Anda di halaman 1dari 4

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan

Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam


memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai
tempat pertukaran gas. Bagian penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari
bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Struktur saluran udara ini
berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan serta
menyingkirkan benda-benda asing yang masuk
Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda
asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek
dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat
rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang
masuk ke dalam rongga hidung.( Evelyn, Pearce, 1992)
Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan
orofaring pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat
laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui
faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan
sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena
saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi
bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah
menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan
dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk
suara percakapan ( Evelyn, Pearce, 1992).
Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda- benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok
(trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang
tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru,
cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut
bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paruparu (alveolus).

Pangkal Tenggorokan (Laring)


Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring
disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi
oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal
sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan
juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh
beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh
katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut
menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal
tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru,
misalnya pada waktu kita bicara.
Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus,
yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru,
bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer)
bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus
sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Dinding alveolus mengandung kapiler
darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi
ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru- paru ( Evelyn, Pierce, 1992).

Gambar Anatomi Paru


Sumber : (Evelyn. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Tahun 1992,
Hal 219).

Fisiologi Pernapasan
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru
dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan
berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung
terjadi recoil dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada
berkerut kearah yang berlawanan (Guyton, 2006).
Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya
bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke
dalam paru- paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan
mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga
bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma
kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura (Guyton, 2006).
Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan
napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan
bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas
bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam
dan volume udara bertambah
Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan
dinding rongga dada. Paru- paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi
lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam
rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru
dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata.
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif
terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru
ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga
menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi,
recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan
dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit
positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti sebentar
ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada
waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya
tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan
Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otototot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi,

kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan
ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai
30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih
besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru-paru meningkat dengan
kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38964/4/Chapter%20ll.pdf
1. Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.)
(Setiawan, I., Tengadi, K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli
diterbitkan 1996).
2. Pearce. 1992. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: PT.Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai