasik mengalami penurunan skor kecemasan
matematika.Terapi
musik
merupakan
salah
satu
terapi
yang
dapat
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada Penelitian ini, peneliti tidak mengidentifikasi volume, letak dan luas
perdarahan, sehingga analisis yang lebih detail tentang efek yang paling
dominan yang mengakibatkan amnesia pada kasus pasca trauma belum
dapat dipastikan.
2. Jumlah sampel pada penelitian ini masih kurang, hanya sekitar 30 orang
responden yang dilibatkan pada penelitian ini, hal ini diakibatkan karena
ada beberapa pasien yang memiliki medical record yang tidak lengkap yang
dibutuhkan sebagai data awal seperti GCS saat Trauma.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG (Test
Orientasi Amnesia Galveston) pada PTA (Post traumatic Amnesia) di Ruang
Bedah Saraf RS.Dr. Wahidin Sudirohusodo.
B. Saran
a. Bagi Instansi Pelayanan agar menggunakan terapi komplementer musik
klasik terapi musik klasik terhadap perubahan skor TOAG (Test Orientasi
Amnesia Galveston) pada PTA (Post traumatic Amnesia).
b. Bagi Institudi Pendidikan diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan
kesehatan tentang pengaruh mendengarkan terapi musik klasik
untuk
DAFTAR PUSTAKA
American Music Therapy Association. (2006). Music Therapy in the treatment and
Management
of
Paint.
Diakses
tanggal
20
April
2012
(http://www.musictherapy.orgfactshets.pain.pdf).
Baker. (2009). Music Therapy for the Pediatric Patient Experiencing Agitation
During Post Traumatic Amnesia, Diakses tanggal 2 Januari 2013,
(http://mmd.sagepub.com/content/4/3/146.short)
Batticaca, B. Fransisca. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika, Jakarta.
Bedong MA. (2001) Cedera Jaringan Otak : Pengenalan dan Kemungkinan
Penatalaksanaannya. Diakses tanggal 20 April 2012.
: (http://www.tempo.ci.id/medica/arsip/052001/sek-1.htm)
Bernard, S. (2006). Paramedic intubation of patients with severe head injury:
review of current Australian practice and recommendations for change,
Emergency Medicine Australasia, vol. 18, p. 221-228
Bradt, et all. (2010) Music therapy for acquired brain injury, diakses tanggal 2
Januari 2013 ,
(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD006787.pub2/abstr
act)
Brotons and Koger, (2000), Music therapy for dementia sympomts, Diakses tanggal
5 Januari 2013, (www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10908486)
Medical
Center,
diakses
tanggal
(http://www.umm.edu/ency/article/000781.htm)
18
April
2012,
(2000).
Basic
Neurology
3rd
ed.
New
York.
eprints.undip.ac.id/29352/8/.pdf
Greenwood, R. (1997). Value of Recording Duration of Post-traumatic Amnesia.
The
Lancet,
Journal.
Diakses
tanggal
19
Mei
2012.
(http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS01406736%2805%2962288-X/fulltext)
Greer, S. (2003). The Effect of Music on Pain Perception. Diakses tanggal 1 Mei
2012. (http://hubel.sfasu.edu/courseinfo/SLO3/musictherapy.htm)
Grace, P. & Borley, N. (2006). At a glance : Ilmu bedah. Edisi 3. Erlangga :
Jakarta.
Guyton, A and Hall, E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Hammond J. (2009). Towards a dynamic systems model of developmental
coordination
disorder.
Diakses
tanggal
April
URL:http://www.awch.org.au/2005%20con/poster _Hammond.pdf.
2012:
Harsono (1999), Buku Ajar Neurologi klinis.Edisi pertama. Penerbit Gajah Mada
University Press
Heller, J. (2010). Head injury - All information, University of Maryland Medical
Center,
diakses
tanggal
Mei
2012,
(http://www.umm.edu/ency/article/000028.htm)
Hidayat. (2007). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Galang Press. Jogjakarta.
Hudak and Gallo, (1996). Keperawatan Kritis Edisi VI. EGC. JakartA.
Iankova, A. (2005). The glasgow coma scale clinical application in emergency
departments, Emergency Nurse, vol. 14, p. 30-35.
Institute of Trauma and Injury Management. (2011). Classification of head
injuries,
NSW
Government,
diakses
tanggal
12
Mei
2012,
(http://www.itim.nsw.gov.au/wiki/Classification_of_head_injuries)
Isachsan and Berger, (2012). Music therapy of alzeimer, Diakses tanggal 3 januari
2013, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0165017301000674)
Japardi, I. (2002). Penatalaksanaan cedera kepala akut, USU Digital Library,
diakses tanggal 23 April 2012, (http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi37%20.pdf)
Kelana, KD. (2011). Metodologi Statistik Penelitian Keperawatan. TIM. Jakarta
Kikuchi,
Hirokazu,
et
MechanismUnderlying
all.
