Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK


ACARA II
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA

Disusun oleh :
Adam Gemilang
12/331527/PT/06219
Kelompok II
Asisten : M. Rizkiy Syarifudin
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA


Tinjauan Pustaka
Sistem reproduksi pada betina terdiri dari hipofisis, ovarium, oviduct
dan uterus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang
diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi
yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat
fertilisasi yaitu oviduct (Hunter, 1995).
Hipofisis
Hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacam-macam
hormon yang bertugas meregulasi sekresi hormone-hormon kelenjar lain.
Kelenjar-kelenjar yang bekerja dibawah pengaruh hipofisis yaitu gonad,
adrenal, tiroid, dan mamae (Isnaini dan Ihsan, 2011). Kelenjar pituitari atau
hipofisis terletak pada lekukan tulang pada dasar otak yang disebut sel
turiska. Kelenjar pituitari terdiri atas adenohipofisis dan neurohipofisis
(Campbell, 2003).
Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks
wanita. Ada dua buah ovarium yang masing-masing terdapat pada setiap
sisi dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum
dekat ujung fimbria tuba falopi. Ovarium terdiri atas medula dan korteks.
Medula merupakan bagian internal yang mengandung pembuluh limfa dan
darah yang disangga oleh jaringan ikat. Korteks merupakan bagian
eksternal yang mengandung folikel-folikel ovarium atau sel-sel telur yang
terbenam dalam stroma (Farrer, 1999). Menurut Andriyani (2015) ovarium
berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer.
Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada
setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari vesikuler (folikel Graaf).

Oviduct
Oviduct merupakan saluran kelamin paling anterior dan kecil.
Oviduct terdiri atas infundubulum, ampulla, dan istmus. Infundibulum
merupakan bagian oviduct yang paling dekat dengan ovarium, fungsinya
sebagai saluran transport oocyt. Ampulla juga berfungsi sebagai saluran
transport oocyt. Fertilisasi terjadi pada bagian ampulla dan istmus
junction. Fungsi dari oviduct adalah menerima ovum dari ovarium,
menerima

spermatozoa

dari

uterus,

mempertemukan

ovum

dan

spermatozoa dan menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke uterus


(Isnaeni, 2006).
Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi wanita yang mempunyai
peranan penting mulai dari proses menstruasi, kehamilan, hingga proses
melahirkan. Bentuk uterus menyerupai buah pir, berongga, dan berotot.
Berat uterus sebelum hamil adalah 30-50 gram dengan panjang 9 cm dan
lebar 6 cm. Namun saat hamil, uterus dapat membesar hingga mencapai
berat satu kilogram. Uterus tersusun oleh tiga lapisan, lapisan parametium
(lapisan terluar yang berhubungan dengan rongga perut), lapisan
miometrium (lapisan otot yang berfungsi menghasilkan kontraksi untuk
mendorong

bayi

agar

keluar

pada

proses

persalinan),

lapisan

endometrium (lapisan dalam uterus sebagai tempat menempelnya sel


telur yang sudah dibuahi) (Gunawan, 2010).

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum histologi alat reproduksi
betina adalah mikroskop elektrik, lembar kerja, poster jaringan reproduksi
betina (hypophysis, ovarium, oviduct, dan uterus) dan pensil warna.
Bahan. Bahan yang digunakan dala praktikum histologi alat
reproduksi betina adalah preperat histologi hypophysis, ovarium, oviduct,
dan uterus.
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum adalah pengamatan
bagian-bagian dari alatr eproduksi yang telah dilihat pada poster dan
dibandingkan dengan preparat melalui mikroskop elektrik, dibedakan,
diketahui fungsi-fungsinya, dan digambar bagian-bagiannya.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat hasil sebagai
berikut,
Hypophysis
Kelenjar hipofisis terletak dalam fossa hypophysialis (sella tursica),
cekungan dalam pada permukaan atas corpus os sphenoidale. Lembaran
dura

mater

menutupi

lubang

fossa.

Infundibulum

hypophysis

menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar, berjalan melalui lubang


pada dura mater (Gibson, 2002). Menurut
hipofisis

mampu

mensekresikan

Aryulida (2004) kelenjar

bermacam-macam

hormon

yang

mengatur bermacam-macam kegiatan dalam tubuh. Oleh karena itu


kelenjar hipofisis disebut kelenjar pengendali (mastergland). Kelenjar
hipofisis berbentuk bulat dan berukuran kecil dengan diameter 1,3 cm.
Hipofisis terletak pada lekukan tulang yang disebut sella turcica pada
dasar otak. Kelenjar hipofisis secara embriologik berkembang dari
ektoderm saluran pencernaan pada atap mulut dan ektoderm neural pada
hipothalamus yang sedang berkembang. Terdiri dari anterior lobe dan
posterior lobe (Hafez, 2003).

Gambar 1. Preparat Histologi Hypophysis (Kelenjar Pituitari)


(Anonim, 2014)

Kelenjar

hypophysis

terdiri

dari

adenohypophysis

(lobus

glandularis) dan neurohypophysis. Adenohypophysis terdiri dari lobus


anterior (pars distalis dan pars tuberalis) dan pars intermedia. Pendapat
yang sama juga diungkapkan Feradis (2010) bahwa. Hypophysis terbagi
menjadi dua bagian utama namun merupakan satu kesatuan nyata, yaitu
kelenjar

adenohypophysis/hypophysis

anterior

dan

neurohypophysis/hypophysis posterior. Adenohypophysis terdiri dari pars


distalis dan pars tuberalis. Neurohypophysis terdiri dari pars intermedia
dan pars nervosa (processus infundibularis). Tangkai hypophysis terutama
terdiri dari tangkai neural yang menghubungkan neurohypophysis dengan
hypothalamus (Feradis, 2010). Pars distalis merupakan bagian yang
menghasilkan hormon. Menurut Feradis (2010) pars distalis merupakan
bagian utama dari adenohypophysis dan mengandung sel-sel kelenjar
yang mengsekresikan STH, ACTH, TSH, FSH, LH, dan LTH. Ada tiga
macam sel yang terdapat dalam pars distalis yaitu chromophob (sel C)
yang inaktif (tidak menghasilkan hormon) merupakan prekursor dari selsel yang aktif menghasilkan hormon dan chromophil yang aktif
menghasilkan hormon. Sel chromophile dibagi menjadi dua macam
berdasarkan respon terhadap zat warna, yaitu acidophil (sel ) dan
basophile (sel ). Acidophil mempunyai respon terhadap zat warna asam
(berwarna orange, merah) dan didalam sitoplasmanya terdapat banyak
granule. Basophile mempunyai respon terhadap warna basa (berwarna
ungu, biru) dan mempunyai granule tidak sebanyak acidophil.
Pars tuberalis tidak mempunyai fungsi endokrin. Pars intermedia
merupakan tempat sintesa MSH, tetapi pada jenis hewan tanpa pars
intermedia MSH mungkin dihasilkan oleh adenohypophysis. Bagian
terbesar dari neurohypophysis terdiri dari pars nervosa yang mengandung
banyak ujung-ujung saraf. Neurohypophysa mengsekresikan hormone
vasopressin (ADH) dan oxytocin (Feradis, 2010).

Hormon

yang

dihasilkan

oleh

acidophil

adalah

STH

(Somatothrops Hormon) atau Growth Hormon/GH) yang dihasilkan sel


somatotrops dan prolactin yang dihasilkan oleh sel laktotrops. Fungsi STH
adalah untuk pertumbuhan tubuh dan sintesis protein (Feradis, 2010).
Basophil menghasilkan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH
(Luteinizing Hormone) dan Thyrotropie Hormone.

