Pendahuluan
Dalam praktek pengajaran imunologi dan mempelajari imunologi,
sampai sekarang hanya terfokus pada imunitas sentral yaitu darah, limpa, dan
limfonodi. Hal ini sebagian besar disebabkan cara belajar imunologi secara
laboratoris dan klinis. Sampel darah lebih mudah didapatkan dari pasien manusia
daripada jaringan internal seperti intestinal dan paru-paru.sebagai hasilnya,
banyak pengetahuan yang diperoleh hanya tentang bagaimana sistem imun
bekerja sebagai dasar dari sistem imun sentral. Sisi buruknya adalah patogen
mayor tidak mendapatkan akses cepat ke sistem imun sentral yang bukan
merupakan infeksi patogen ke hostnya melalui area mukosa. Sebagai hasilnya,
jaringan imun mukosa kita telah berevolusi secara mutakhir sebagai mekanisme
pertahanan untuk melawan berbagai infeksi. Sebuah kerumitan jaringan sel dan
sinyal molekul oleh karena itu ada diseluruh sistem digestive, respiratori, dan
saluran urogenital, serta bagian tubuh lainnya termasuk kulit. Jaringan imun yang
lebih besar ditemukan di seluruh sistem imun mukosa dibandingkan sistem imun
sentral. Dasarnya, fungsi sistem imun mukosa untuk melindungi tubuh melawan
infeksi dari patogen yang masuk.
Saluran gastrointestinal bertemu beberapa antigen asing setiap hari.
Namun, untuk membentuk imun yang kuat untuk makanan dan minuman, atau
bahkan untuk bakteri yang komensal yang pantas. Demikian pula proses respirasi
menarik antigen asing ke paru-paru, sementara masuknya alergen ke respon imun
individu melalui serbuk sari atau debu tungau rumah. Permukaan mukosa
menghadapi dilema yaitu bagaimana organisme komensal bertoleransi dan tidak
berbahaya terhadap partikel asing, sementara mempertahankan kemampuan
respon untuk beberapa mikroorganisme patogen. Mayoritas sel sistem imun
mempunyai perbedaan tergantung dari lokasinya di tubuh. Permukaan mukosa
yang terluka misalnya kekebalan imun khas berbeda-beda dari imun respon yang
dihasilkan di situs sentral. Permukaan mukosa tubuh secepatnya terpapar
lingkungan dan dipertemukan dengan keragaman yang besar dari agen yang
potensial. Sistem imun mukosa mempunyai keseimbangan, respon tersebut
tergantung apakah antigen itu patogen atau non patogen. Respon imun inflamatori
1
yang kuat dibutuhkan untuk aktif ketika melawan mikroba yang mengancam jiwa
tetapi di sisi lain inflamasi butuh perlu diatur lebih ketat meskipun ketika tidak
ada bahaya. Keseimbangan ini bertujuan untuk mengatur homeostasis jaringan
sehingga jaringan mukosa sanggup untuk melakukan fungsi fisiologis yang
normal.
Pentingnya sistem imun mukosa sudah diterima selama seratus tahun.
Penyembuhan dan sifat perlindungan dari saliva telah dilakukan dengan baik dan
sudah digunakan dalam pengobatan tradisional selama satu milenium. Kamu
harus melihat luka dari binatang akibat dari pemukulan untuk menyadari evolusi
signifikan dari cairan tubuh. Hal itu sudah lama diketahui pada makanan bayi
dengan susu ibu meninggikan imunitas dari infeksi, melalui peningkatan
komponen imun ke saluran digestif. Imunitas didapat pada bayi dari susu ibu,
terkandung antibodi dan komponen antimikroba. Asi juga memberikan efek yang
menguntungkan terhadap mikroba usus dan mengurangi inflamasi dan
kemungkinan perkembangan alergi. ada hubungan antara kesehatan mikroflora
usus dan perkembangan sistem imun mukosa yang normal. Percobaan dasar pada
hewan menunjukkan bahwa kekurangan dan kegagalan normal mikroflora yang
menguntungkan untuk mengembangkan struktur limponodi di seluruh infeksi usus
adalah mati dengan segera. Sistem imun mukosa dari saluran digestif itu juga
merespon untuk induksi dan pemeliharaan toleransi oral untuk makanan ketika
sistem imun mukosa dari saluran nafas yang bertanggungjawab pada alergen di
udara. Oleh karena itu, jelas dapat dilihat bagaimana pentingnya sistem imun
mukosa adalah untuk menyehatkan dan mencegah penyakit.