(2009).
Dissociative
Memory
Amnesia.
Repression:
In
Journal
Brain
of
Lerik, M.D.C. & Prawitasari, J.E. (2005). Pengaruh Terapi Musik terhadap
Depresidi antara Mahasiswa. Jurnal Sosiosains. 18 (7) Juli: P:200 219.
Levin, H.S. (1997). Memory Dysfunction After Head Injury. In : Feinberg, T.E,
Farah M.J. (eds). Behavioral Neurology and Neuropsychology. McGraw-Hill
Companies. United States of Amerika
Mardjono, M. & Sidharta, P. (2008). Neurologi klinis dasar. Edisi 12. Dian Rakyat
: Jakarta.
Markam, S., Atmadja, D.S., Budijanto, A. (1999). Cedera Tertutup Kepala ,
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
McPhee, S. & Papadakis, M. (2008). Current medical diagnosis & treatment.
Forty-seventh edition. McGraw Hill.
Midawati. (2011). Analisis gambaran amnesia pada pasien pasca cedera kepala
di ruang perawatan lontara iii bedah saraf rsup dr wahidin sudirohusodo.
Makassar
Musliha (2010).,Keperawatan Gawat Darurat. Penerbit numed. Yoyakarta.
National Institute for Health and Clinical Excellence. (2007). Head injury: triage,
assessment, investigation and early management of head injury in infants,
children and adults (NICE clinical guideline 56). MidCity Place : London.
National Center for Injury Prevention and Control, (2007). Traumatic Brain Injury.
Center for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 15 April 2012.
http://www.cdc.gov/ncipc/factsheets/tbi.htm.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
(http://belibisa17.com/2009/05/25/cedera-kepala/)
Pereira, C., et all. (2005). Frontal epidural haematoma : analysis of 30 cases, The
Internet Journal of Emergency Medicine, vol. 2(2).
Plaha, P., Malhotra. Heuer & Whitfield, P. (2008). Management of chronic
subdural haematoma, ACNR, vol. 8(5), p. 12-15.
Phillips, B. & Fujii, T. (2005). Traumatic brain injury : a review, The Internet
Journal of Surgery, vol. 6(1).
Pramono, A. (2006). Manajemen anestesi pada pasien operasi craniotomi anak
dengan cedera kepala sedang, Mutiara Medika, vol. 6(1), p. 55-68
Price, S. & Wilson, L. (2005). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. EGC : Jakarta
Rachmawati, Y. (2005). Musik sebagai Pembentuk Budi Pekerti. Yogyakarta:
Panduan.
Riset Kesehatan Dasar (2007), diakses pada tanggal
9 April 2012,
(http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=13&keyIdHead=10)
Santhanam, R., et all (2007). Intensive care management of head injury patients
without routine intracranial pressure monitoring, Neurology India, vol. 55(4,
p. 349-354
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia Press. Jakarta.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6415/1/15432.pdf)
Sirait, S.A.P, (2006). Efek musik pada tubuh manusia. Diakses tanggal 5 Mei 2012.
(http://gema.sabda.org/efek_musik_ pada_tubuh_manusia)
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Susanti, D & Rohmah, F. (2011). Efektivitas Musik Klasik Dalam Menurunkan
kecemasan Matematika (Math Anxiety) Pada Siswa Kelas Xi. Diakses tanggal
7 Juli 2012:
(www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/237)
Suriadi & Yuliani. (2001) Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi I. CV Sagung
Seto, Jakarta.
Wahjepramono, (2005). Severe brain atrophy in moderate alzeimers disesase,.
Diakses tanggal 5 Januari 2013,
(med.unhas.ac.id/jurnal/attachments/article/82/lk2-%20endo.pdf)
Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. EGC : Jakarta.
diakses
tanggal
30
(http://www.umm.edu/ency/article/000781.htm)
April
2012,
1.