Fungsi FSH adalah

menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel de graaf didalam


ovarium dan spermatogenesis didalam tubuli seminiferi testis, sedangkan
LH bekerja sama dengan FSH untuk menstimulasi pematangan folikel dan
pelepasan estrogen (Feradis, 2010). Menurut Nurhayati (2007) hormon
yang berhubungan dengan reproduksi diantaranya adalah hormon
estrogen dan gonadotropin (FSH dan LH).

Gambar 2. Preparat Histologi Adenohypofisis


(Mescher, 2010)
Menurut Tomaszewska et al. (1991), bahwa hormon GnRH
(Gonadotrophin

Stimulating

Hormone)

diproduksi

di

hypotalamus,

kemudian dilepaskan, berfungsi untuk menstimulasi hypophysis anterior


untuk memproduksi dan melepaskan hormon FSH (Follicle stimulating
Hormone) dan LH (Leuteinezing Hormone). FSH (Follicle stimulating
Hormone) menyebabkan pertumbuhan folikel dan dalam pertumbuhannya,
folikel menghasilkan estrogen, androgen, dan inhibin. Estrogen berperan
dalam

tingkah

laku

kawin,

sifat-sifat

seksual

sekunder,

dan

mempertahankan sistem saluran ambing betina. Inhibin berperan

feedback negatif pada pencegahan pelepasan FSH (Follicle stimulating


Hormone). Sentakan LH (Leuteinezing Hormone) menyebabkan terjadinya
ovulasi dan pembentukan corpus luteum, yang kemudian menghasilkan
progesteron. Progesteron berperan dalam mempertahankan kebuntingan.
Progesteron bekerja sebagai feedback negatif terhadap pituitari dan
hypotalamus. Progesteron dengan atau tanpa estrogen bekerja sebagai
feedback negatif. Estrogen sendiri dapat berperan sebagai feedback
positif atau feedback negatif bergantung pada konsentrasinya. Semua
spesies mamalia kecuali manusia, pada ternak betina mengalami tingkah
laku birahi atau estrus

Gambar 3. Hubungan umpan balik hormon reproduksi betina


(Dikutip dari Tomaszewska et al., 1991)
Ovarium
Menurut Feradis, (2010), ovarium organ betina yang homolog
dengan testes pada hewan jantan. Berbeda dengan testes, ovarium
tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ia merupakan kelenjar ganda,
sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin, misalnya mampu
menghasilkan sekreta berupa ovum (sekresi eksokrin) dan menghasilkan
hormon ovarium, terutama estrogen dan progesteron (sekresi endokrin).
Secara normal struktur ovarium sangat bervariasi, tergantung spesies,
umur dan tahap siklus seksual. Bentuknya lonjong dan pada sayatan
memanjang tampak adanya bagian korteks dan medulla.

Gambar 4. Preparat Histologi Ovarium


(Anonnim, 2010)
Ovum

yang

dihasilkan

ovarium

setelah mengalami

ovulasi

berkembang melalui tahapan antara lain folikel primer, folikel sekunder,


folikel tersier, dan folikel de Graaf. Ovum yang potensial yang disebut
folikel primer, diyakini telah ada pada saat lahir. Tahap-tahap pemasakan
berikutnya terjadi sampai terbentuknya sebuah ovum yang masak yang
disebut folikel de Graaf (Feradis, 2010).

Gambar 5. Pertumbuhan Folikel


(Widayati et al, 2008).
Salah satu fungsi ovarium adalah menghasilkan ovum. Ovum
berkembang dengan melewati tahap-tahap tertentu. Tahap pertama,
pertumbuhan yang terjadi pada hewan betina masih dalam kandungan
dan setelah kelahiran Jadi hewan betina yang baru lahir hanya
mempunyai folikel primer. Folikel primordial atau folikel primer terdiri dari

oosit primer yang dikelilingi oleh selapis sel-sel folikel pipih. Pada folikel
primer, oosit dikelilingi oleh selapis sel-sel folikel kubus. Kalaupun terdapat
folikel

sekunder

jumlahnya

tidak

banyak.

