Oleh:
Kelompok 7
Alindina Izzani
G0011013
Atika Sugiarto
G0011043
Dorothy Eugene
G0011075
Hany Zahro
G0011105
Ratna Sariyatun
G0011165
G0011197
G0011007
G0011055
G0011103
G0011153
Novy Wahyunengsi L.
G0011155
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar ini menerangkan bahwa laporan Field Lab dengan judul Pelaksanaan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Cawas I Kabuapten Klaten
yang disusun oleh kelompok 7 dengan anggota sebagai berikut:
1. Alindina Izzani
G0011013
2. Atika Sugiarto
G0011043
3. Dorothy Eugene
G0011075
4. Hany Zahro
G0011105
5. Ratna Sariyatun
G0011165
6. Shinta Amalia
G0011197
G0011007
G0011055
G0011103
G0011153
G0011155
telah disahkan oleh Kepala Puskesmas dan Instruktur Lapangan Puskesmas Cawas
I, Kabupaten Klaten pada hari Rabu, 2 April 2014.
Klaten, 2 April 2014
Mengetahui,
Instruktur Lapangan
Nurhayati, drg.
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Tujuan Pembelajaran ....................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang
sebenarnya dapat dicegah dan diobati, seperti pneumonia, diare, malaria,
campak, malnutrisi dan seringkali kombinasi beberapa penyakit (Soenarto
2009). Karena rendahnya kualitas pelayanan kesehatan, kondisi-kondisi
tersebut telah menyebabkan 10,8 juta kematian balita di negara berkembang
pada tahun 2005.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh masalah
dalam ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktik di keluarga
dan komunitas. Upaya perbaikan kesehatan anak memerlukan tindakan yang
mengintegrasikan ketiga faktor di atas, seperti dengan perbaikan manajemen
kasus anak sakit, perbaikan gizi, pemberian imunisasi, pencegahan trauma,
pencegahan penyakit lain dan perbaikan dukungan psikososial (Soenarto,
2009). Berdasarkan alasan tersebut, munculah program Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang
datang ke pelayanan kesehatan baik mengenai klasifikasi beberapa penyakit,
status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita yang sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Wijaya, 2009). Sasaran MTBS adalah anak umur 05 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari
sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2011).
Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri atas klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan kapan kembali.
Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu
meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit, memperbaiki sistem kesehatan dan memperbaiki praktik keluarga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit
(Wijaya, 2009, Depkes RI, 2008).
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi.
Namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab,
antara lain belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmas yang sudah terlatih
MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum
siap, atau belum adanya komitmen dari pimpinan Puskesmas. Menurut data
laporan rutin yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah
Puskesmas yang telah melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 adalah
sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila
memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai
MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas
tersebut (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2009).
Di Puskesmas Cawas I, kegiatan MTBS sudah berjalan. Pelaksanaan
MTBS diharapkan dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki
status gizi, meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, memperbaiki
kinerja petugas kesehatan, dan memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya
lebih murah.
Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan
kesehatan. Pengetahuan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan
kesehatan dalam penerapan MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai
keberhasilan MTBS dalam meningkatkan derajat kesehatan anak khususnya
balita. Dokter sebagai salah satu petugas pelayanan kesehatan perlu memiliki
pemahaman tersebut. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa FK UNS
sebagai calon dokter untuk mempelajari pelaksanaan MTBS di tempat
pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas (Tim Field Lab FK UNS, 2014).
B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran Field Lab pada topik keterampilan MTBS
ini adalah diharapkan mahasiswa:
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Waktu
: 08.00 11.00
Tempat
Kegiatan
B. Hari Kedua
Hari/tanggal
Waktu
: 08.00 11.00
Tempat
Kegiatan
Kegiatan Field Lab hari kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
26 Maret 2014. Pelaksanaan kegiatan MTBS dilakukan di bagian Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Cawas I. Kami melakukan Manajemen
Terpadu Balita Sakit pada pasien balita yang datang. Kami mendapat 4
pasien balita yang sakit. Dengan dibantu dr. Hapsari Dyah Purwandari, kami
melakukan melakukan Manajemen Terpadu Balita Sakit yaitu terdiri dari
anamnesis; pemeriksaan dan penilaian balita sakit (yang terdiri dari tanda
bahaya umum, gejala utama, status gizi, status imunisasi, dan masalah lain);
pengklasifikasian tindakan, meliputi klasifikasi warna merah (penanganan
segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pelayanan
kesehatan) dan hijau (perawatan di rumah); penentuan pengobatan; dan
konseling/tindak lanjut terhadap ibu atau pengantar tentang bagaimana
merawat balita sakit. Informasi tentang pasien yang diperoleh saat
anamnesis dan pemeriksaan fisik disajikan di Lampiran 1.