Valid
30
Missing
Mean
14.47
Median
15.00
Mode
15
Std. Deviation
.819
Minimum
13
Maximum
15
GCS
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
13
20.0
20.0
20.0
14
13.3
13.3
33.3
15
20
66.7
66.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Std. Deviation
Pre Test
57.53
30
19.290
3.522
Post Test
69.97
30
19.500
3.560
Wilcoxon:
Statistics
Pre Test
N
Valid
Post Test
30
30
Mean
57.53
69.97
Median
62.50
75.00
65
65
19.290
19.500
Minimum
15
Maximum
85
93
Missing
Mode
Std. Deviation
Ranks
N
Post Test - Pre Test
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
22b
11.50
253.00
Ties
8c
Total
30
-4.114a
.000
Statistics
Lama Pasca Trauma
N
Valid
30
Missing
Mean
15.77
Median
9.50
7a
Mode
Std. Deviation
20.741
Minimum
Maximum
90
Percent
Valid Percent
Percent
3.3
3.3
3.3
13.3
13.3
16.7
16.7
16.7
33.3
6.7
6.7
40.0
10.0
10.0
50.0
10
3.3
3.3
53.3
11
3.3
3.3
56.7
12
16.7
16.7
73.3
13
3.3
3.3
76.7
17
3.3
3.3
80.0
19
3.3
3.3
83.3
20
6.7
6.7
90.0
21
3.3
3.3
93.3
90
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
Missing
Percent
trans_pretest
30
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
30
100.0%
Descriptives
Statistic
Mean
Std. Error
1.7147
Lower Bound
1.6231
Mean
Upper Bound
1.8063
5% Trimmed Mean
1.7475
Median
1.7959
Variance
.04479
.060
Std. Deviation
.24532
Minimum
.78
Maximum
1.93
Range
1.15
Interquartile Range
.08
Skewness
Kurtosis
-2.556
.427
7.150
.833
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
trans_pretest
.316
df
Shapiro-Wilk
Sig.
30
.000
Statistic
.677
df
Sig.
30
.000
Postest
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
Trnas_post
30
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
30
100.0%
Descriptives
Statistic
Mean
Std. Error
1.8172
Lower Bound
1.7489
Mean
Upper Bound
1.8855
5% Trimmed Mean
1.8409
Median
1.8751
Variance
.03338
.033
Std. Deviation
.18285
Minimum
1.18
Maximum
1.97
Range
.79
Interquartile Range
.11
Skewness
Kurtosis
-2.422
.427
5.730
.833
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Trnas_post
df
.282
Shapiro-Wilk
Sig.
30
.000
Statistic
.674
df
Sig.
30
.000
3
14
Observed MH Statistic
16.000
Mean MH Statistic
27.000
Std. Deviation of MH
3.082
Statistic
Std. MH Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
-3.569
.000
AHMAD.J
C12111615
DAFTAR ISI
Halaman judul
..............................................................................................
ii
Prosedur Penelitian ..
Informed Konsen ..
Lembar Evaluasi
PROSEDUR PENELITIAN
5. Terapi Musik yaitu memperdengarkan musik pada pasien PTA
menggunakan headphones yang disambungkan dengan Mp4 dengan
volume maksimal 15, adapun musik yang diperdengarkan adalah musik
klasik dengan durasi 15 menit dengan frekuensi 1 kali sehari, diberikan
minimal selama 3 hari dan maksimal 6 hari.
6. Tes TOAG adalah tes orientasi yang dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, kemudian penilaiannya terdiri dari sejumlah poin
yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan.
Skor yang mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga.
a. Kriteria obyektif penilain skor TOAG meliputi skor 1-100.
7. Prosedur
b. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
3.
Alat:
Terapi ini menggunakan alat pemutar musik media player
four (Mp4) dengan volume maksimal 15 dan headset telinga
tertutup penuh dengan sensitivitas 96 dB dan frekuensi 20-20.000
Hz.
4. Bahan
\
8. Penatalaksanaan
f. Dilakukan pengukuran awal pada hari pertama (pre test) skor TOAG
pada pasien PTA.
g. Setelah
skor
TOAG
didapatkan
kelompok
perlakuan
mulai
sebelum
mendengarkan
diberikan
instruksi
kemudian
diperdengarkan musik (15 menit) dimana durasi waktu ini dengan jenis
musik klasik yang diulang selama durasi tersebut.
h. Pada hari kedua masih diberikan perlakuan yaitu terapi musik klasik
selama 15 menit.
i. Pada hari ketiga masih diberikan perlakuan yaitu terapi musik selama
15 menit kemudian dilakukan pengukuran skor TOAG.
j. Selajutnya pada hari keempat dan kelima masih diberikan terapi musik
klasik selama 15 menit dan pada hari kelima dilakukan pengukuran
akhir skor TOAG.
:
:
Umur
Jenis Kelamin
kesalahan
-2
-4
-4
-5
Keterangan
Salah,tak dapat
saat ini?
Dimana anda berada pada saat
-5
ini?
3.Pada tanggal berapa anda
RS
-5
-5
sini?
4.Apa peristiwa yang anda ingat
-5
setelah cedera?
Cukup menjawab di
-5
-5
-5
-5
-5
Maximal -5
Maksimal -5
Maksimal -15
Maksimal -30
Total
Kesalahan:
: 65 atau kurang
LEMBAR EVALUASI
No. Responden :
Hari
Pengujian 1
Skor
TOAG