Dalam

tahap

pertama

terbentuklah folikel primer yang berasal dari satu epitel benih yang
membelah diri. Feradis (2010) mengatakan bahwa folikel primer terdiri dari
satu bakal sel telur yang pada fase ini berkumpul dibawah tunika
albugenia. Ciri khas dari folikel primer adalah letaknya melekat pada
permukaan ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh membrane vitallina.
Tahap kedua, pada tahap ini tejadi pertumbuhan dari folikel primer
menjadi folikel sekunder dan terjadi pada waku hewan betina telah lahir
dan telah mengalami pendewasaan tubuh. Folikel sekunder,

oosit

dikelilingi oleh dua atau lebih lapisan sel-sel folikel kubus, tidak semua
folikel primer akan menjadi folikel sekunder, tetapi akan berkurang 1/3 dari
folikel primer karena terjadinya kemunduran pertumbuhan dari folikel
tersebut. Menurut Feradis (2010) folikel sekunder berkembang kearah
pusat

stroma

cortex

sewaktu

kelompok

sel-sel

folikuler

yang

memperbanyak diri membentuk suatu lapisan multiseluler sekeliling


vitellus. Pada stadium ini terbentuk suatu membran zona pellucida, antara
oogonium dan sel-sel folikuler.
Tahap ketiga, perumbuhan folikel dari folikel sekunder menjadi
folikel tertier terjadi waktu hewan menjadi dewasa dan dilanjutkan pada
waktu hewan mengalami siklus birahi. Pada folikel tersier, ditandai dengan
terbentuknya beberapa rongga yang disebut vakuola call exner. Folikel
tertier yaitu folikel sekunder yang tumbuh lebih dewasa, dimana sel-sel
granulosanya lebih banyak. Diantara granulosa terbentuk ruanganruangan yang disebut antrum yang berisi cairan (liquor folliculi), hingga
seluruh folikel tampak lebih besar dan letaknya lebih jauh dari cortex
ovarium. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan Feradis (2010)
folikel tertier timbul sewaktu sel-sel pada lapisan folikuler memisahkan diri
untuk membentuk tepian dan suatu rongga, antrum, kemana oogonium
akan menonjol. Antrum dibatasi oleh banyak lapisan sel folikuler yang

dikenal secara umum sebagai membrana granulosa, dan diisi oleh suatu
cairan jernih, liquor folliculi, yang kaya akan protein dan estrogen.
Tahap keempat, pada tahap ini terdapat pertumbuhan dari folikel
tertier menjadi folikel de graaf. Pada folikel de Graaf, hanya ada satu
rongga besar yang disebut antrum follikuli yang berisi cairan yang disebut
liquor follikuli.

Sel-sel folikel yang berbentuk kubus disebut juga sel-sel

granulosa, sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit primer pada folikel


de Graaf disebut korona radiata,
kolumnar. Mulai dari

sel-sel granulosa berbentuk agak

folikel sekunder hingga folikel de Graaf,

antara

oosit primer dan korona radiata terdapat satu lapisan yang merupakan
cairan (glikoprotein) yang disebut zona pellusida. Folikel de graaf adalah
bentuk folikel yang terakhir dan tersebar pada ovarium dan hanya terdapat
pada hewan betina dewasa yang birahi dan menjelang birahi. Dalam
folikel de graaf ovum terbungkus oleh cumulus oophorus. Antrum-antrum
pada folkel tertier meluas dan menjadi satu yang berisi cairan.
Menurut Feradis (2010) diameter folikel de graaf berbeda-beda
menurut jenis hewan. Karena ukurannya yang selalu bertambah, folikel de
graaf yang matang menonjol keluar melalui kortex ke permukaan suatu
ovarium bagaikan suatu lepuh. Pertumbuhannya meliputi dua lapis sel
stroma cortex yang mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan tersebut
membentuk theca folliculi yang dapat dibagi atas theca eksterna dan
theca interna yang fibrous. Kemungkinan estrogen disekresi langsung dari
sel-sel theca interna kedalam folikel melalui suatu selubung dasar,
membrane propria, yang memisahkan theca interna dari membran
granulosa. Perkembangan pesat buluh-buluh darah cortex di sekeliling
folikel dan pembentukan dua lapisan theca, terutama pada theca interna.
Siklus reproduksi sapi terdiri dari serangkaian peristiwa yang
terjadi dalam urutan tertentu selama periode hari. Siklus estrus rata-rata
sapi yaitu selama 21 hari (rentang 17 sampai 24 hari) dan berkaitan
dengan mempersiapkan saluran reproduksi untuk estrus dan ovulasi
(pelepasan telur). Hari ke-0. folikel matang Graafian berovulasi (pecah)

menanggapi lonjakan LH yang dikeluarkan oleh kelenjar hypophysis. Hari


pertama sampai hari kedua, folikel berubah dan menjadi sel-sel lutein
korpus luteum. Perubahan bentuk sel disebabkan oleh hormon tindakan,
terutama aksi LH. Hari kedua sampai hari ke-5, korpus luteum tumbuh
dengan cepat di kedua ukuran dan fungsi. Banyak folikel mungkin dilihat
pada ovarium tetapi hari ke-5 mereka telah mulai mengalami regresi. Hari
ke-5 sampai hari ke-16, korpus luteum terus mengembang dan mencapai
pertumbuhan dan fungsi maksimum sekitar hari ke-12 mengeluarkan
hormon progesteron yang menghambat LH rilis oleh kelenjar hypophysis.
Selama periode ini, ovarium relatif tidak aktif kecuali untuk korpus luteum
fungsional. Tidak ada

folikel mencapai kematangan dan atau ovulasi

karena keberadaan dari tingginya tingkat progesteron. Hari ke-16 sampai


hari ke-18, korpus luteum mengalami regresi dengan cepat karena
dengan beberapa aktivitas luteum rahim (prostaglandin). Hari ke-18
sampai

hari

ke-19,

korpus

luteum

hampir

tidak

fungsional

dan ini melepaskan aksi pemblokiran progesteron. Beberapa folikel yang


mengalami pertumbuhan, menjadi lebih menonjol oleh lonjakan cepat
pertumbuhan

dan

aktivitas.

Folikel

Graafian

tumbuh,

mensekresi

peningkatan jumlah estrogen, sisanya folikel regresi. Hari ke-19 sampai


hari ke-20, peningkatan rilis estrogen oleh folikel Graafian dan penurunan
nilai progesteron oleh korpus luteum, estrus akan terjadi (siklus kini telah
kembali ke hari ke-0). Tingkat estrogen yang tinggi dalam darah memicu
pelepasan LH. Jumlah LH semakin meningkat, folikel matang pecah untuk
melepaskan telur dan jaringan selular tertinggal menjadi luteinized.
Menanggapi stimulasi kompleks hormonal untuk membentuk korpus
luteum baru (siklus kini telah kembali ke hari pertama sampai hari kedua).
Progesteron menjadi hormon dominan lagi (Rich dan Turman, 2009).
Ovulasi adalah peristiwa ketika membebaskan diri dari sel-sel yang
menyelubunginya

dan

mengambang

bebas

dalam

antrum

yang

diselubungi korona radiata. Oosit terdorong keluar dari permukaan


ovarium disertai dengan sebagian cairan folikular dan korona radiata yang

melekat padanya. Oosit

jika tidak dibuahi akan berdisintegrasi dalam

beberapa hari. Korpus luteum merupakan badan kuning yang terbentuk


dalam ovarium pada folikel yang kosong. Sel lutein korpus luteum
memproduksi estrogen dan progesteron yang akan mencapai puncak
aktivitas pada 5 sampai 7 hari setelah ovulasi. Korpus luteum akan
beregresi

dan berdeteriorasi pada hari ke-15 setelah ovulasi, kecuali

fertilisasi terjadi. Korpus albikans, merupakan jaringan parut putih yang


terbentuk

setelah

jaringan

ikat

menginvasi

korpus

luteum

yang

terdisintegrasi (Sloane, 2004).


Ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus setelah endometrium
mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk
kemungkinan implantasi embrio. Endometrium diserap kembali oleh
uterus pada siklus estrus dan tidak terjadi pendarahan yang banyak.
Perubahan perilaku terlihat sangat jelas selama siklus estrus. Pengaruh
musim dan iklim berpengaruh lebih kuat pada silkus estrus. Estrus adalah
satu-satunya waktu dimana perubahan vagina memungkinkan terjadinya
perkawinan. Estrus kadang-kadang disebut heat (panas), dan memang
sebenarnya suhu tubuh betina sedikit meningkat (Campbell dkk., 2004).

Gambar 6. Siklus
Estrus
(Sumber: http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Dairy/ Graph2.jpg)

Oviduct
Secara histologis dinding oviduct terdiri atas tiga lapisan, yaitu
membrana serosa (lapisan paling besar terdiri dari jaringan ikat)
membrana muskularis (lapisan otot di bawah membran serosa) dan
membrana mucosa (lapisan yang membatasi lumen).

Gambar 7. Preparat Histologi Oviduct


(Hill, 2011).
Oviduct merupakan saluran kelamin paling anterior dan kecil.
Oviduct terdiri atas infundubulum, ampulla, dan isthmus. Infundibulum
merupakan bagian oviduct yang paling dekat dengan ovarium, fungsinya
sebagai saluran transport oocyt. Ampulla juga berfungsi sebagai saluran
transport oocyt. Fertilisasi terjadi pada bagian ampulla isthmus junction.
Fungsi dari oviduct adalah menerima ovum dari ovarium, menerima
spermatozoa dari uterus, mempertemukan ovum dan sperma dan
menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke uterus (Isnaeni, 2006).
Oviduct pada ternak ruminansia dibagi menjadi tiga bagian yaitu
infudibulum, ampulla, dan isthmus. Bagian infudibulum terdapat jumbaijumbai yang disebut fimriae. Infudibulum terletak didekat ovarium yang
berfungsi menangkap folikel yang telah masak (ovum), seperti yang
dijelaskan oleh Feradis (2010), bahwa pada saat ovulasi, ovum disapu
ke dalam ujung tuba fallopii yang berfimrae. Kapasitas, fertilisasi, dan
pembelahan

embrio

terjadi

di

dalam

tuba

fallopii

pengangkutan

spermatozoa ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus untuk


perkembangan selanjutnya diatur oleh kerja cilier (silia) dan kontraksi-

kontraksi muskuler yang dikordinir oleh hormon-hormon ovarial yaitu


esterogen

dan

progesteron.

Oviduct

befungsi

sebagai

tronspor

spermatozoa dari uterus menuju ampulla, tempat pertemuan ovum


dengan spermatozoa (fertilisasi), tempet terjadinya proses kapasitasi
spermatozoa, memproduksi cairan, dan transpor ovum yang telah dibuahi.
Uterus
Secara histologis uterus terbungkus oleh tiga lapisan yaitu
perimetrium, myometrium, dan endometrium. Perimetrium merupakan
membrane serosa. Myometrium merupakan lapisan otot yang terbagi atas
lapisan otot longitudinal, dan lapisan otot sirkuler.

Endometrium

merupakan membrane mukosa yang terdiri atas stroma, kelenjar, dan sel
epitel columner.