C. Hari Ketiga
Hari/tanggal
Waktu
: 08.00 selesei
Tempat
Kegiatan
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kegiatan Field Lab ini kami, kelompok 7 Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran UNS, melakukan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada balita
yang diperiksakan ke Puskesmas Cawas I Kabupaten Klaten pada hari Rabu, 26
Maret 2014. Pada kegiatan tersebut, kami mendapatkan 4 orang pasien. Informasi
tentang identitas, hasil anamneesis dan pemeriksaan tersedia di Lampiran 1. Berikut
adalah pembahasan untuk keempat pasien tersebut.
Pasien 1, 2, 3 dan 4 memiliki keluhan yang sama, yaitu batuk dan pilek
tanpa adanya kesulitan bernapas. Batuk pada Pasien 1, 3 dan 4 sudah berlangsung
selama 1 hari, sedangkan pada Pasien 2 sudah berlangsung selama 2 hari. Pada
keempat pasien tidak ditemukan tanda bahaya umum, seperti tidak bisa
minum/menyusu; memuntahkan semua makanan; kejang dan letargis atau tidak
sadar, sehingga tidak perlu dirujuk. Untuk menentukan klasifikasi batuk, pada
keempat pasien dilakukan pemeriksaan frekuensi napas, ada tidaknya tarikan
dinding dan bunyi stridor. Hasil pemeriksaan frekuensi napas pada Pasien 2, 3 dan
4 adalah normal. Frekuensi napas Pasien 1 tidak dapat diukur karena pasien tidak
tenang (rewel), namun berdasarkan pengamatan visual laju napas Pasien 1 terkesan
tidak terlalu cepat. Pada ketiga pasien tidak terdapat tarikan dinding dada maupun
bunyi stridor. Dengan demikian, batuk yang diderita keempat pasien bukan
merupakan pneumonia.
Selain batuk dan pilek, ibu Pasien 1, 2 dan 4 juga mengeluhkan adanya
demam sekitar 1 hari. Lamanya demam diukur dari waktu pertama kali ibu pasien
mendapati anaknya demam hingga waktu periksa saat itu. Suhu pasien ketika
diperiksa adalah 37,4oC pada Pasien 1 dan 38oC pada Pasien 2. Suhu tubuh Pasien
4 tidak dapat diperiksa karena pasien tidak tenang (rewel). Ketiga pasien tidak
berada pada daerah risiko tinggi malaria dan tidak mendapat obat anti-malaria
dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga tidak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir. Tidak ditemukan kaku kuduk. Pasien menderita pilek, namun tanpa gejala
campak (tidak ada ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh). Dengan demikian,
demam yang dikeluhkan pasien bukan karena malaria (demam bukan malaria).
Penyebab demam juga bukan karena infeksi telinga (tidak ada keluhan sakit
telinga). Namun apakah demam tersebut termasuk demam berdarah dengue (DBD)
atau bukan belum dapat ditentukan karena demam pasien masih <24 jam. Apabila
pasien mengalami demam 2-7 hari maka perlu ditanyakan apakah demam tinggi
tiba-tiba, adanya perdarahan gusi dan hidung, riwayat muntah, berak berwarna
hitam, nyeri ulu hati, anak gelisah, serta adanya tanda-tanda syok (ujung
ekstremitas dingin dan nadi lemah/tidak teraba), adanya bintik perdarahan di kulit,
dan bila memungkinkan dilakukan uji torniket guna menegakkan diagnosis DBD.
Penatalaksaan keluhan pasien didasarkan pada Pedoman Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pada keluhan batuk dan pilek keempat pasien, terapi
yang diberikan pada pasien adalah pemberian pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman. Ibu pasien juga diedukasi untuk memberikan minum air hangat dan
campuran kecap dan jeruk nipis pada pasien, serta menghindarkan pasien dari
sumber asap maupun debu yang mungkin dapat memicu batuk pilek. Ibu pasien
juga dinasehati untuk segera kembali ke Puskesmas bila kondisi anaknya
memburuk (seperti adanya napas cepat dan atau sukar napas) dan dapat kembali ke
Puskesmas bila dalam waktu 5 hari tidak ada perbaikan pada anaknya.
