Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perawatan paliatif merupakan perawatan dalam keadaan dimana pengaruh intervensi


tidak cukup berarti untuk dapat menghasilkan perubahan yang bermakna dalam survival,
namun mempunyai dampak yang bermakna dalam perbaikan keluhan yang berkaitan
dengan tumornya, dan dimana rasio toxicity intervensi jelas berkiblat ke keluhan paliasi.
Pada fase terminal atau disebut juga sebagai end of life care, merupakan : perawatan aktif
dan total dari penderita yang penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan
kuratif. Dapat dinyatakan sebagai transisi dari gravely ill but fighting death to terminally
ill and seeking peace. (Margono, 2014)
Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi
bagi pasien yang sakit untuk sembuh. Tahap-tahap emosional menjelang ajal dibagi dalam
5 tahap kesedihan yaitu : (1) Menolak/Denial : Pada fase ini pasien tidak menerima
keadaan yang sebenarnya terjadi dan menunjukkan reaksi menolak ex/ No, not me. It
cant be true Kenapa ini harus terjadi pada saya? ; (2) Marah/Anger : Kemarahan
terjadi karena kondisi pasien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah
diperbuatnya sehinnga menggagalkan cita-citanya ex/ "Mengapa Tuhan telah memberikan
cobaan seperti ini kepada saya? (3) Menawar/Bargaining: Pada tahap ini kemarahan
biasanya mereda dan pasien malah menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang
terjadi di dalam dirinya, di lain waktu mereka akan menggunakan sesuatu yang berharga
sebagai tawar menawar dengan harapan untuk memperpanjang kehidupan mereka.
Seseorang tidak dapat menerima untuk menghadapi sesuatu yang telah terjadi tidak dapat
1

dibatalkan/ditunda. Perundingan jarang memberikan penyelesaian untuk kelanjutannyam


terutama jika itu adalah masalah hidup mati. Ex/ Ya Allah, tolong berika saya kesempatan
satu kali lagi (4) Kemurungan/Depresi: Selama tahap ini, kebanyakan pasien
menghabiskan banyak waktu cemberut, diam, dan menangis. Wajar bagi pasien merasakan
hal seperti sedih, menyesal, takut, dan ketidakpastian. Merasa emosi menunjukan bahwa
orang tersebut telah mulai menerima situasi akan menjelang kematiannya, oleh karna itu
pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya
bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping pasien yang sedang dalam masa
sedihnya sebelum meninggal (5) Menerima/Pasrah/Acceptance: Pada fase ini terjadi
proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan
hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Contoh: Ya, benar ini terjadi pada saya dan ini
bukan kesalahan. Memberikan penanganan terhadap nyeri dan keluhan keluhan lain
secara maksimal sesuai situasi kondisi, serta klarifikasi dan konfirmasi keinginan
penderita dan keluarga, Etika intervensi medik pada fase terminal dirumuskan the society
of critical medicine, task force on ethics. Langkah I adalah mengenali bahwa penderita
sekarat (recognize dying) yang didasari criteria objektif. Bila benefit tidak lagi bisa
diharapkan, intervensi tidak lagi diperlukan dan bisa dihentikan (withdrawn). Jadi tujuan
utama adalah perbaikan kwalitas hidup. Perpanjang hidup untuk memungkinkan penderita
untuk menyelesaikan objektif tertentu sebelum ajal menjemput. Karena pada fase terminal
waktu tidak diukur berdasarkan jam ataupun hari, namun atas dasar kejadian yang bisa
dinikmati misalnya pernikahan anak, kelahiran cucu, wisuda anak dsb ( Byock , 2011).
Perkiraan tibanya ajal tidak mempunyai nilai prediksi yang akurat, Anoreksi dan cachexia
sering dijumpai, namun tidak ada bukti bahwa ini menyakitkan atau memberikan respon
terhadap intervensi. Artificial nutrition tidak berguna pada penderita sekarat, namun
artificial hydration masih kontroversil. Breathlesness dapat diberi oral/parenteral opioids,

namun anxiolytic tidak bermanfaat. Rasa nyeri biasanya berkurang menjelang ajal.
Terminal delirium dapat terjadi 1/3 kasus terminal dan dapat memberikan respon terhadap
antipsikotik atau bensodiazepin. Dalam eksplorasi jurnal yang dipakai dalam skripsi ini
dikatakan terapi farmakologi yang tepat

untuk gejala umum pada hari-hari terakhir

kehidupan bagi penderita bisa diberikan. Pada penelitian di dalam jurnal disebutkan bahwa
obat yang dipakai untuk meringankan gejala umum saat hari-hari terakhir kehidupan
penderita dipakai 4 obat yang disarankan yang selalu ada disaat pasien sekarat,
berdasarkan literature antara lain yaitu : (1) Golongan Opioid - Morphin; (2)G olongan
Benzodiazepine Midazolam; dan (3)Golongan Antipsikotik Haloperidol; (4) Golongan
glycopyrronium/hyosine. (Lindqvist and Lundquist , 2012)
Sakaratul maut atau dying dikatakan gejala umum cenderung meningkat selama harihari terakhir dan minggu akhir kehidupan. Intervensi farmakologi mungkin diperlukan
untuk penanganan memadai gejala umum: nyeri, dyspnea , mual , kecemasan, dan
terminal restlessness yang dialami pasien saat sakaratul maut. (Lindqvist and Lundquist ,
2012)
Dalam al-quran disebutkan bahwa sakaratul maut itu tertera dalam QS. Qaf (50) : 19
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang selalu kamu lari
darinya. Apabila keadaan pasien telah memasuki fase Sakaratul Maut, pintu gerbang
ihtidhar (detik-detik kedatangan tanda kematian), pihak keluarganya mengajarinya atau
menuntunnya mengucapkan kalimat tauhid, meneteskan air di bibir atau di mulut agar
pasien yang sedang mengalami sakaratul mau dapat membaca kalimat tahlil dengan benar.
1.2.

Permasalahan
1. Bagaimana terjadinya nyeri?
2. Bagaimana pandangan kedokteran tentang sakaratul maut?
3

3. Bagaimana pandangan Islam mengenai pemberian tindakan-terapi mengurangi


rasa nyeri menjelang sakaratul maut ?
4. Apakah manfaat pemberian tindakan-terapi dapat mengurangi rasa nyeri
menjelang sakaratul maut?
1.3.

Tujuan
A. Tujuan Umum
Menjelaskan keefektifitasan tindakan-terapi untuk mengurangi rasa nyeri non
farmakologi dan farmakologi menjelang sakaratul maut
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses nyeri terjadi
2. Mengetahui manfaat pemberian

tindakan-terapi

mengurangi

nyeri

menjelang sakaratul
3. Mengetahui tindakan-terapi mengurang nyeri menjelang sakaratul maut
dalam pandangan Islam
1.4.

Manfaat
1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan mengenai pemberian
tindakan-terapi mengurangi nyeri menjelang sakaratul maut, sehingga dapat
menambah pengetahuan bagi penulis tentang cara pembuatan karya ilmiah
2.

yang baik dan benar.


Bagi Universitas YARSI, untuk menambah karya tulis terutama mengenai
pemberian tindakan-terapi mengurangi nyeri menjelang sakaratul maut dalam
pandangan kedokteran dan Islam, sehingga bermanfaat untuk civitas

3.

akademika, khususnya mahasiswa kedokteran.


Bagi masyarakat, diharapkan skripsi ini bermanfaat untuk mengetahui
mengenai pemberian ttindakan-terapi mengurangi nyeri menjelang sakaratul
maut dalam pandangan kedokteran dan Islam serta dapat mengaplikasikannya.

Anda mungkin juga menyukai