KELAINAN REFRAKSI
Pembimbing
dr. Aminoe, SpM
Disusun Oleh :
Aulia Noor Rachmawati
201510401011067
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
KELAINAN REFRAKSI
Responsi dengan judul Kelainan Refraksi telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
bagian Ilmu Kesehatan Mata
Surabaya, 16 Oktober
2015
Pembimbing
DAFTAR ISI
12
24
26
KATA PENGANTAR
BAB I
TINJAUAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Eko Mulyansyah
Usia
: 29 tahun
No. RM
: 337117
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat
: Gubeng Kertajaya, Surabaya
Pekerjaan
: Pegawai PT KAI
Pemeriksaan : Selasa, 13 Oktober 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Kedua mata kabur saat melihat jauh
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poli mata Rumah Sakit Haji Surabaya dengan keluhan
kedua mata kabur untuk melihat jauh dan kepala terasa pusing jika
kacamata dipakai. Keluhan dirasakan kurang lebih 3 bulan terakhir. Mata
terasa semakin kabur perlahan, kabur ini terutama jika melihat jauh, seperti
melihat kabut (-), penglihatan dobel terkadang dirasakan. Tidak merasa
silau berlebihan jika terkena cahaya matahari dan sorotan lampu mobil
atau motor. Tidak merasa ada mata merah, gatal, ngeres, ataupun keluar
kotoran mata hanya terkadang terasa pedas. Mengeluh pusing, dan belum
diobati. Mual dan muntah disangkal dan jalan juga tidak pernah nabraknabrak. Pasien sebelumnya pernah memakai kacamata, namun dirasa tidak
nyaman dan pusing sehingga pasien tidak memakai kaca matanya lagi.
Pasien merasa lebih nyaman saat melihat dengan cara memicingkan mata.
Riwayat penyakit dahulu
:
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat pemakaian kacamata sejak umur 20 thn pernah ganti 2x
Riwayat penggunaan obat-obat tetes mata jangka panjang disangkal
Riwayat sakit mata berulang disangkal
Riwayat alergi dan trauma disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
Ukuran kacamata terakhir:
S 5.75 ODS
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat Diabetes Mellitus (+)
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat sosial : Pasien sering bekerja di hadapan komputer
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Visus :
VOD : 0,1 cc S-7.00 C- 0.50 Ax 180 1,0
VOS : 0,1 cc S-7.00
1,0
PD 62 mm
Pergerakan bola mata:
OD
OS
OD
OS
Segmen posterior okuli dextra sinistra :
Fundus Reflek : + / +
Papil N.II
: warna normal +/+ , batas tegas +/+ , CD ratio 0,3 /
CD ratio 0,3.
Arteri : vena : 2:3 / 2:3
Retina
: perdarahan -/- ,eksudat -/-, mikroaneurisma -/-,
Makula
Vitreous
Pemeriksaan Lainnya
Objektif : AR OD S-7.50 C-2.50 Ax 171
OS S-7.75 C-1.75 Ax 33
Subjektif: Snellen chart :
VOD : 0,1 cc S-7.00 C- 0.50 Ax 180 1,0
IV.
1,0
DAFTAR MASALAH
Kedua mata kabur untuk melihat jauh disertai pusing terutama jika
memakai kacamata.
Terkadang pandangan terasa dobel dan mata terasa pedas.
Visus :
VOD : 0,1 cc S-7.00 C- 0.50 Ax 180 1,0
VOS : 0,1 cc S-7.00
1,0
V.
VI.
DIAGNOSIS
OD Astigmat Miopia Kompositus
OS Miopia Simpleks
PLANNING
Diagnostik
:Terapi
: Kaca Mata
Monitoring
: Visus
Segmen anterior
Segmen posterior
Edukasi :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa semakin kabur saat melihat jauh,
pusing, dan terkadang pandangan terasa dobel yang pasien rasakan
-
keluhan.
Menjelaskan kepada pasien untuk mengatur jarak ketika di depan
computer dan sering mengistirahatkan mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.(4)
a. Kornea
Kornea merupakan membrane yang transparan berbentuk bulat dan
melekat pada limbus di sclera. Fungsi korna sebagai pelindung mata dan
sebgai jendela bagi sinar yang masuk kedalam mata, sampai ke retina.