Sementara itu, tata laksana keluhan demam pada pasien 1, 2 dan 4 adalah
dengan diberikannya parasetamol. Cara pemberian parasetamol diedukasikan
kepada ibu pasien, yaitu hanya ketika pasien demam (suhu tubuh >37,5oC). Ibu
pasien juga dihimbau untuk memberi minum yang banyak pada anaknya,
mengompres dengan air hangat, melakukan kunjungan ulang bila dalam waktu 2
hari pasien tetap demam, serta segera kembali ke Puskesmas jika kondisi anaknya
memburuk. Selanjutnya, bila pasien tetap demam selama lebih dari 7 hari, maka
pasien segera dirujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
Selain tata laksana terkait kasus, orang tau/pengantar pasien juga diberikan
edukasi untuk terus meningkatkan/menjaga kondisi gizi pasien, antara lain dengan
memberikan makanan 3 kali sehari dengan porsi 1/3 sampai porsi dewasa dan
memenuhi kriteria minimal 4 sehat serta pemberian makanan selingan kaya gizi
dalam 2 kali sehari diantara waktu makan.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan MTBS ini adalah pasien yang tidak
tenang (rewel). Akibatnya beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk
melengkapi formulir MTBS tidak dapat dilakukan. Beberapa contohnya adalah
tidak bisa dilakukannya pemeriksaan suhu tubuh pada Pasien 4 dan pemeriksaan
status gizi (berat badan, tinggi badan/panjang badan) pada Pasien 1 dan 4. Kendala
kedua adalah pengantar pasien bukan orang tua/orang yang mengetahui riwayat
kesehatan pasien. Akibatnya pada Pasien 3 tidak dapat diketahuinya status
imunisasinya karena Pasien 3 diantar tantenya. Selain itu, kendala ketiga yang
dialami adalah banyaknya orang tua/pengantar pasien yang tidak membawa buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA merupakan buku yang berisi riwayat
medik mulai dari kehamilan ibu, kelahiran anak, vaksinasi anak dan tumbuh
kembang anak. Dengan demikian, klinisi mendapat kesulitan untuk memantau
kesehatan pasien anak maupun menentukan terapi yang terbaik untuk pasien
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penatalaksanaan balita sakit di Pusksemas berpedoman pada Manajemen
Terpadu Balita Sehat (MTBS).
2. Pedoman
MTBS
digunakan
untuk
menilai,
mengklasifikasikan,
B. Saran
1. MTBS pada balita kurang dari 2 tahun lebih susah dilakukan apabila balita
menangis atau rewel, sehingga perlu untuk ditenangkan terlebih dahulu.
2. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) hendaknya selalu dibawa oleh ibu
yang memeriksakan anaknya, dan bukan hanya ketika memeriksakan
kehamilan, melahirkan dan vaksinasi anak.
3. Buku KIA hendaknya lebih sering dibaca dan diperhatikan oleh para ibu
sehingga mampu melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam
menangani anak yang sakit.
4. Pelaksanaan MTBS di Puskesmas Cawas I Kabupaten Klaten telah
dilakukan dengan baik dan diharapkan dapat terus dipertahankan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 2011. Modul MTBS RevisiTahun 2008. Jakarta: Depkes RI.
Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2009. PertemuanNasional Program Kesehatan
Anak Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Soenarto Y. 2009. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak.
Disampaikan pada Simposium Pediatri TEMILNAS 2009 Surakarta 01
Agustus 2009.
Tim Field Lab FK UNS. 2014. Ketrampilan : Managemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Surakarta: FK UNS.
Wijaya A.M. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Diunduh dari :
http://infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id
=37:manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs&catid=27:healthprograms&itemid=44 (Diakses 1 Maret 2010)
10
Pasien 1
Pasien 2
Pasien 3
Pasien 4
Tanggal
26 Maret 2014
26 Maret 2014
26 Maret 2014
26 Maret 2014
Nama
Amelia
Rofik
Nabila
Azkana
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Umur
15 bulan
48 bulan (4 tahun)
10 bulan
BB
10,5 kg
15 kg
13 kg
7,5 kg
TB/PB
Tidak diperiksa
103 cm
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Suhu badan
37,4oC
38oC
34,5oC
Tidak diperiksa
Kunjungan ke
Tidak diperiksa
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
kunjungan
Penilaian
Tanda
Tidak ditemukan
umum
Batuk/sukar
Batuk, pilek 1 hari, laju Batuk dan pilek 2 hari, laju Batuk dan pilek 1 hari, laju Batuk pilek selama satu
bernapas
pernapasan tidak diperiksa pernapasan 30 kali per menit pernapasan 36 kali/menit, hari. Laju pernapasan tidak
karena pasien rewel, tidak (normal), tidak ada stridor, tidak ada stridor, tidak ada diperiksa
tarikan dinding dada
11
karena
pasien
ada
stridor,
tidak
dada
Diare
Tidak dikeluhkan
Tidak dikeluhan
Tidak dikeluhkan
Tidak dikeluhan
Demam
Demam selama 1 hari, suhu Demam selama 1 hari, suhu Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
badan
ketika
dada
tidak
Masalah telinga
tanda DBD
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Normal
tidak diperiksa
12
Tidak ditemukan
Lengkap
Tidak diketahui
Lengkap
HB-C,
HB-1-3, DPT-13,
Campak,
Polio-1-4)
Pemberian
Tidak
diberikan
saat Tidak
diberikan
vitamin A
kunjungan
kunjungan
kunjungan
kunjungan
Keluhan lain
13
saat Tidak
diberikan
saat Tidak
diberikan
saat
15
16