Anda di halaman 1dari 28

Bab I

Pendahuluan
1.1 . Latar Belakang
Kesehatan individu maupun kelompok dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut
Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.
Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan
maupun perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat
dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.1 Hal ini mendorong pemerintah untuk
mencanangkan Program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang
salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih.2
Dalam bidang kesehatan, air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan
dalam penularan penyakit karena dapat menjadi media pertumbuhan mikrobiologi. 3 Menurut
WHO UNICEF sekitar sepuluh ribu penduduk di negara berkembang meninggal setiap
harinya karena penyakit yang disebabkan oleh air. Dari daftar urutan penyebab kunjungan
puskesmas atau balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok penyakit
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Penyakit diare ini pun masih
menduduki urutan atas sebagai penyebab kematian di negara berkembang seperti di
Indonesia. Penyediaan sarana air bersih yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat
belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang
belum memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and
Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO)/United nations of childrens fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk
dunia yang masih kekurangan air bersih.4. Di Indonesia setiap tahun dapat ditemukan sekitar
enam puluh juta kejadian penderita diare akibat penggunaan air yang tidak sehat yang 70-80
% dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian).5
Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi negara maju
maupun negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai halnya pula negara berkembang
lainnya, tidak luput dari permasalahan penyediaan air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu
masalah pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum
meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama pada daerah pedesaan dan sumber air
1

bersih yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di
kota-kota besar, sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM telah tercemari oleh
limbah industri dan limbah domestik, sehingga beban dalam segi pengelolaan air bersihnya
semakin meningkat.
Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sarana air bersih
sebesar 90,1%, sedangkan di pedesaan sebesar 67,6 %.7 Berdasarkan Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2012, persentase sarana air bersih hanya mencapai angka
52,8%, di Kabupaten Karawang tahun 2015, hanya mencapai angka 40,3 % dan di
Puskesmas Loji tahun 2015 hanya mencapai 37.63%. Angka ini masih sangat jauh dari
target penilaian kinerja puskesmas sebesar 80%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program dengan tujuan
memperbaiki angka pengawasan sarana air bersih dan mengidentifikasi faktor risiko
lingkungan yang dapat dipengaruhi oleh sarana air bersih yang buruk ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah, yakni :
1. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang
dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United nations of childrens
fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan
air bersih.
2. Di Indonesia setiap tahun dapat ditemukan sekitar enam puluh juta kejadian penderita
diare, 70-80 % dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian)
akibat penggunaan air yang tidak sehat.
3. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah di pedesaan cakupan sumber air bersih
4.

sebesar 67,6 %.
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, persentase sarana
air bersih hanya mencapai angka 52,8%, di Kabupaten Karawang tahun 2015,
hanya mencapai angka 40,3 % dan di Puskesmas Loji tahun 2015 hanya mencapai
37.63%. Angka ini masih sangat jauh dari target penilaian kinerja puskesmas
sebesar 80%.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum :

Mengetahui tingkat keberhasilan program serta masalah yang timbul dan cara
penyelesaiannya dalam melaksanakan program pengawasan Saran Air Bersih (SAB) di
wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan Desember 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus :


a) Diketahuinya cakupan rumah yang menggunakan sarana air bersih untuk
keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari sampai
dengan Desember 2015.
b) Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan

Desember

2015.
c) Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari
sampai dengan Desember 2015.
d) Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari
sampai dengan Desember 2015.
e) Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja Puskesmas Loji.

1.4. Manfaat
1.4.1.

Bagi evaluator :
-

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.


Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program

pengawasan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.


Megetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan program
Puskesmas khususnya mengenai pengawasan sarana air bersih dan merangsang
cara berfikir kritis dan ilmiah.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi :


-

Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi


Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.
Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( UKRIDA ) sebagai universitas
yang menghasilkan dokter yang berkualitas.
3

1.4.3. Bagi Puskesmas yang dievaluasi :


-

Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program pengawasan sarana air

bersih disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahannya.


Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

1.4.4. Bagi Masyarakat :


-

Terciptanya pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu, khususnya bagi

masyarakat yang kekurangan air bersih.


Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai
penyakit yang ditularkan langsung oleh air (penyakit kolera, demam tifoid,
disentri, dan diare), penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air (Penyakit kulit:
kudis, panu), dan penyakit yang ditularkan melalui vektor (penyakit malaria,
demam berdarah) di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan
Desember 2015.

1.5. Sasaran
Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji periode Januari sampai
dengan Desember 2015.

Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Program ini mengevaluasi materi yang terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan yang
dilakukan Puskesmas mengenai program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Loji
periode Januari sampai dengan Desember 2015, yang berisi kegiatan :
1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.
2. Pendataan jenis sarana air bersih yang ada.
4

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pendataan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih.


Inspeksi sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Loji.
Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat
Pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.
Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.
Pencatatan dan Pelaporan.

2.2. Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara mengadakan pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem, lalu dilihat
apakah terdapat perbedaan antara pencapaian tiap-tiap variabel dalam sistem pada program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan
Desember 2015 terhadap tolok ukur yang ditetapkan sehingga dapat ditentukan masalah yang
ada dari pelaksanaan program lalu dapat dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan dari
masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur
sistem.

Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis

Lingkungan

Masukan

Proses

Keluaran

Dampak

Gambar 1. Bagan Teori Sistem


Umpan
Balik
Gambar di atas menggambarkan
sistem
adalah gabungan dari elemen-elemen yang
saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu :
5

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur

perencanaan

(planning),

pengorganisasian

(organizing),

pelaksanaan

(actuating), dan pemantauan (controlling).


3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan
non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2.

Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan

sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasansarana air bersih
(SAB). Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
pengawasan sarana air bersih (SAB).
Tolak ukur berdasarkan pedoman instrumen penilaian kinerja Puskesmas Provinsi Jawa
Barat tentang cakupan pengawasan rumah sehat adalah sebesar 80% (dalam tahun) atau
6,67% (dalam bulan).

Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari:
1. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Loji, Kecamatan Tegalwaru Tahun
2015
2. Data Bulanan Penyehatan Lingkungan, Puskesmas Loji, Karawang periode Januari
sampai dengan Desember 2015.
3. Data geografi dan kependudukan (data demografi) kecamatan Tegalwaru tahun 2015.
4.2. Data Umum
4.2.1. Data Geografi
4.2.1.1 Luas Wilayah dan Batas-batas
4.2.1.1.1 Lokasi : Gedung UPTD Puskesmas Loji terletak di Jalan Raya Pangkalan-Loji, Kecamatan
Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Puskesmas Loji terletak di bagian Selatan Kabupaten
Karawang, di Kecamatan Tegalwaru desa Cintalaksana, dengan luas wilayah 107,68 Ha,
berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Loji dan 40 km dengan Kantor Pemda Kabupaten
Karawang dengan waktu tempuh 90 menit menggunakan roda empat.
4.2.1.1.2 Batas wilayah kerja Puskesmas Loji
Sebelah Utara
: Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Cianjur
Sebelah Barat
: Kecamatan Pangkalan
Sebelah Timur
: Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang dan
Kabupaten Purwakarta
7

4.2.1.2 Wilayah Administrasi


Secara administrasi wilayah UPTD Puskesmas Loji mempunyai wilayah kerja yang
terdiri dari 9 desa, 40 RW dan 109 RT. Kesembilan Desa Tersebut adalah Desa Kutamaneuh,
Kutalanggeng,

Cintalanggeng,

Cintawargi,

Cintalaksana,

Mekarbuana,

Wargasetra,

Cigunungsari, Cipurwasari.
4.2.2. Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji Kabupaten Karawang berada pada dataran
tinggi dan tidak dipinggir pantai.
4.2.3. Iklim
Sesuai dengan bentuk geografinya, Kecamatan Loji merupakan dataran tinngi dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.4. Hidrografi
Daerah Loji mempunyai irigasi yg berfungsi mengaliri lahan pertanian.
4.2.5. Demografi
4.2.5.1 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Loji pada tahun 2015 berdasarkan
sumber data kependudukan kecamatan Loji sebanyak 35.400 jiwa. Jumlah penduduk
tersebut bervariasi berdasarkan sumber datanya. Penduduk laki-laki 18.100 jiwa dan
perempuan 17.300 jiwa.
4.2.5.2 Sebagian besar penduduk berpendidikan SD: 44,10 % (733 orang)
4.2.5.3 Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani: 57,90 % (6.938 orang).
4.2.6 Jenis sarana kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Loji,
antara lain:

Puskesmas UPTD

buah

Puskesmas pembantu :

buah

Praktek dr perorangan :

orang

Praktek Bidan

14

orang

Apotik

buah

Posyandu

37

buah

Posbindu

buah

Praktek di Puskesmas
8

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

o
o
o
o
o

Dokter umum
Dokter gigi
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Juru immunisasi
Petugas Gizi
Petugas Laboratorium
Petugas Penyuluh
Petugas Farmasi
Pelaksana Umum
Pengemudi
Petugas Kebersihan
Petugas Keamanan
Fasilitas Kesehatan
Puskesmas
Posyandu
Balai Pengobatan Swasta
Dokter Praktek Swasta
Klinik Swasta

: 2 Orang
: 1 Orang
: 22 Orang
: 8 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 7 Orang
: 1 Orang
: 2 Orang
: 2 Orang
: 1 Buah.
: 37 Buah.
: 10 Buah
: 4 Orang
: 6 Buah

4.3. Data Khusus


4.3.1 Masukan
4.3.1.1 Tenaga

Penanggung jawab program

Tenaga kesehatan lingkungan (sanitarian)

: 1 orang (Kepala Puskesmas)


: 1 orang (merangkap sebagai
koordinator program, pelaksana
program
dan
Bendahara
Operasional Kegiatan)

4.3.1.2 Dana

Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

APBD
4.3.1.3 Sarana

Medis
- Sanitarian kit

: Tidak ada

Non medis
- Infocus
- Layar
- Leaflet
- Lembar balik
- Poster
- Formulir inspeksi sanitasi
- Formulir pengiriman sampel
- Alat tulis

: Ada. 1 buah
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada
: Ada
: Ada

: Ada
: Ada

Buku pedoman Kesling


Sarana transportasi

: Ada (2 buah)
: Ada

4.3.1.4 Metode
Pendataan jumlah dan jenis sarana air bersih
Pendataan ini diambil dari data pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan Desember 2015, seperti dibawah :
Sumur Gali
Sumur Pompa Listrik
Penampungan Mata Air

: 6969 buah
: 100 buah
: 2197 buah

Pemeriksaan atau inspeksi sarana air bersih.


Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 3 kali per bulan. Inspeksi dilakukan
dengan syarat:
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan ialah :

Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari


tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat (tidak mudah
retak/longsor) untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam
sumur. Kedalaman 3 m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat hidup
lagi.

Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak disemen,
tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.

Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur 1 meter dari lantai,
terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak
masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan pemakai.

Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur l,5 m
dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5%
ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah
mengalir ke saluran air limbah.

10

Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak
dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di
bawah/lantai tetapi digantung.

Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah harus
kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air buangan/peresapan.

Persyaratan sumur pompa sebagai berikut :

Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah


yang mengandung air.

Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurang 3 m.

Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan
lebarnya 1 m sekeliling pompa.

Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m


panjangnya.

Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa


listrik.

Pengambilan sampel air.


Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa sampel diambil
setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20
cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah 2 menit air
keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter, untuk
pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dengan jumlah air
yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim ke
laboratorium.
Dilakukan pemeriksaan SAB yang mempunyai tingkar risiko pencemaran air yang
rendah (memenuhi syarat)
11

PemeriksaanSAByangmempunyaitingkatrisikopencemaranairyangrendah
(memenuhi syarat)dilakukanberbarengandengan pemeriksaanSABatau inspeksi
sanitasi.
Tingkatrisikopencemaranairterbagimenjadi:
- AT (amat tinggi)
- T (tinggi)
- S (sedang)
- R (rendah).
Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke
dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian atau visualisasi data dalam bentuk
peta, grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan
tahunan).

Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai format yang telah ada.

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Terdapat perencanaan yang dibuat setahun sebelumnya, berupa:

Pendataan SAB 1 kali setahun tentang jenis dan jumlah sarana air bersih
Inspeksi sanitasi SAB yang memenuhi syarat sebanyak 36 kali (1 bulan 3 kali)
Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis dilakukan

minimal 4 kali dalam setahun (3 bulan sekali)


Pengambilan sampel air dilakukan minimal 4 kali dalam setahun (3 bulan sekali)
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan

4.3.2.2.

Pengorganisasian

Pengorganisasian Program Pengawasan Sarana Air Bersih di UPTD Puskesmas Loji


12

Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
Kepala PKM
Hj.Ujang Suryana, SKM
Ka. Tata Usaha
Didi, SKM
Koordinator Program
Arry Setiawan, AMKL

Pelaksana Program
Arry Setiawan, AMKL
Bagan 2. Struktur organisasi bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Loji

Pengorganisasian dalam program Kesehatan Lingkungan dibagi berdasarkan jabatan:


a. Kepala Puskesmas (Hj. Ujang Suryana, SKM):

Sebagai penanggung jawab program.

Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat kecamatan.

Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di


wilayah kerja.

b. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Arry Setiawan, AMKL):

Koordinator program.

Pelaksana program.

Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan


kepada Kepala Puskesmas tiap bulan.

4.3.2.3.

Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana dan metode yg telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala :

Pendataan 1 kali setahun tentang jenis dan jumlah sarana air bersih serta jumlah
penduduk pada bulan Desember.

Pemeriksaan sarana air bersih

13

Pemeriksaan secara berkala setiap bulan terhadap sarana air bersih yang ada,
dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dengan mendatangi rumah penduduk
yang menggunakan SAB di wilayah kerja Puskesmas Loji pada pukul 09.00 WIB
14.00 WIB

Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis


Tidak dilakukan pengambilan sampel air.

Pencatatan dan pelaporan :


Pencatatan: dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan.
Pelaporan: dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.3 Pengawasan
Adanya rapat bulanan di Puskesmas Loji tentang hasil pencapaian program
pengawasan sarana air bersih dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan
kualitas air ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan apabila terjadi kejadian luar
biasa karena penurunan kualitas air.

4.3.3. Keluaran
4.3.3.1. Cakupan Jumlah Rumah yang Menggunakan Sarana Air Bersih
Jumlah rumah yang memiliki SAB di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun
waktu Januari sampai dengan Desember 2015
--------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
Januari sampai dengan Desember 2015
9266
Cakupan : ------------- X 100 % = 96,55 %
9597
Target : 80%
14

4.3.3.2. Cakupan Hasil Inspeksi Sarana Air Bersih (SAB)


Jumlah SAB diinspeksi yg memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu Januari 2015 sampai dengan Desember 2015
---------------------------------- x 100%
Jumlah SAB yang ada

Cakupan :

3487
------------------ X 100 % = 37,63%
9266
Target : 80 %

4.3.3.3.

Cakupan sarana air bersih yang diinspeksi yang memiliki tingkat risiko
pencemaran rendah (memenuhi syarat)
Jumlah SAB yang diinspeksi yang mempunyai memenuhi syarat
-------------------------------------------- x 100%
Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi

Cakupan :
4.3.3.4.

2541
------------- X 100 % = 74,30 %
3487

Cakupan pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi
Target perlindungan SAB terhadap risiko pencemaran : 95 %
Jumlah SAB yang diambil Sampelnya
---------------------------------------------- x 100%
Jumlah SAB yang diinspeksi
Cakupan

: Tidak dilakukan

Target sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi adalah
80%

15

4.3.3.5.

Cakupan jumlah SAB

dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi

syarat kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi
syarat bakteriologis
---------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
Cakupan : tidak dilakukan
Target kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %

4.3.4. Lingkungan
4.3.4.3.
Fisik
Sebagian besar Kecamatan Loji daratannya diliputi sawah, tanah, gunung dan
sebagian kecil oleh sungai. Sehingga masyarakat di kecamatan ini menggunakan air tanah
yang kebanyakan didapat dari sarana sumur gali, pompa listrik, dan perlindungan mata
air. Tapi banyak juga masyarakat yang menggunakan air sungai dan irigasi untuk
keperluan sehari-hari. Air irigasi berwarna kehijauan, dengan banyak tanaman gulma
ditepi sungai. Terdapat beberapa tempat yang menjadi tempat jamban. Wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang berada pada dataran rendah.
4.3.4.4.
Non fisik
- Keadaan sosial ekonomi masyarakat, dimana sebagian besar penduduk bermata
pencaharian petani dari total jumlah penduduk merupakan masyarakat miskin. Hal
tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang
-

memadai.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program. Karena sebagian besar
penduduk merupakan tamatan SD, pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air

bersih masih kurang.


Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat mempengaruhi keberhasilan
program. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.

4.3.5. Umpan Balik

16

Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan

akan dapat digunakan sebagai masukan untuk program SAB selanjutnya.


Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

4.3.6. Dampak
- Dampak langsung seperti menurunnya angka morbiditas dan mortalitas yang
disebabkan penyakit yang ditularkan
-

langsung oleh air (penyakit kolera, demam

tifoid, Disentri, dan Diare).


Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih tidak
lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-variabel dari Masalah

No

Variabel

Target PKM Loji dan

Pencapaian

Masalah

80%

96,55%

(-)

80%

37,63%

(+)
52,96%

95 %

74,30%

(+)

Provinsi Jawa Barat


1

Keluaran :
- Cakupan jumlah
rumah

tangga

yang
menggunakan
SAB
-

Hasil

inspeksi

sarana air bersih


(SAB)
-

20,7%

Cakupan SAB
yang diinspeksi
yang mempunyai
tingkat resiko

80%

Tidak dilakukan

(+)

100%

Tidak dilakukan

(+)

pencemaran air
yang rendah

Cakupan
pengambilan
17

sampel air

Cakupan SAB
dengan kualitas
bakteriologis
yang memenuhi
syarat kesehatan

Masukan :
- Tenaga (Man)

Tersedianya minimal 2
orang sebagai koordinator
dan pelaksana program
pengawasan sarana air
bersih yang terampil/

Dana (money)

Satu orang merangkap


koordinator kesehatan
lingkungan juga
sebagai pelaksana
program dan
Bendahara
Operasional Kegiatan

(+)

terampil di bidangnya.
(+)
Tersedianya dana BOK

Sarana (Material)

yaitu sebesar Rp 50.000,00

Tidak ada laporan

untuk 5 rumah setiap

penggunaan dana

pemeriksaan

operasional dan

(+)

kurangnya dana
-

Infocus
Layar
Sanitarian Kit
Leaflet
Poster
Kendaraan operasional

operasional kegiatan
-

Ada
Tidak ada layar
Tidak Ada
Tidak ada leaflet
Tidak ada poster
Ada

18

Proses
-Pengorganisasian

Dibentuk struktur

Struktur organisasi su-

organisasi, kepala

dah

puskesmas sebagai

koordinasi belum optimal

jelas,

(+)

namun

penanggung jawab
program, melimpahkan
kekuasaan kepada
Koordinator program
-Pelaksanaan

(programmer), kemudian

(+)

melakukan koordinasi

Pendataan SAB sudah

dengan pelaksana program.

baik, pengawasan belum

Sesuai dengan rencana dan


metode yang telah
ditetapkan, dilaksanakan
secara berkala:

optimal,

dimana

tidak

ada jadwal dan target


pemeriksaan yang tepat
setiap bulannya,

pemeriksaan dan inspeksi


SAB minimal 3x/bulan,

19

Pengaruh Lingkungan
Fisik

Masyarakat di kecamatan Tegalwaru menggunakan air tanah


yang didapat dari sarana sumur gali, sumur pompa, juga
perlindungan mata air. Berdasarkan keterangan petugas, air yang
dihasilkan berwarna kehijauan disebabkan karena lokasinya
yang dekat dengan persawahan
1. Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi
keberhasilan program. Sebagian besar kepala keluarga
bermata pencaharian petani dari total jumlah keluarga

Non Fisik

merupakan

keluarga

miskin,

hal

tersebut

dapat

mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih


yang memadai.
2. Tingkat pendidikan memengaruhi keberhasilan program
SAB. Karena sebagian besar tingkat pendidikan Kepala
Keluarga tamat SD pengetahuan tentang kualitas air dan
SAB masih kurang
3.

Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat


mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian masyarakat
masih menggunakan air irigasi untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan

limbah keluarga.
Nb : hanya yg bermasalah yang dimasukan

20

Bab VI
Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas
Loji periode Januari sampai dengan Desember 2015, terlihat beberapa masalah:

6.1 Masalah sebenarnya ( menurut keluaran)


6.1.1 Cakupan inspeksi sarana air bersih dengan besar masalah 52,96 %
6.1.2

Cakupan SAB yang diinspeksi yang mempunyai tingkat resiko pencemaran air yang
rendah dengan besar masalah 20,7%

6.1.3

Cakupan pengambilan sampel air dan Cakupan pengambilan sampel air untuk
pemeriksaan bakteriologis dan kimiawi tidak dilakukan

6.2 Masalah dari unsur lain (penyebab)


6.2.1

Masukan
Tenaga
Terdapat hanya satu orang petugas yang bertugas sebagai kordinator merangkap
sebagai pelaksana program dan bendahara Bendahara Operasional Keuangan.

Dana
Dana BOK hanya mencukupi inspeksi beberapa sarana air bersih, tidak cukup jika
menginspeksi seluruh sarana air bersih. Tidak ada dana untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium air bersih untuk menilai kualitas air.

Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya layar, leaflet, lembar balik, dan poster.

6.2.2

Proses
21

Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal di lintas program
dan lintas sektoral.

Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data, pemeriksa setiap bulannya. Pelaksanaan
program tidak disertai jadwal serta yang tetap setiap bulannya, sehingga
memengaruhi jumlah kuantitas sarana air bersih yang diperiksa. Selain itu,
pengambilan sampel untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air tidak
dilakukan

6.2.3

Lingkungan

Berdasarkan keterangan petugas, air yang dihasilkan berwarna kehijauan


disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan persawahan

Karena sebagian besar tingkat pendidikan Kepala Keluarga

pengetahuan tentang kualitas air dan SAB masih kurang


Sebagian masyarakat masih menggunakan air irigasi untuk keperluan mandi,

tamat SD

mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.

Bab VII
22

Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah pada variabel keluaran, maka di dapat beberapa
masalah :
A. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 37,63%.
B. Cakupan SAB yang diinspeksi dengan tingkat resiko pencemaran rendah sebesar
74,30%
C. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan
D. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak
dilakukan.
Dengan sistem skoring, maka akan di dapat prioritas masalah sebagai berikut :
No

Parameter

Prioritas Masalah

1
2

Besarnya masalah
Berat ringannya masalah

A
5
5

B
4
4

C
5
3

D
5
5

Keuntungan sosial karena terselesainya masalah

Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah

Teknologi yang tersedia

Jumlah

23

21

17

20

Keterangan derajat masalah :


5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Sangat Kurang Penting
Dari dilakukannya teknik skoring untuk mendapatkan prioritas masalah, di dapat 2
masalah yang ingin diselesaikan yaitu :
1. Cakupan inspeksi sarana air bersih dengan besar masalah 52,96%.
2. Cakupan SAB yang diinspeksi dengan tingkat resiko pencemaran rendah dengan
masalah 20,7%
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

Masalah 1 :
Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 37,93 % dan besar masalah
52,96%
23

Penyebab :

Tenaga
-

Petugas juga menjalankan multiprogram serta kurangnya kerjasama lintas sektoral


dan lintas program.

Kader terlatih untuk melakukan pengawasan dan penyuluhan masih kurang Ini
membuat pekerjaan inspeksi sarana air bersih kadang kurang optimal

Dana
Tidak ada dana yang mencukupi untuk menginspeksi seluruh sarana air bersih yang ada.
Dana operasionalnya masih

kurang, yakni Rp 50.000,00 untuk 5 rumah setiap

pemeriksaan.
Penyelesaian Masalah

Tenaga
-

Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang


pengawasan sarana air bersih.

Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral. Selain itu, dengan
menggunakan azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga
melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program PHBS oleh kader, untuk
sekaligus melakukan pengawasan sarana air bersih

Dana
Penambahan biaya yang tidak hanya dari BOK saja melainkan bersumber dari
masyarakat, misalnya iuran warga. Di samping itu, perlu juga mengusulkan kepada
Pemerintah Daerah untuk menambah lagi dana supaya inspeksi sarana air bersih bisa
dilakukan menyeluruh.

Masalah 2 :
Cakupan SAB yang diinspeksi yang mempunyai tingkat risiko pencemaran air yang rentan
dengan pencapaian 74,30 % dan besar masalah 20,7 %
Penyebab :

Tenaga
24

Tidak adanya kader yang terlatih dalam bidang pengawasan sarana air bersih.

Sarana
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan sarana
air bersih terutama dalam hal penyuluhan, seperti tidak adanya layar, leaflet, lembar balik,
dan poster Bahan

Pengorganisasian
Belum adanya koordinasi yang jelas untuk kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

Penyelesaian Masalah :

Tenaga
Mengumpulkan orang-orang di lingkungan tersebut yang bersedia menjadi kader dan
dilatih dalam bidang pengawasan sarana air bersih.

Sarana
Menyediakan alat-alat untuk penyuluhan seperti layar, leaflet, lembar balik, dan poster
melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan

Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektoral dengan meminta bantuan Kepala
Puskesmas untuk mendorong kerjasama dengan program lain seperti program Promosi
Kesehatan atau program lainnya. Untuk lintas sektoral meminta kerja sama dengan
Pemerintah Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bergerak di bidang lingkungan, dll.

25

Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai dengan
Desember 2015 belum mencapai target. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
masalah, yaitu:
a. Jenis sarana air bersih yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Loji, yaitu SGL,
Pompa listrik dan PMA dengan jumlah seluruhnya, yaitu 9266 SAB.
b. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 37,93 % dan besar
masalah 52,96 % karena tenaga yang kurang dan dana yang kurang
c. Cakupan SAB yang diinspeksi yang mempunyai tingkat risiko pencemaran air yang
rendah dengan pencapaian 74,30 % dan besar masalah 20,70 %
d. Tidak dilakukan pengambilan saampel air untuk uji bakteriologi dan kimia
9.2 Saran
9.2.1

Saran bagi kepala Puskesmas

Menambah jumlah, memotivasi dan melatih kader, terkait dengan pengawasan sarana air
bersih disetiap desa, diharapkan dalam jangka waktu 6 bulan sudah terbentuk kader kesehatan
lingkungan di setiap desa.

Membuat jadwal dan target pemeriksaan sarana air bersih yang tetap setiap bulannya.

Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan Dinas Sosial,
Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum.. Selain itu, dengan menggunakan azas
keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga melakukan pendataan ke setiap rumah
seperti program PHBS oleh kader, untuk sekaligus melakukan pengawasan sarana air bersih.

Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengikuti arisan warga untuk membangun sumur
gali atau sumur pompa secara bergilir.

Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk
pengawasan sarana air bersih.

26

Melakukan pemetaan pada laporan tahunan untuk pemeriksaan sarana air bersih sehingga
tidak melakukan pemeriksaan kembali pada rumah tangga yang sama.

Menyiapkan leaflet dan lembar balik untuk sarana penyuluhan baik perorangan maupun
penyuluhan kelompok. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat tentang
sarana air bersih sehingga mengubah sikap dan perilaku.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

Daftar Pustaka
1

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja


Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman

Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004.


Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana
Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta. 1990.
27

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang ditularkan melalui air.


Jakarta: Depkes RI; 2007.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.


Jakarta : Depkes RI, 2004.

Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 1 Maret 2016 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.

28

Anda mungkin juga menyukai