Mornea merupakan batas depan dari bola mata. Tebal kornea di sentral =
0,54 mm, di perifer = 0,65 mm. mempunyai diameter 11,5 mm dan power
43 D.
Secara histologis kornea terdiri dari lima lapisan:
1. Epithelium
Epithelium terbentuk dari deretan sel kubus, makin keluar makin pipih,
terdiri dari 5-6 laisan dan mempunyai daya regenerasi yang sangat
besar. Regenerasi epitel terjadi 5-7 hari.
2. Membrane bowman
Merupakan suatu membrane a seluler, jernih dan dianggap sebagai
modifikasi dari stroma.
3. Stroma kornea
Terdiri atas selaput kolagen yang tersusun rapi, dan merupakan bagian
yang paling tebal.
4. Membrane descemet
Suatu mmebran jernih, elastic dan merupakan suatu membran basal
dari endotelium. Descemet sangat sulit ditembus oleh mikroorganisme.
5. Endothelium
Endothelium adalah lapisan sel yang tidak mempunyai daya regenerasi
sehingga jika mengalami kerusakan dapat menimbulkan kekruhan
yang berat dan permanen.(2)
b. Aquoes humor
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan
dan belakang. Aqueous humor diproduksi oleh corpus siliare. Setelah
masuk ke bilik mata depan, aquoes humor mengalir melalui pupil ke bilik
mata depan lalu ke trabekular di sudut bilik mata depan. Aqueous humor
dibentuk dengan kecepatan 2,5 l/mnt. Jika aqueous humor tidak
dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh,
karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di
rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di
dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma.(3)
c. Lensa
Lensa termasuk dalam segmen anterior mata dan terletak di bagian tengah
bola mata dibatasi bagian depan oleh iris dan bagian belakang oleh
vitreous. Lensa dipertahankan posisinya oleh zonula zinii yang terdiri dari
serat-serat halus kuat yang melekat pada korpus siliaris.
Lensa mata bersifat transparan dan berbentuk bikonveks, memiliki fungsi
mempertahankan kejernihan, membiaskan cahaya dan berakomodasi.
Akomodasi adalah kemmapuan mata mengubah daya bias untuk
menetapkan focus pada obyek dekat, terjadi karena perubahan pada lensa
yakni karena kontraksi otot siliaris. Lensa mata mampu membiaskan
cahaya karena memiliki indeks bias sekitar 1,4 ditengah dan 1,36 di bagian
tepinya, berbeda dengan indeks bias humor akuos dan korpus vitreous
yang mengelilinginya. Mata memiliki kekuatan refraksi keseluruhan
sebesar 60 D, dalam kondisi tanpa akomodasi lensa memiliki kontribusi
sekitar 15-20 D sedangkan udara dan permukaan kornea memiliki
kekuatan refraksi 43 D. Kemampuan akomodasi akan menurun dengan
bertambahnya usia yaitu 8 D pada usia 40 thn dan 1-2D pada usia 60 thn.(2)
d. Badan vitreous
Merupakan suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang
membentuk dua pertiga volume mata. Vitreus mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Vitreus mengandung air
sekitar 99% dan sisa 1 % berupa kolagen dan asam hialuronat yang
member bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena
kemampuannya mengikat banyak air.(3)
e. Panjang bola mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang
bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan
sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal
tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia
yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.(4)
2.3 Kelainan refraksi
10
Mata dianggap normal atau emetrop bila cahaya sejajar dari objek jauh
difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total. Ini berarti bahwa
mata emetrop dapat melihat semua objek jauh secara jelas dengan otot siliaris
harus berakomodasi agar mata dapat berakomodasi dengan baik. (3) Pada emetropia
terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yaitu kornea yang mempunyai kekuatan
pembiasan 80% atau 40 Dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 Dioptri.
(5)
2.3.3
Penglihatan kabur(5)
Jenis Kelainan Refraksi
a. Miopia
Batasan
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
daripada normal
Miopia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih
kuat dari normal. Pada keadaan ini ukuran bola mata
normal.
Miopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi dari
normal. Perubahan indeks bias refraksi biasanya didapatkan
glaucoma.(2,5)
Gejala klinis
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika
derajat miopianya terlalu tinggi, maka kedua mata selalu harus
melihat
dalam
posisi
konvergensi
dan
hal
ini
mungkin
kecenderungan
untuk
12
mendapat
efek
pinhole
dengan
makin
kecilnya
fissure
interpalpebralis.(2)
Pembagian
Menurut derajatnya, myopia dibagi menjadi:
1. Miopia ringan : - 0.25 s/d -3.00 Dioptri
2. Miopia sedang: -3.25 s/d 6.00 Dioptri
3. Miopia berat : - 6.25 Dioptri atau lebih(5)
Menurut usia, myopia terbagi atas:
1. Miopia congenital : myopia yang timbul sejak lahir dan
menetap hingga masa anak-anak.
2. Youth onset : terjadi pada usia 5 tahun hingga remaja.
3. Early adult onset myopia : myopia yang dijumpai pada usia
dewasa hingga 40 tahun.
4. Late adult onset myopia : dijumpai pada usia lebih dari 40
tahun.(2)
Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi:
1. Miopia simpleks
retinal (5)
Pemeriksaan
- Refraksi subyektif dengan metoda Trial and Error
- Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 feet
- Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata
penderita
Mata diperiksa satu per satu
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif
- Refraksi obyektif
- Retinoskopi, dengan lensa kerja + 2.00, pemeriksa
-
tercapai netralisasi
- Autorefraktometer (5)
Penatalaksanaan
1. Kacamata : koreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang
menghasilkan tajam penglihatan terbaik
13
operasi lasik)
Bedah refraktif lensa: tindakan ekstraksi lensa jernih,
14
b. Hipermetropia
Batasan
Hipermetropia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina. Hipermetropia
lemah
dari
nomal.
Keadaan
ini
menyebabkan
akomodasi menurun
Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan
15
kelainan hipermetropik
manifes (4)
Pemeriksaan
- Refraksi subyektif dengan metoda Trial and Error
1. Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 feet dengan
menggunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata
penderita
2. Mata diperiksa satu per satu
3. Ditentukan visus/ tajam penglihatan masing-masing mata
4. Pada dewasa dan visus tdak 6/6 dikoreksi dengan lensa
sferis positif
5. Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan
asthenopia
-
akomodative
dilakukan
tes
sikloplegik,
16
Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
koreksi
esotrophia,
atau
hipermetrophia
laten,
17
c. Astigmatisme
Batasan
Astigmatisme adalah kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar
yang masuk ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi
dibiaskan pada lebih dari satu titik focus. Pada keadaan ini
18
lainnya miopia.
Astigmatisme hipermetropia kompositus
Kedua meridian utama hipermetropia dengan derajat yang
berbeda.
Astigmatisme myopia kompositus
Kedua meridian utama myopia dengan derajat yang
berbeda.
Astigmatisme miktus
Satu meridian utama hipermetropia dan meridian utama
Pemeriksaan
- Refraksi subyektif dengan metoda Trial and Error
19
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
22
simpleks yang salah satu meridian utama emetropia dan meridian utama lainnya
hipermetropia. Astigmatisme myopia simpleks yang salah satu meridian utama
emetropia dan meridian utama lainnya miopia. Astigmatisme hipermetropia
kompositus yang kedua meridian utama hipermetropia dengan derajat yang
berbeda. Astigmatisme myopia kompositus yang kedua meridian utama myopia
dengan derajat yang berbeda. Astigmatisme miktus yang satu meridian utama
hipermetropia dan meridian utama yang lainnya myopia. Pada pasien tersebut
didapatkan mata kanan dengan VOD : 0,1 cc S-7.00 C- 0.50 Ax 180 1,0 yang
berarti setelah dikoreksi mata kanan mempunyai kedua meridian utama myopia
dengan derajat yang berbeda hal ini disebut dengan astigmatisme myopia
kompositus. Sedangkan pada mata kiri didapatkan VOS : 0,1 cc S-7.00 1,0
yang berarti setelah dikoreksi mata kiri mempunyai satu meredian utama miopia
disebut dengan miopia simpleks.
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
24