Gambar 8. Preparat Histologi Uterus


(Anonim, 2010).
Uterus pada dasarnya, terdiri dari tiga bagian, yaitu, endometrium,
myometrium, dan perimetrium. Didalam endometrium terdapat sel stroma
dan sel kelenjar. Permukaan endometrium dibatasi oleh sel epitel.
Myometrium terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang berbentuk sirkuler
dan dan yang berbentuk longitudinal. Perimetrium terletak paling luar
berseberangan dengan ligament yang dihubungkan dengan dengan
jaringan penghubung sebagai pendukung. Menurut Feradis (2010)
endometrium adalah suatu stuktur glanduler yang terdiri dari lapisan
epithel yang membatasi rongga uterus, lapisan glanduler dan jaringan ikat.
Tebal

dan

vaskularisasi

endometrium

bervariasi

sesuai

dengan

perubahan-perubahan hormonal ovarial dan kebuntingan. Myometrium


adalah bagian muscular dinding uterus yang terdiri dari dua lapis otot licin,

selapis dalam otot sirkuler yang tebal dan selapis luar otot longitudinal
yang tipis. Selama kebuntingan, jumlah jaringan otot pada dinding uterus
sangat bertambah karena pembesaran sel dan penambahan jumlah sel.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum histologi betina yang dilakukan dapat
diketahui bahwa adenohypophysis terdiri dari chromophobe cell, -cell, cell,dan chromophile. Ovarium terdiri dari theca eksterna, membran
basalis, theca interna, antrum, stratum granulosum, rongga vitelina,
corona radiata, zona pelusida, membran vitelina, dan ovum. Oviduct terdiri
dari tunica serosa, membrana muscularis, membrana mucosa, dan lumen.
Uterus terdiri dari perimetrium, myometrium, sel longitudinal, sel sirkular,
sel kelenjar, sel stroma, endometrium, dan lumen.

Daftar Pustaka
Andriyani, Triana dan Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Deepublish. Yogyakarta
Anonim.
2010.
Anatomi
Betina.
Available
at
http://instruction.cvhs.okstate.edu/Histology/HistologyReference/hr
malers.htm Accestion date 7 Oktober 2015.
Anonim.
2010.
Anatomi
Betina.
Available
http://www.webpathology.com/image.asp?n=4&Case=27
Accestion date 7 Oktober 2015

at

Anonim.
2010.
Antomi
Betina.
Available
http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Dairy/Graph2.jpg
diakses tanggal 7 Oktober 2015
Anonim, 2014. Kelenjar Hyphophysis. www.medicinesia.com. Diakses
pada 7 Oktober 2015

at

Campbell. 2003. Physiology Notes for Nurses. Whurr Publishers. 19B.


Compton Terrace, London
Campbell, N.A., Jane, B.R. dan Lawrence, G.M. 2004. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Farren, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. EGC.Jakarta
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. EGC.
Jakarta
Gunawan, Surya. 2010. Mau Anak Laki-Laki atau Perempuan Bisa Diatur.
Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
Hafez, E.S.E. 2003. Reproduction in Farm Animals, 7th edition, Lea
and Febiger, Philadelphia.
Hill, Mark. 2011. UNSW Embryology. Available at http://embryology.
med.unsw.edu.su/Notes/endocrine7.htm.
Diakses
tanggal
3
November 2013 pukul 13.35 WIB
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta
Isnaini, Nurul, dan Moch Nur Ihsan. 2011. Profil Protein Hipofisa Sapi
Peran Peranakan Fries Holland (PFH) Betina Fase Folikuler &
Luteal. Jurnal Ternak Tropuika Vol. 12 1:1-9
Mescher, A.L. 2010. Junqueiras basic histology 12th ed. Singapore : Mc.
Graw Hill. P 348-70 http://www.medicinesia.com/kedokterandasar/metabolikendokrin/
aspek-anatomi-dan-histologi-kelenjarendokrin/. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013 pukul 06.10 WIB
Nurhayati, Imas Sri, RA. Saptati dan E.Martindah. 2007. Penanganan
Gangguan Reproduksi Guna Mendukung Pengembangan Usaha

Sapi Perah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,


Bogor.
Rich, T. D. dan E. J. Turman. 2009. Reproductive Tract Anatomy and
Physiology of the Cow. Animal Science Department, Oklahoma
State University.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Tomaszewska M W., Ketut S., Gede P., dan Thamrin D. 1991. Reproduksi,
Tingkah Laku, dan Produksi Ternak Di Indonesia. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Widayati et al, 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak.
Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai