Faktor-faktor yang mempengaruhi gain antara lain protokol uji (VOR atau VVOR;
ANOVA: tes, P <0,0001, 2 = 0,275), kelompok uji (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,026), dan
frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,017). Terdapat hubungan yang signifikan
antara protokol uji dan frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,033). Seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1, VOR gain meningkat pada frekuensi 1.6 Hz (ANOVA:
frekuensi, P <0,0002, 2 = 0,025).
Gambar 1. Rata-rata gain dan phase Sinusoidal Vestibulo-Ocular Reflex (VOR) dan Visual
VOR (VVOR) pada kelompok non-vestibular, kelompok lesi, dan kelompok BPPV pada
semua frekuensi pengujian
Sub-analisis yang membandingkan kelompok lesi dan kelompok non-vestibular
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi gain antara lain protokol uji (ANOVA: P
<0,001, 2 = 0,297), kelompok uji (ANOVA: P <0,02, 2 = 0,003), dan frekuensi pengujian
(ANOVA: P <0,001, 2 = 0,019) terutama antara 0,5 dan 1 Hz dimana rata-rata lesi gain
VOR adalah ~ 25% lebih rendah dari rata-rata gain VOR non-vestibular. Phase dipengaruhi
oleh protokol uji (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,022) dan frekuensi pengujian (ANOVA: P
<0,0001, 2 = 0,069), dan terdapat hubungan signifikan antara protokol uji dan frekuensi
pengujian (ANOVA: P <0,01, 2 = 0,013). Frekuensi pengujian secara signifikan berdampak
pada phase selama pengujian VOR hanya pada 0,1, 1,6, dan 2 Hz kemudian dimasukkan
dalam analisis (ketika frekuensi pengujian tersebut dihilangkan, frekuensi pengujian tidak
lagi menjadi signifikan), sedangkan secara signifikan berpengaruh pada phase di semua
rentang frekuensi pengujian VVOR (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,156).
Sub-analisis yang membandingkan kelompok BPPV dan kelompok data nonvestibular menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi gain antara lain protokol uji
(ANOVA: P <0,001, 2 = 0,238), kelompok uji (ANOVA: P <0,001, 2 = 0,028), dan
frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,001, 2 = 0,015). Antara 0,5 dan 1 Hz, rata-rata gain
BPPV VOR adalah ~ 13% lebih rendah daripada rata-rata gain VOR non-vestibular. Phase
dipengaruhi oleh protokol uji (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,032), kelompok uji (ANOVA: P
<0,01, 2 = 0,005), dan frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,001, 2 = 0,045). Terdapat
hubungan yang signifikan antara protokol uji dan frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,0001,
2 = 0,022) begitu pula antara kelompok uji dan frekuensi pengujian (ANOVA: P <0,002, 2
= 0,012). Terdapat perbedaan phase VOR antara kelompok BPPV dan kelompok nonvestibular (ANOVA: P <0,02, 2 = 0,007), yang tidak signifikan selama pengujian di
frekuensi <2 Hz (P = 0,0871, 2 = 0,004). Frekuensi pengujian tidak mempengaruhi phase
VOR pada frekuensi > 0,1 dan <2 Hz. Terdapat perbedaan phase VVOR antara kelompok
BPPV dan kelompok non-vestibular (ANOVA: P <0,05, 2 = 0,005), yang tidak lagi
signifikan selama pengujian pada frekuensi <2 Hz (P = 0,0627, 2 = 0,003). Frekuensi
pengujian secara signifikan mempengaruhi phase VVOR pada semua rentang frekuensi
pengujian VVOR (ANOVA: P <0,0001, 2 = 0,085).
Gambar 2. Rata-rata gain VOR dan Time Constant (TC) transient (acceleration step) untuk
rangsangan rotasi ipsilesional dan kontralesional yang terangsang (diukur selama akselerasi)
atau terhambat (diukur selama deselerasi) pada kelompok non-vestibular, kelompok lesi, dan
kelompok BPPV
Gambar 3. Respon tipikal dari kelompok non-vestibular selama uji transient VOR dan OKN.
Panel atas menunjukkan rotasi ke kiri dan panel bawah menunjukkan rotasi ke kanan
Faktor yang berpengaruh dalam gain acceleration step adalah apakah stimulus
tersebut menjadi sebuah rangsangan atau hambatan (ANOVA: stimulus, P <0,05, 2 = 0,019).
Terdapat hampir 5% efek signifikan pada gain kelompok acceleration step (ANOVA:
kelompok, P = 0,0624, 2 = 0.021) dan TC (ANOVA: kelompok, P = 0,0926, 2 = 0,018).
Sub-analisis yang membandingkan kelompok non-vestibular dan kelompok lesi
menunjukkan kecenderungan perbedaan pada gain acceleration step antara sisi ipsilesional
dan kontralesional (baik sisi kiri dan kanan dikumpulkan untuk kelompok non-vestibular)
(ANOVA: sameside, P = 0,0798, 2 = 0,017). TC acceleration step tidak berbeda (ANOVA:
kelompok, P = 0,651, 2 = 0,001) antara kelompok lesi dan kelompok non-vestibular. Dalam
kelompok lesi, terdapat kecenderungan perbedaan TC antara rotasi ipsilesional dan
kontralesional (ANOVA: P = 0,0809, 2 = 0,095).
Sub-analisis yang membandingkan kelompok non-vestibular dan kelompok BPPV
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam gain acceleration step antar kelompok
(ANOVA: P <0,05, 2 = 0.021), terutama selama penghambatan rangsang (ANOVA: P <0,05,
2 = 0,038). Namun, tidak ada faktor signifikan yang mempengaruhi TC.
Gambar 4. Respon VOR dan OKN selama rotasi ke kiri pada kelompok dengan disfungsi
vestibular sentral. Garis putus-putus sebelah kiri dan kanan menunjukkan kerusakan
eksponen yang sesuai dengan komponen gerakan mata slow-phase dalam kegelapan dan
digunakan untuk menghitung gain VOR, VOR, dan TC OKN. Garis putus-putus di tengah
menunjukkan garis yang sesuai dengan komponen gerakan mata slow-phase dalam cahaya
dan digunakan untuk menghitung gain OKN
Gambar 5. Rata-rata gain Optokinetic Nystagmus (OKN) dan TC untuk kelompok nonvestibular, kelompok lesi, dan kelompok BPPV untuk rangsangan rotasi ipsilesional dan
kontralesional. Untuk kelompok non-vestibular, ipsilesional berada di sebelah kiri dan
kontralesional di sebelah kanan. Simbol * menunjukkan perbedaan signifikan.
Faktor yang mempengaruhi OKN TC adalah apakah stimulus itu ipsilesional atau
kontralesional (ANOVA: sisi yang sama, P <0,05, 2 = 0,035). Tidak ada faktor yang
mempengaruhi gain OKN. Dalam kelompok lesi, TC berbeda secara signifikan antara rotasi
ipsilesional dan kontralesional (P <0,01, 2 = 0,467).