Anda di halaman 1dari 3

KEBUDAYAAN SUKU BIAK

1.Nama dan Bahasa Suku


Pada pemerintahan Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama
yang dipakai untuk menamakan kepulauan Biak - Numfor adalah Schouten Eilanden. Nama
lain yang sering dijumpai dalam laporan laporan tua untuk daerah kepulauan ini adalah
Numfor atau Wiak. fonem W pada kata wiak berasal dari fonem V, yang kemudian
berubah menjadi B sehingga muncullah kata Biak.
Menurut Mite, warga Klen Burdar memutuskan berangkat meninggalakan pulau
Warmambo (nama asli pulau Biak). Mereka melihat pulau Warmambo Nampak di atas
permukaan laut kemudian merka berkata Viak Wer atau Viak artinya muncul lagi.
Orang Biak, baik yang bertempat tinggal di kepulauan Biak-Numfor maupun
berdomisili di tempat tempat perantauan menggunakan satu bahasa yaitu : bahasa Biak.
Namun secara prinsip dialek dialek (lafal) yang berbeda. Berikut ini dialek (lafal) dalam
sub-klan Biak seperti ; dialek Sawyas, Manwor, Bosnik, Swapodibo, Samber, Sopen dan
dialek Numfor. Secara linguistic, bahasa Biak dikategorikan dalam keluarga bahasa
Austronesia ( Muller, 1876-1888)
2.Lokasi Penyebaran Suku Biak
Daerah penyebaran suku Biak sangatlah luas seperti : pulau Biak, Supiori, Numfor,
Padaido, Rani, Insumbabi, Meosbefandi, Ayau, Mapia, Doreri, Manokwari, Ransiki,
Oransbari, Nuni, Pantai Utara kepla burung hingga ke Sorong, dan pulau pulau Raja Ampat.
ASPEK BUDAYA SUKU
1.Sistem Mata Pencaharian
Suku Biak memiliki sistem mata pencariharian seperti nelayan (melaut) dan bertani
(meramu). Suku Biak menangkap ikan dengan menggunakan jaring inanai dan arsam untuk
menangkap ikan terbang dan juga ikan hiu, hal ini dilakukan dengan menggunakan perahu
yang disebut dengan waipapa.
Suku Biak juga meramu atau berburu binatang hutan sebagai makanannya seperti ;
berburu babi, kuskus, tikus tanah, dan ular pohon. Dapat pula mengambil jenis sayur
sayuran yang ada dihutan sebagai makanannya.
2.Organisasi Sosial
Kelompok Kekerabatan
Suku Biak memiliki kelompok kekerabatan berdasarkan marga atau disebut keret
(famili). Sistem kekerabatannya luas berdasarkan pertalian darah. Berlaku adat menetap
(virilokal).
Kepemimpinan ,Tipe Kepemimpinan yang dimiliki suku biak itu ada 3 yaitu :

1.Mambri, adalah orang yang biasa memimpin perang, pandai


besar/tubuh kekar, suara besar dan juga kaya.
2.Mananwir Mnu (kepala kampung) merupakan seseorang yang
yang diwariskan.

diplomasi, badan

berkuasa berdasarkan hak

3.Mananwir Keret (kepala marga) biasa bertugas mengurus marga (keret) berdasarkan silsilah
keluarga.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Orang Biak Numfor sejak dulu menyembah dewa persatuan dan pujaan mereka
yaitu Manseren Koreri yang disebut manarmakeri. Manamakeri artinya suatu nama
dimana panggilan penghinaan untuk orang tua yang berkudis, kadas, borok, dan kotor yang
menyebabkan banyak orang jijik kepadanya. Nama asli Manamakeri ialah yawi nusyado.
Manamakeri selalu membuat tanda tanda ajaib yaitu dapat menggantikan kulitnya yang
berkudis, kadas, dan borok itu menjadi makanan dan harta kekayaan yang berlimpah ruah, ia
dapat dipuja sebagai juru selamat.

Sistem Kesenian dan Kerajinan


Orang Biak Numfor mengenal tiga jenis tarian seperti ; Tarian Yosim Pancar (yospan),
Tarian Woor dan Tarian Barapen. Untuk tarian Barapen ini biasanya dilaksanakan khusus
suku Biak dibagian pendalaman pulau Biak yaitu dikampung Wowna, Arwam, dan Rumbin.
Orang BiakNumfor, pada zaman dulu dapat memanfaatkan hasil alam untuk
kerajinannya. Noken adalah tas yang dibuat dari kulit kayu sebagai tempat untuk keperluan
keluarga.
Tikar terbuat dari daun buah merah sebagai tempat /bahan untuk beristirahat, dan juga
biasa mereka membuat tifa dari kulit soa soa
Sistem Pengetahuan
Suku Biak mengetahui jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat
yang dapat menyembuhkan sakit penyakit atau luka bakar, luka sayatan, maupun dapat
digunakan untuk membunuh ikan, dalam jumlah sedikit. Jenis tumbuhan yang digunakan
untuk membunuh ikan seperti Akar Tuba (Deris sp).
Suku Biak dapat menghitung waktu musim hujan maupun musim angin tiba. Jika musim
angin para nelayan tidak akan melaut, begitu juga pada musim hujan.
SENI-BUDAYA
Masyarakat Biak masih memiliki kebudayaan kuno yang berkisar pada kepercayaan
animisme bahkan kepercayaan tersebut lebih ditonjolkan melalui upacara ritual yang lebih
dikenal dengan WOR. Kata Wor sudah berarti lagu dan tari tradisional. Semua anak yang
terkena wabah penyakit dianggap bernasib malang sehingga harus diadakan upacara adat.

Wor dapat mengekspresikan semua aspek kehidupan orang Biak, seperti halnya upacara
tradisional para leluhur berupa ukiran kayu, dan lebih khusus pada motif atribut yang
digunakan mereka pada saat menyanyi dan menari; berupa motif pada pakaian. Semua barang
yang digunakan untuk upacara adat dapat disakralkan atau dikeramatkan.
Beberapa upacara tradisional orang Biak antara lain :
Upacara Gunting Rambut/cukur (Wor Kapapnik),
Upacara Memberi/mengenakan Pakaian (Wor Famarmar),
Upacara Perkawinan (Wor Yakyaker Farbakbuk), dan lain-lain.
Seluruh upacara diiringi dengan lagu dan tari bahkan merupakan sumbangan atau
pendewaan kepada roh-roh para leluhur.
Pekuburan Tua Padwa
Tempat di mana dapat dilihat tengkorak dan tulang belulang dari leluhur suku Biak
yang mendiami kampung Padwa yang teratur rapih di dalam goa batu/tebing karang. Lokasi
ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih 20 menit.
Tari Yosim Pancar
Tarian persahabatan Biak Numfor dikenal dengan nama Yosim Pancar. Pertunjukkan
yang diadakan lebih dari satu orang dengan gerakan dasar yang penuh semangat, dinamik dan
menarik, seperti Pancar gas, Gale-gale, Jef, Pacul Tiga, Seka dan lain-lain.
Wor Barapen
Upacara Barapen adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh para pemuda (Kabor
- Insos) sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja. Setelah upacara
selesai ribuan batu disusun dan dibakar sampai batu tersebut menjadi bara. Batu yang masih
membara disebar, sementara itu pemimpin keagamaan mempersiapkan dirinya dengan
melumuri kakinya dengan cairan khusus sambil mengucapkan mantra. Ketika sang pemimpin
upacara sudah siap, dia kemudian berjalan di atas batu yang masih panas membara.
Festival Pesta Pernikahan Tradisional
Suku-suku di Biak sering sekali mengadakan upacara Munara Yakyaker Purbakbuk,
yaitu sebuah upacara mengantar pengantin perempuan ke rumah pengantin laki-laki.
Yakyaker artinya membiarkan seorang pengantin wanita pergi ke kediaman pengantin pria.

Anda mungkin juga menyukai