Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan mahluk hidup lainnya. Selain
itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya
anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi,
anak-anak, orang tua, dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di
rumah. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk
berkarya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian
di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih dari 80% penyakit yang diderita oleh bayi dan
balita.1,2
Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu
indikator Indonesia Sehat 2015 dan target Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015. Target rumah sehat yang akan dicapai dalam Indonesia Sehat 2015 telah
ditentukan sebesar 80%.3
Upaya pengendalian faktor resiko yang mengancam kesehatan keluarga dari
dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak memenuhi
syarat,
telah
diatur
dalam
Nomor829/Menkes/SK/VII/1999
Keputusan
tentang
Menteri
Persyaratan
Rumah
Kesehatan
Sehat.
RI
Dalam
penilaian rumah sehat terdapat beberapa parameter rumah yang dinilai, meliputi 3
(tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok higiene rumah, kelompok
sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni.1,4
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase rumah sehat
secara nasional hanya sekitar 61,68%. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2012, persentase rumah sehat hanya mencapai angka 62,8%, di
Kabupaten Karawang tahun 2013, hanya mencapai angka 51,47% dan di Puskesmas
1
Loji tahun 2014 hanya mencapai 23.90 %. Angka ini masih sangat jauh dari target
2
80%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase rumah sehat
Puskesmas Loji pada periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 dengan metode
pendekatan sistem.
2
Tujuan Khusus:
Diketahuinya jumlah rumah di wilayah kerja Puskesmas Loji pada periode Januari 2015
Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program upaya kesehatan
baik.
Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar keberhasilan
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program Pengawasan Rumah Sehat di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Januari 2015
sampai dengan Desember 2015, diambil dari laporan bulanan penyehatan lingkungan
yang terdiri dari:
Pendataan rumah sehat
pendataan dilakukan menurut jumlah rumah yang ada .
Inspeksi rumah sehat
Inspeksi dilakukan secara berkala dengan mengunakan lembar formulir
pemeriksaan.
Penyuluhan rumah sehat
Penyuluhan dilakukan bila rumah yang di inspeksi tidak memenuhi kriteria dan
syarat.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan
dimasukkan ke dalam format pencatatan program pengawasan rumah
sehat (register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat
2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, dan interpretasi data program Rumah Sehat di Puskesmas Loji
periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015. Data dibandingkan dengan tolok
ukur yang telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga
4
ditemukan masalah pada program rumah sehat. Usulan dan saran diberikan
berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur keluaran sebagai pemecahan
masalah, dengan menggunakan pendekatan sistem. Hasil evaluasi program ini
disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1 Kerangka Teoritis
Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau
pemantauan (controlling).
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa rapat bulanan.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem dari kegiatan
Rumah Sehat.
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, dan umpan balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
Bab IV
Penyajian Data
1.1 Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder dan tersier yang berasal
dari:
Data sekunder :
Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Loji, Kecamatan Tegalwaru Tahun 2014.
Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Loji, Kecamatan Tegalwaru,
Data tersier :
Data geografi UPTD Puskesmas Loji, Kecamatan Tegalwaru Tahun 2014.
Data monografi Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang tahun 2014.
1.2 Data Umum
1.2.1 Data Geografi
Lokasi : Jl. Raya Pangkalan Loji Kp. Munjul Rt 01 Rw 02 Desa
Cintalaksana.
Kecamatan Tegalwaru adalah salah satu kecamatan dari 36 kecamatan
yang ada di Kabupaten Karawang. Terletak di sebelah selatan kota
kabupaten yang berjarak 37 KM dengan waktu tempuh 90 menit
menjadi tanah sawah seluas 2.214 Ha, tanah darat 7.580 Ha.
Batas wilayah kerja Puskesmas Loji:
Sebelah Utara : Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang
Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur
Sebelah Barat : Kecamatan Pangkalan
Sebelah Timur : Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang dan
Kabupaten Purwakarta
Wilayah Administrasi
7
Data Demografi
1.2.2.1 Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris
yang terdiri dari tanah pertanian seluas 2.214 km2.
1.2.2.2 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji, kabupaten Karawang
berada pada dataran kering.
1.2.2.3 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Tegalwaru merupakan
dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 32-36 C.
1.2.2.4 Hidrografi
Tegalwaru mempunyai banyak aliran sungai yang mengarah ke
muara dan langsung berhubungan dengan laut Jawa
1.2.2.5 Demografi
Berdasarkan data proyeksi tahun 2014, jumlah penduduk
Kecamatan Loji adalah 36.486 jiwa, yang terdiri dari :
Jumlah RT
: 111 RT
Jumlah penduduk laki-laki : 17.346 orang
Jumlah penduduk perempuan : 16.806 orang
Jumlah bayi dan balita
: 3.890 anak
Jumlah RumahTangga: 15.023 Rumah tangga
Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran II.
Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Loji adalah 9 desa dengan luas
wilayah 10.165 Ha, maka berarti rata-rata kepadatan
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Dokter umum
Dokter gigi
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Juru immunisasi
Petugas Gizi
Petugas Laboratorium
Petugas Penyuluh
Petugas Farmasi
Pelaksana Umum
Pengemudi
Petugas Kebersihan
Petugas Keamanan
Fasilitas Kesehatan
Puskesmas
Posyandu
Balai Pengobatan Swasta
Dokter Praktek Swasta
Klinik Swasta
Puskesmas UPTD
buah
Puskesmas pembantu :
buah
Praktek Bidan
14
orang
Apotik
buah
Posyandu
37
buah
Posbindu
buah
Praktek di Puskesmas
: 2 Orang
: 1 Orang
: 22 Orang
: 8 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 1 Orang
: 7 Orang
: 1 Orang
: 2 Orang
: 2 Orang
: 1 Buah.
: 37 Buah.
: 10 Buah
: 4 Orang
: 6 Buah
9
: Tersedia
: Tersedia
: Ada
telah disiapkan.
Penyuluhan mengenai rumah sehat dilakukan jika kondisi rumah yang diinspeksi tidak
memenuhi syarat.
Pembinaan rumah sehat dilakukan 3 bulan sekali pada rumah yang tidak memenuhi syarat
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas
lapangan dimasukkan ke dalam format pencatatan
program pengawasan rumah sehat (register dan formulir
lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian atau
10
Pelaporan
Puskesmas
yang
melaksanakan
kegiatan
ini
Perencanaan
Perencanaan kegiatan program pengawasan rumah sehat dibuat
satu bulan sebelumnya yaitu dimulai dengan pendataan rumah
yang akan di inspeksi dan petugas dari program kesehatan
12.00 WIB.
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan
lingkungan
saat
melakukan
pengawasan
rumah
sehat.
Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi,
4.3.2.2.
kepala
puskesmas
sebagai
Kepala Puskesmas
H. Ujang Suryana, SKM
o
o
o
o
o
o
dan
metode
yang
telah
ditetapkan,
4.3.2.4.
4.3.3. Keluaran
Cakupan pengawasan/inspeksi Rumah Sehat
Cakupan
Pengawasan
Rumah Sehat
x 100%
Data
didapatkan
dari
Catatan
Data
Dasar
Penyehatan
13
Persentase
Rumah Sehat
x 100%
Data
didapatkan
dari
Catatan
Data
Dasar
Penyehatan
Lingkungan Fisik
Lokasi:
Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang
ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui
sepeda motor. Walaupun sebagian jalan masih berlubang-lubang
14
Iklim:
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila
musim hujan beberapa tempat becek dan tergenang air karena
medan jalan yang kurang baik.
Kondisi Geografis:
Kondisi geografis tidak mempengaruhi program pengawasan
rumah sehat.
4.3.4.2.
Kurangnya
penyuluhan
menyebabkan
kesadaran
akan
4.3.6. Dampak
Dampak Langsung
Diharapkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran mengenai rumah
sehat sehingga dapat meningkatkan jumlah rumah sehat di wilayah
kerja Puskesmas Loji.
Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 5.1 Variabel-variabel dari Masalah
No
Variabel
1 Keluaran
Tolok Ukur
Target Kabupaten
Karawang
Cakupan
pengawasan
rumah sehat
75% (Pertahun)
Persentase
rumah sehat
Masukan
75% (Pertahun)
Tenaga (Man)
Cakupan
Masalah
35.64%
(+)52.48%
24.42%
(+)67.43%
(+)
16
Sarana (Material)
Leaflet
Lembar balik
Poster
Pedoman teknis penilaian
rumah sehat
Formulir penilaian rumah
sehat
Alat tulis
Sarana transportasi
Metode (Method)
Mengadakan penyuluhan
secara berkala, di dalam
ataupun luar gedung, bekerja
sama dengan program Promosi
Kesehatan.
Belum diadakannya
penyuluhan secara berkala, di
dalam ataupun luar gedung,
bekerja sama dengan
program Promosi Kesehatan
Kepala Puskesmas
(+)
(H. Ujang Suryana, SKM)
(+)
(+)
Proses
Pengorganisasian
Koordinator Kesehatan
Lingkungan
(Arry Setiawan, A.M.KL)
Staf Pusling, Staf
Promkes,Kader desa
Ketua RT/RW.
Koordinasi lintas
program dan lintas
sektoral tidak optimal.
Pelaksanaan
kurang.
Dilakukan pendataan rumah
1x/tahun.
Dilakukan pengawasan rumah Kurangnya koordinasi
sehat oleh petugas atau kader
dengan PKK setempat
terlatih 1x/tahun secara berkala dan lintas program.
dengan kaedah survei.
(+)
Dilakukan penyuluhan
terhadap rumah kurang sehat
saat pengawasan
Dilakukan koordinasi dalam
pembinaan rumah sehat
dengan tim PKK setempat
minimal 3 bulan sekali.
4
Umpan Balik
(+)
Lingkungan
Fisik
(+)
Non Fisik
(+)
18
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1.
Persentase cakupan pengawasan rumah sehat 35.64% dari tolok ukur sebesar
75,00%, dengan besar masalah 52.48%.
Persentase rumah sehat 24.42% dari tolok ukur sebesar 75,00%, dengan besar
masalah 67.43%.
6.2.
Masukan
19
o Tenaga
o Material
o Metode (Method)
o Dana (Money)
Proses
o Pengorganisasian
o Pelaksanaan
Lingkungan
Pada saat musim hujan beberapa tempat sulit dijangkau karena jalanan yang becek dan
tergenang air.
Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina rumah yang
sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang memenuhi syarat.
Bab VII
Prioritas Masalah
Pada keluaran hanya didapatkan 2 masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas masalah.
21
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1.
Masalah I
Persentase cakupan pengawasan rumah sehat dengan besar masalah 52.48%.
Penyebab:
Kader terlatih untuk melakukan pengawasan rumah sehat dan penyuluhan masih kurang.
Penyelesaian masalah:
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat, kemudian
mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
22
Melakukan motivasi agar kinerja tenaga dalam melakukan pengawasan rumah sehat dapat
dilaksanakan secara optimal
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral. Selain itu, dengan menggunakan
azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga melakukan pendataan ke setiap
rumah seperti program PHBS oleh kader, untuk sekaligus melakukan pengawasan rumah
sehat.
8.2.
Masalah II
Persentase rumah dengan besar masalah 67.43%.
Penyebab:
Tidak tersedia leaflet dan lembar balik sebagai sarana penyuluhan/pemicuan kepada
masyarakat.
Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina rumah yang
sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang memenuhi syarat.
Penyelesaian masalah:
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat, kemudian
mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
Melakukan motivasi agar kinerja tenaga dalam melakukan pengawasan rumah sehat dapat
dilaksanakan secara optimal
Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3 bulan sekali,
untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk
tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat. Misalnya dengan gotong-royong untuk
membina tempat sampah yang memenuhi syarat di sekitar desa sehingga masyarakat tidak
membuang sampah sembarangan.
23
Menyiapkan leaflet dan lembar balik untuk sarana penyuluhan baik perorangan maupun
penyuluhan kelompok. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat tentang
rumah sehat sehingga mengubah sikap dan perilaku.
Bab IX
Penutup
9.1.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan rumah sehat yang dilakukan dengan cara
pendekatan sistem di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji pada periode Januari 2015
sampai dengan Desember 2015 dikatakan belum berjalan dengan baik melihat kepada
angka keberhasilan program sebagai berikut:
Saran
Saran bagi kepala Puskesmas Loji
Mengajak atau memotivasi sumber daya lokal (tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT/RW,
kader, PKK, dll) untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan rumah sehat di lingkungan
Puskesmas Loji, melatih kader-kader baru dan juga memotivasi, terkait dengan pengawasan
24
rumah sehat di setiap desa, diharapkan dalam jangka waktu 6 bulan sudah terbentuk kader
kesehatan lingkungan baru di setiap desa.
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat, kemudian
mengambil sampel rumah untuk di inspeksi dalam jangka waktu 3 bulan.
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan Dinas Sosial,
Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu, dengan menggunakan azas
keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga melakukan pendataan ke setiap rumah
seperti program PHBS oleh kader, untuk sekaligus melakukan pengawasan rumah sehat.
Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3 bulan sekali,
untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk
tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat, selain itu diharapkan masyarakat juga dapat
turut berperan aktif meningkatkan kesehatan lingkungan. Misalnya dengan gotong-royong
untuk membina tempat sampah yang memenuhi syarat di sekitar desa sehingga masyarakat
tidak membuang sampah sembarangan.
Menyiapkan leaflet dan lembar balik untuk sarana penyuluhan baik perorangan maupun
penyuluhan kelompok. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat tentang
rumah sehat sehingga mengubah sikap dan perilaku.
25
Daftar Pustaka
26
27