Anda di halaman 1dari 15

Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik pada Perempuan Berusia 25 Tahun

Raydel BrianKwee Amalo


102013203
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Email: ray_amalo@hotmail.com

Abstrak
Gangguan mood atau suasana perasaan adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood
meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang melonacat-loncat
(flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Gangguan
bipolar juga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang
menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan
bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan
depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.
Kata kunci: gangguan mood, gangguan bipolar

Abstract
Disorders mood or feeling is a group of clinical conditions that are characterized by a feeling of
loss of control and the subjective experience severe suffering. Patients with elevated mood (elevated) ie
mania, demonstrated overwhelming attitude, ideas melonacat-jump (flight of ideas), decreased need for
sleep, elevation of self-esteem, and the idea of greatness. Bipolar disorder is also known as manic
depressive disorder, the disturbance in brain function that causes unusual changes in the atmosphere
and the feeling, and thinking process. Based Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, bipolar
disorder can be divided into two, namely bipolar disorder I and II. Bipolar disorder I or classic type is
characterized by the presence of two episodes of the manic and depression, whereas bipolar II disorder
is characterized by hypomanic and depressive.
Keywords: mood disorders, bipolar disorder

Pendahuluan
Perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu yang dialaminya.
Perasaan atau mood seseorang mungkin normal, meninggi atau bahkan terdepresi. Orang normal dapat
mengalami berbagai macam suasana perasaan dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya,
mereka mampu mengendalikan suasana perasaan dan afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang
mengalami gangguan pada perasaannya.

Gangguan mood atau suasana perasaan adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood
meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang melonacat-loncat
(flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien
dengan mood depresi, merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.1
Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan gejala utamanya adalah perubahan mood
yang secara periodic berganti-ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala-gejala lain
yang khas. Gangguan ini dikenal sebagai gangguan afektif bipolar.

Anamnesis
Anamnesis pada wawancara psikiatri sangat penting untuk mengetahui penyakitnya.
Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, suku, dan agama
Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang memeriksakan dirinya atau mencari pengobatan,
yang dicatat sesuai dengan kata-kata pasien sendiri.
Keluhan utama pada kasus : perempuan berusia 25 tahun dengan semangat berlebihan.
Ada baiknya jika pada permulaan, pasien diberi kebebasan untuk menceritakan kisahnya. Hal ini akan
menimbulkan kesan yang baik bahwa dokter bersedia mendengarkan, juga akan membuat pasien
menunjukkan proses berpikir dan pola bicara yang sebenarnya.2
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang hal yang perlu ditanya antara lain gejala yang dialami, onset,
dan lama penyakit, perjalanan gejala-gejala itu konstan, hilang timbul, atau makin memburuk, faktor
yang mencetuskan, peristiwa yang baru terjadi seperti keluarga yang sakit atau meninggal, masalah
perkawinan, keluarga, keuangan, hukum, pekerjaan, dan masalah sosial yang mungkin berhubungan
dengan timbulnya gejala serta pertolongan apa saja yang sudah diupayakan. Alasan penghentian
pengobatan, penting untuk mengetahui ketaatberobatan (compliance) pasien. Yang perlu juga
ditanyakan adalah penggunaan alkohol atau zat lainnya, seberapa banyak, frekuensi, dan kapan
penggunaan terakhir.2

Riwayat penyakit dahulu


Bagian ini menggambarkan semua episode dan gejala yang pernah dialami dahulu sebelum ini,
diobati ataupun tidak. Dimulai dari pertama kali gejala atau episode tersebut muncul sampai dengan
yang terakhir. Harus digambarkan disini perjalanan longitudinal gejala tersebut, apakah terus menerus,
kambuhan, atau episode tunggal. Jika pasien pernah mendapatkan pengobatan (termasuk psikoterapi)
sebelum ini, tanyakan jenisnya, dosis, dan lama pengobatan. Juga alasan penghentian pengobatan.2
Riwayat Keluarga
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang
tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang
sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%.
Anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar
disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan
kembar identik.2
Riwayat Sosial
Kebiasaan sosial, pemakaian napza, hobi dan pengisian waktu luang, hubungan antarmanusia,
kondisi perumahan, relasi sosial, catatan hukum, kasus kriminal dan penahanan, hukuman penjara.2

Pemeriksaan status mental


1. Deskripsi umum
Pasien yang sedang dalam episode manic penampilan umumnya rapi, menggunakan pakaian
yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit jiwa. tatapan mata bias berbinar atau hidup, dan
sering mengarah pada orang yang mengajak bicara, misalnya pemeriksa. Pasien episode manik
biasanya kooperatif atau mau bekerja sama dengan pemeriksa, tetapi sedikit agresif. Dari tingkah
laku biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat), bersemangat, dan terkadang seperti
menantang.3
2. Mood, afek dan perasaan
Pasien yang sedang dalam episode manic biasanya euphoria dan cepat marah. Secara emosional
mereka sangatlah labil, mereka bisa sangat gampang berubah dari tertawa menjadi marah dan bisa
menjadi depresi dalam waktu yang singkat. 3
3. Bicara
Pasien dalam episode manic sangatlah susah untuk dipotong saat mereka sedang berbicara dan
sering kali menjadi pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Apabila mereka sedang dalam

keadaan aktifitas yang meningkat, maka mereka akan berbicara penuh kelucuan, dan banyaknya
hal- hal yang tidak relefan. Dan apabila aktifitas lebih meningkat lagi maka kemampuan
konsentrasi mereka mulai hilang sehingga akan muncul gagasan yang meloncat-loncat. 3
4. Gangguan persepsi
Jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis ada halusinasi. Waham ditemukan
75% dari semua pasien manic. 3
5. Pikiran
Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri, pasien dengan episode manic sering
sekali perhatiannya mudah dialihkan. Sedangkan fungsi kognitifnya tidak dapat dikendalikan, oleh
sebab ide mereka begitu cepat dan tidak terkendali. 3
6. Sensorium dan kognisi
Pada pasien dengan episode manic mereka masih bisa orientasi dengan baik dan daya ingat
mereka juga cukup baik, meskipun pada beberapa pasien yang sangat euforik, mereka sering kali
menjawab secara tidak tepat.3
7. Pengendalian impuls
Pasien dengan episode manic rata-rata senang menyerang dan senang mengancam.3
8. Pertimbangan dan Tilikan
Tanda dari pasien manic adalah gangguan pertimbangan, dan mereka senang melanggar
peraturan.3
9. Reliabilitas
Pasien manic sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya informasinya. 3

Working Diagnosis
Working diagnosis yang diambil adalah gangguan afektif bipolar episode kini manic.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi
2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode
yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami
penderita.4
Gangguan bipolar juga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi
otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir.
Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni
kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.4

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal
gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat satu episode manik di sana.
Walaupun hanya terdapat satu episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan
gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun
episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik.3
Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi
menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe
depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik. Berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang
menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada
waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi
cenderung berlangsung lebih lama. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanakkanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.3
Episode manik dibagi menjadi tiga menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik
tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang
perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah
beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-gejala
tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga
mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya
dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan
cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar
hingga menceracau dengan word salad, dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham
kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,
berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya.3

Manik tanpa gejala psikotik dan manik dengan gejala psikotik dengan gejala harga diri membumbung
tinggi, terlalu optimis, Perasaan mudah tersinggung dan curiga. hiperaktifitas motorik berupa kerja
yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea
(banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan word salad), gejala psikotik:
disertai waham.4

Differential Diagnosis
Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak
manusia yang timbul akibat ketidak seimbangan pada dopamin. Skizofrenia adalah gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi dan halusinasi.1,5
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :1,5
1. Skizofrenia paranoid
: curiga, bermusuhan, garang
2. Skizofrenia katatonia
: seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum
3. Skizofrenia hebefrenik : seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta
4. Skizofrenia simpleks
: seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran
5. Skizofrenia Latent
: autustik, seperti gembel
Gejala Skizofrenia terdiri dari gejala positif seperti delusi atau waham, halusinasi, kekacauan
alam pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, dll. Dan gejala negatif seperti
alam perasaannya tumpul dan datar, menarik diri dari lingkungan, kontak emosional yang miskin, sukar
diajak bicara, dan pendiam, pasif, apatis, sulit dalam berpikir abstrak, pola pikir stereotipe, tidak ada
dorongan kehendak, keinginan, tidak mau berupaya, kehilangan nafsu.1,5
Gangguan skizofrenia berkembang secara perlahan dan tersembunyi. Ciri-ciri umum meliputi :
sifat menyendiri, hilangnya perhatianterhadap dunia sekitar secara bertahap, melamun secara
berlebihan, emosi yang menumpul dan tingkah laku yang tak sesuai. Simtom spesifik skizofrenia
sangat beragam, namun ciri dasarnya adalah disoranisasi persepsi, pikiran dan emosi.1,5

Epidemiologi
Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%. Namun, angka
itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya
kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri

meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang
diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien.
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau dewasa. Hal
ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan
bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak.

Etiologi dan patofisiologi


Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak ada
penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti dengan keadaan
penyakit ini.
Penyebab gangguan bipolar multifaktor dan mencakup aspek bio-psikososial yaitu:4

Faktor biologi
o Herediter
o Genetik
o Neurotransmitter
o Kelainan otak

Faktor Psikososial
o Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
o Faktor psikoanalitik dan psikodinamika
o Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness)
o Teori kognitif
Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetik, dan faktor

psikososial. Dan faktor ini kemungkinan berinteraksi diantara mereka sendiri. Dari biogenik,
norepinefrin dan serotonin merupakan neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien bunuh diri
memiliki konsentrasi metabolit serotonin didalam cairan serebrospinal yang rendah. Dopamin juga
telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa aktivitas dopamine
mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania.4
Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik. Pemikiran tersebut muncul
berawal dari ditemukannya 50% penderita bipolar yang memiliki riwayat penyakit yang sama dalam

keluarga. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita
gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar
monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.2
Faktor psikososial yang berperan adalah peristiwa kehidupan dan stress lingkungan,faktor
kepribadian pramorbid, faktor psikoanalitik dan psikodinamika, ketidak berdayaan dan teori kognitif.
Stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama.
Perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan
sistem pemberi signal intraneuronal. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan. Secara manusia apapun pola kepribadiannya dapat
menjadi depresi dalam keadaan yang tepat tetapi tipe kepribadian tertentu (mis histeris, obsesifkompulsif) mungkin berada dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe
kepribadian antisocial, paranoid, dan lainnya.3,4

Manisfestasi klinis
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang elasi,
ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau
lebih bila hanya mood iritabel) yaitu: 2,3
a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Cepat dan banyaknya pembicaraan
d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
g. Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)
h. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang).

Klasifikasi
Bipolar disorder merupakan bagian dari gangguan mood, biasanya dikenal dengan istilah manic
depression. BD merupakan sebuah bentuk psikopatologi yang berat, di mana ada serangkaian periode

depresi yang disertai dengan episode mania, meliputi perubahan mood yang sangat signifikan, perilaku
over-aktif, mudah tersinggung dan sangat sensitif, serta peningkatan perilaku beresiko. Gangguan
bipolar terbagi menjadi 3 golongan:3
1. Tipe I
Tipe I mencakup kehadiran episode mania, dengan atau tanpa periode depresi. Tipe I
sebelumnya dikenal sebagai Manic Depressive Disorder, mencakup satu episode mania atau satu
episode campuran.3
2. Tipe II
Tipe II mencakup depresi yang disertai dengan periode hypomania, gejala ringan dari bentuk
euphoria atau over aktif. Tipe II termasuk bentuk ringan dari bipolar I disorder. Untuk dapat
mendiagnosis, seseorang harus telah mengakami setidaknya satu episode depresi mayo dan
setidaknyasatu episode hypomania.3
3. Tipe III
Tipe III dikenal dengan istilah cyclothymania, yang dikarateristikan dengan kemunculan
perubahan kecil namun cepat pada mood. Cyclothymania adalah gangguan kronis kedua dan telah
muncul setidaknya dua tahun untuk dapat dikategorikan sebagai gangguan ini. Seseorang dengan
gangguan cyclothymania memiliki gejala sering mengalami depresi ringan dan dialami secara
bergantian dengan gejala mania yang sifatnya ringan.3
PPDGJ III membagi dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami
penderita.3
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III
(F31)3
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

1. F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik4


o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
2. F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
3. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
4. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan ataupun
sedang
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
5. F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
6. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
o Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afeknya.
7. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran4
o Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi samasama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
8. F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi4

o Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir
ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik
atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

Penatalaksanaan
Terapi dari gangguan bipolar terkait secara langsung dengan fase dari episode dan keparahan
dari fase tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami depresi berat dan memperlihatkan
tingkah laku yang cenderung untuk bunuh diri memerlukan rawat inap, sedangkan individu dengan
depresi ringan yang masih dapat bekerja, dapat diberlakukan sebagai pasien rawat jalan.6
Farmakoterapi
Walaupun data telah banyak mendukung manfaat lithium namun sebagai pengobatan lini
pertama bagi gangguan bipolar I adalah mempertimbangkan dua anti konvulsan yaitu carbamazepine
dan valproate.4,6 Obat lini kedua sekarang termasuk antikonvulsan lain (clonazepam), suatu
penghambat saluran kalsium (verapamil), suatu agonis reseptor adrenergic-alfa2 (clonidine) dan
antipsikotik. Terapi ECT adalah terapi lini kedua lainnya.6
I.
Stabilisator mood
1. Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Indikasinya
adalah pada episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi
rumatan gangguan bipolar. Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal ureum dan kreatinin dan
fungsi tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Respons litium terhadap mania akut dapat
dimaksimalkan dengan menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara
1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk
mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan.6,7
Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L,
tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi bila dosis
lebih 1,5 mEq/L. Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati
dapat pula terjadi akibat penggunaan litium.6,7
2. Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang digunakan sebagai anti mania. Dosis
terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum berkisar antara 45 -125
ug/mL. Dosis awal untuk manik dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500 mg/hari dan

dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 ug/mL. Pasien yang
berespon biasanya mengalami perbaikan gejala yang bermakna satu minggu setelah mencapai
konsentrasi darah tersebut.6,7
Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta
trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum diatas 100 ug/mL. Untuk terapi rumatan,
konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 ug/mL.Valproat
efektif untuk manik akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan gangguan bipolar,
mania sekunder, gangguan bipolar yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, gangguan
bipolar pada anak dan remaja, serta gangguan bipolar pada lanjut usia. Efek samping yang
dapat terjadi, misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan)
enzim transaminase, sedasi, dan tremor.6,7
3. Carbamazepine
Carbamazepine biasanya dimulai dengan dosis 200 sampai 600 mg dalam rentang hari.
Dosis dapat ditingkatkan tiap lima hari sesuai indikasi. Jika konsentrasi terapeutik serum telah
tercapai, respon klinis yang baik bisanya terlihat dalam satu sampai dua minggu. Biasanya
konsentrasi serum 4sampai 15 ug/mL. Efek samping berhubungan dengan dosis yang sering
4.

terlihat adalah sedasi, mual, pandangan kabur, dan ataksia.6,7


Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal Na +.
Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. Indikasi lamotrigin efektif untuk mengobati
episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB,
siklus cepat. Dosis yang diberikan berkisar antara 50-200 mg/hari. Efek samping yang timbul
sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk kemerahan di
kulit.6,7

Terapi nonfarmakologi
1. Psikoterapi
Sejalan dengan pengobatan, psikoterapi atau terapi wicara merupakan bagian yang
penting dari terapi keseluruhan untuk gangguan bipolar. Selama terapi, pasien dapat membahas
mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku yang membuat masalah. Psikoterapi dapat
membantu pasien untuk mengerti dan menguasai problem-problem apa yang dapat berdampak
kepada kemampuan mereka untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan. Terapi tersebut juga

membantu dalam hal kepatuhan obat dan membantu pasien untuk tahan menghadapi efek dari
gangguan bipolar dalam kehidupan sosial dan kerjanya. Juga membantu untuk mempertahankan
gambar diri yang positif. Tipe psikoterapi yang digunakan untuk menterapi gangguan bipolar,
termasuk diantaranya:6
o Terapi prilaku, terapi ini mengfokuskan diri pada tingkah laku yang dapat mengurangi
stress.6
o Terapi kognitif, tipe pendekatan ini melibatkan pembelajaran untuk mengidentifikasi
dan memodifikasi pola berpikir yang menyertai perubahan mood.6
o Terapi Interpersonal, terapi ini mencakup hubungan dengan sesama dan bertujuan untuk
mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.6
o Terapi ritme sosial, terapi ini membantu pasien untuk mengembangkan dan
mempertahankan rutinitas sehari-hari.6
2. Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada
diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena
peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya,
sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan
menyebabkan toksisitas.6
3. Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik.
Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler
meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan
dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan
toksisitas litium.6
4. Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan
edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan
sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan dan
pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.6
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan
bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

o Memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terutama tanda awal,
pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan
langkah-langkah pencegahan yang baik.
o Membantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi stressor di dalam kehidupannya,
dan informasi tentang kemungkinan kekambuhan penyakitnya.

Komplikasi
1. Bunuh diri
Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar dan yang tidak
menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan gangguan bipolar I bunuh diri,
dengan risiko yang tertinggi selama episode depresi atau mania campuran (depresi dan mania
simultan). Pasien yang menderita gangguan kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri.1
2. Asosiasi dengan Penyakit Fisik
Orang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari kondisi medis, termasuk
penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru lainnya, gangguan pencernaan, infeksi kulit,
diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain, hipotiroidisme, dan kanker.1

Prognosis
Gangguan bipolar dapat parah dan jangka panjang, atau dapat ringan dengan episode jarang.
Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami gejala dengan cara yang sangat berbeda. Gangguan
bipolar I dengan onset yang awal disertai dengan prognosis yang buruk. Pasien dengan gangguan
bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat.
40-50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki episode manik kedua dalam waktu dua tahun
setelah episode pertama. Kira-kira 7% dari semua penderita tidak mengalami gejala rekurensi, 45%
menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita gangguan kronis.1
Dari segi medis, pasien dengan gangguan bipolar memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi
akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian dari semua penyebab dibandingkan populasi umum.
Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami peningkatan besar dalam tingkat
kelangsungan hidup, termasuk kematian akibat bunuh diri.1

Kesimpulan
Seorang perempuan 25 tahun dengan keluhan karena semangat berlebihan dan yakin dirinya
artis terkenal dengan penghasil besar tersebut pengalami gangguan affektif bipolar episode kini manik.

Daftar Pustaka
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam: Widjaja K. Sinopsos Psikiatri. Edisi
7. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.h. .777-833.
2. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press;
2009.h.195-277.
3. Amir N. Gangguan Suasana Perasaan. Dalam: Elvyra SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h. 197-208.
4. Price AL, Marzani-Nissen GR. Bipolar disorders: a review. Am Fam Physician. Mar 1
2012;85(5):483-93.
5. Maslim R. Gangguan afektif bipolar. Dalam: Diagnosis gangguan jiwa rujukan rinfkasan PPDGJIII. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- UNIKA Atmajaya; 2001.h. 58-69.
6. Hibbert A. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: EGC; 2008.h. 46-8.
7. American Psychiatric Association. Practice guidelines for the treatment of patients with bipolar
disorder. Am J Psychiatry; 2002.p. 1-50.

Anda mungkin juga menyukai