2.
jaringan yang terdapat dalam bertemunya sekret mukus dari lapisan sel epitel dan
menambah pertahanan imun yang mempunyai MALT (mucosal-associated
lymphoid tissue). Umumnya, beberapa area tubuh yang terbuka dengan
lingkungan mempunyai kebiasaan berbeda dengan partikel asing sekarang ini. Ini
berguna sebagai istilah rongga yang terbuka atau bagian dalam tubuh. Mulut dan
anus adalah dua rongga yang terbuka yang dihubungkan dengan tabung,yaitu
2
saluran digestif, dimana segala yang masuk secara teori terbuka dengan
lingkungan. Traktus repiratori dan traktus urogenital adalah dua contoh dimana
jaringan internal yang terbuka keluar. Prinsip dari area MALT adalah area traktus
digestif, traktus respiratori, dan traktus urogenital. Dan oleh karena itu dapat
menjadikan pusat diskusi di bagian selanjutnya. Bagian lain dari MALT yang
termasuk adalah konjungtiva mata dan kelenjar eksokrin seperti saliva dan
kelenjar keringat. Struktur yang terorganisir seperti apendiks yang mana
berhubungan dengan traktus digestif dan tonsila palatina yang berhubungan
dengan traktus respiratori yang juga dapat dipertimbangkan sebagai MALT.
Masing-masing dari kedua antigen didapatkan dari traktus luminal dan
kemampuan permukaan epitelial untuk pembentukan imun primer dan sekunder.
Setiap bagian dari MALT akan dibahas bagian yang lain.
Sejauh ini bagian yang kontroversi dari MALT adalah kulit. Dalam
pengertiannya kulit bukan sekret mukus dan oleh karena itu tidak dapat dianggap
sebagai jaringan tulang mukosa. Bagaimanapun, kulit merupakan permukaan yang
sangat penting antara tubuh dan lingkungan luar. Itu dapat mengubah beberapa
lapisan dari sel epitelial yang berdiferensiasi, yang kita ketahui sebagai keratinosit
dapat dimasukan sebagai sistem imun yang signifikan. Oleh karena itu, kulit
memainkan fungsi yang sama sebagai MALT dan komponen imunitas permukaan
tubuh. Untuk alasan ini kulit akan dibahas di bagian lain.
3.
dan dapat dibagi menjadi pertahanan fisik atau mekanik, pertahanan kimia,
pertahanan humoral, dan pertahanan seluler. Mekanisme pertahanan fisik atau
mekanik mewakili barier non spesifik untuk infeksi. Hal ini termasuk lapisan
epitel dari jaringan mukosa, pertahanan kulit yang tidak bisa ditembus, aktivitas
peristaltik dari usus dan mekanisme jarak mukosiliar dengan udara. Salah satu
dari keistimewaan epitel mukosa adalah adanya lapisan mukus yang diketahui
sebagai mantel mukus. Bagian atas epitel mukus disisi luminal dan menyusun
glikoprotein yang diketahui sebagai musin. Musin berinteraksi menjadi lapisan
mukosa batang yang menjebak antigen dan mencegah mikroba dari masuknya ke
3
permukaan sel epitel. Sekresi dari bagian lain tubuh juga menyediakan
perlindungan dari infeksi seperti saliva, air mata, keringat, sekresi vagina, dan
sekresi hidung. Pertahanan non spesifik bertujuan untuk mengeluarkan dan
membuang mikroorganisme patogen dari tubuh.
Pertahanan non spesifik yang lain termasuk lingkungan asam dari lambung
dan traktus digestif (kurang lebih ada traktus urogenital) dan kehadiran sejumlah
enzim proteolitik. Secara bersama mekanisme pertahanan yang diketahui sebagai
pertahanan kimia. Menciptakan keadaan yang tidak cocok bagi patogen untuk
tumbuh. Molekul lain, seperti peptida antimikroba, faktor komplemen, dan protein
fase akut juga dapat ditemukan di sekresi mukosa dan menyumbang dengan
mantap pertahanan pada host. Antibodi juga memerankan peranan yang signifikan
dalam pertahanan host pada permukaan epitelial. Faktanya, Ig A sebagian besar
terlihat oleh sel B dan disekresi di lumen mukosa. Ig A mengikat antigen yang
aglutinasi, akan memudahkan jarak ruang. Dan juga mampu untuk menetralisir
patogen dan mencegah beberapa interaksi dengan sel host. Faktor yang larut
menunjuk ke komponen imunitas humoral. Jika patogen cukup sukses untuk
menghadapi pertahanan fisik dan kimia kemudian akan berhadapan dengan
banyak mekanisme pertahanan seluler. Sistem imun inate dan adaptif ikut ambil
bagian dalam keefektifan respon imun mukosa. Walaupun struktur limpoid yang
terorganisir dapat ditemukan seluruhnya di intestinum dan saluran nafas atas
kebanyakan respon imun di jaringan mukosa terstimulasi di tempat non limpoid.
Pertama, sel imun inate seperti jaringan makrofag yang menetap dan netrofil yang
berpindahmerespon awal dari serangan infeksi. Kedua, sel imun adaptif aktif oleh
DCs di limponodi regional atau mukosa limfoid yang terorganisasi yang
didapatkan ke sel yang inflamasi. Sel B direspon oleh antibodi sintesis khususnya
Ig A, ketika sel T direspon oleh keluarnya pro inflamatory sitokin atau sitotoksik
yang berfungsi sebagai efektor. Jaringan mukosa sebagai tempat medarat sel T,
termasuk sel T alpha dan beta dan sel T gamma dan delta. Sel T dapat bertempat
di kedua epitel dan disubepitel, dimana mereka memulai dan mengatur reson
efektor imun. Untuk itu, pertahanan mukosa imun mempunyai beberapa lapisan
setiapnya menyokong untuk sistem imun mukosa supaya tetap sehat.
4.
seperti mencit, tikus, babi, dan kuda. Bagaimanapun, sudah dilakukan studi pada
ayam yang menggambarkan sistem imun modern. Sebagai contoh, penunjukan sel
T (menjadi Timus) dan sel B (menjadi bursa, kelak akan menjadi sumsum tulang
di sestem mamalia) keduanya memulai mengikuti analisis yang luas tentang ayam.
Satu cara, yang mana untuk mendefinisikan apa yang mendasari MALT, dengan
membandingkan anatomi dan komposisi selular pada susunan bursa pada burung.
Bursa adalah organ limpoid primer yang berhubungan dengan usus terminalis dan
di area pengembangan limfosit B. Lebih dulu penyajian sel B ayam masuk yang
ada pada saat penetasan dan oleh karena sendiri dari beberapa kontak dengan
antigen lingkungan. Perbedaan pengembangan sel B mamalia yang mana nampak
untuk mempercayakan kontak dengan antigen. Pada pengeraman bagaimanapun
folikel bursa yang matang dan sel B yang disajikan dapat dibuat tergantung dari
stimulasi antigen. Ayam juga sama sekali tanpa limfonodi dan seuntuhnya tanpa
bursa untuk menghasilkan antibodinya. Untuk itu, bursa akan menjadi sejarah
dalam standar identifikasi MALT dalam spesies lain.
Peranan bursa dalam deferensiasi sel B dan pematangan sudah ditemukan
selama pembedahan pengeluaran bursa dari ayam. Ayam yang dilakukan
bursektomi sistem imunnya tidak dapat memproduksi sel imun, menunjukkan
kemampuan respon sel B. Bentuk bursa dari invaginasi kloaka dan mempuyai
duktus yang menahan kontak dengan isi luminal usus. Pentingnya, bursa tersedia
untuk sampel dari lumen usus. Seperti tempat mukosa di hewan lain lapisan epitel
terbentuk batas diantara lumen dan jaringan dalam. Jaringan epitel secepatnya
berada di folikel limfoid yang diketahui sebagai FAE (follicle assosiated
epithelium) dan secara teratur berselingan sepanjang lapisan sel yang ada sel
epitel spesial yang disebut mikrofold atau sel M. Sel M merespon antigen
transport dari lumen usus dan menuju area limpoid dengan folikel, proses yang
penting adalah pembentukan sel B yang matang. Yang terpenting dari sel M untuk
membangun
GALT
(gut
assosiated
lymphoid
tissue)
dan
mengatur
menghubungkan
folikel
limpoid
dengan
jaringan
mukosa
yang
akan
area mukosa yang bersedia untuk berpindah tempat dan mendesak fungsi
efektornya pada area mukosa yang lain. Dalam beberapa arah, hal ini dapat
disarankan ke semua jaringan mukosa yang terhubung imunnya. Konsep ini sudah
dikembangkan untuk vaksin mukosa yang mana pemberian vaksin untuk area
mukosa yang tersedia untuk menghasilkan perlindungan ke area mukosa yang
lain. Vaksin untuk mulut dan untuk itu disampaikan ke traktus gastrointestinal,
didalam teori penerima harus melindungi untuk melawan virus pada pernapasan.
Contoh utama pada konsep ini adalah keefektivan vaksin oral polio. Konsep
sistem imun mukosa pada umumnya juga terungkap dalam respon mekanisme
molekular untuk pola perpindahan seluler yang spesifik. Dalam urutan sistem
imun pada umumnya adalah untuk menjalankan salah satu, yang saling
mengungkap kemotaktik dan keperluan penggerak reseptor. Oleh karena itu,
6
pengungkapan permukaan sel spesifik kemokin dan sel molekul adesi. Sebagai
contoh sel endotelial mengungkapkan dalam permukaan molekul penggerak
selnya yang menarik leukosit keluar ke sirkulasi dan kedalam jaringan mukosa.
Pengungkapan yang pasti dari molekul dalam permukaan leukosit memastikan
bahwa mereka berpindah ke MALT dan tidak ke jaringan yang tepi atau organ
limfoid sentral. Ini akan dibahas dikemudian dengan memperhatikan penggeraksel
T dan sel B ke MALT. Dalam realita yang lebih dulu MALT yang berbeda sedikit
dengan penggerak molekul, yang berarti leukosit primer dalam usus lebih
menyukai perjalanan balik menuju usus. Meskipun ada beberapa yang
menyebrang di penggerak reseptor, ini lebih dulu sel imun membatasi untuk
MALT yang sama dan hanya dala jaringan yang mengekspresikanpenggerak
molekul yang sama. Ini menunjuk kepada pembagian imun dan terbelit tidak
hanya penggerak molekul tapi juga sitokin yang khusus, kemokin, dan pola
molekul co-stimulatori. Sebagai contoh sel T primer di intestinum normalnya
berpindah hanya ke intestinum tapi tidak ke saluran paru-paru dan urogenital. Pola
ini khusus penting ketika menimbang respon memori untuk kembali ke lokasi
anatomi yang sama dengan sumber infeksi. Penggerak reseptor yang berbeda
berhubungan dengan reseptor yang berbeda pada setiap jaringan mukosa. Hal ini
berarti bahwa leukosit primer dalam satu partikel jaringan mukosayang terkesan
dengan pola spesifik penggerak reseptor kemudian kembali aktif diperintah untuk
berpindah kembali ke jaringan yang sama. Bagaimanapun, pola seluler dengan
kata lain penting untuk terbawa di kedua antibodi dan sel mediated imunity (sel
T). Ini merupakan syarat yang jelas untuk perpindahan leukosit dan pembagian
tersendiri dari perbedaan jaringan mukosa untuk beberapa imunologis mukosa
untuk melarang konsep dari sistem imun secara umum.
6.
adresin. Sebagai contoh, ikatan alfa 4 beta 7 ke adresin mukosa molekul sel adesi
1 (MAdCAM), yang mengekspresikan dinding pembuluh darah usus. Sel T dan B
mengekspresikan sel alfa 4 beta 7 yang mengikat MAdCAM1 dan berpindah ke
lamina propia usus. yang penting dari integrin beta 7 di imunitas mukosa yang
dapat dilihat di beta 7 mencit yang mana lamina propia dan limfosit intraepitelial
yang berkurang. Dalam tambahan, alfa E beta 7 mengekspresikansel T
intraepitelial dan ikatan E kaderin yang menginduksi di sel epitel. E kaderin yang
menahan alfa E beta 7 yang mengekspresikan limfosit ke area itu. penggerak sel T
yang mengeksprsikan kutaneus antigen limfosit yang juga mengikat E kaderin
dalam permukan sel endotelial. contoh lain penggerak yang menghalangi dapat
digambarkan oleh sel plasma yang mengeluarkan ig G. Tanpa memperhatikan,
dimana mereka aktif, Ig G memproduksi sel B yang tidak cenderung ke populasi
jaringan mukosa. Melihat sifat penggerak sel plasma yang dikontrol oleh
kombinasi integrin dan reseptor kemokin. dan mungkin hasilnya mengurangi Ig G
dependen komplemen mediasi lisis di mukosa. Sebagai contoh,Ig A melepas sel
plasma yang mengekspresikan integrin beta 7 dan reseptor kemokin CCR9 dan
CCR 10, yang mana dibutuhkan secara istimewa untuk berpindah ke mukosa di
saluran gastrointestinal. Di lain pihak, Ig G mengeluarkan sel plasma yang
mengekspresikan alfa 4 beta 1 dan reseptor kemokin CXCR3, yang mana selnya
membatasi untuk sistem sirkulasi.
7.
sel epitel. Sel epitel mukosa berbentuk sebuah pertahanan rapat diantara
lingkungan luar dan dibawah jaringan. Lapisan sel epitel mencegah pergerakan
molekul
yang
tidak
diinginkan
dan
mikroorganisme
yang
melewati
itu lapisan epitel efektif berfungsi untuk pertahanan melawan isi lumen mukosa.
Sebagai tambahan, lapisan mukus ditutupi permukan mukosa yang terbanyak
yang mana terbentuk musin dan lipoprotein yang diikat dipermukaan apikal sel
epitel.
Komposisi glikoprotein musin (yang mana 19 gen sudah ditemukan di
manusia) sedikit berbeda dari jaringan ke jaringan, yang mana mereka melakukan
fungsi yang sama. Produksi dari musin akan meningkat Dengan mengikuti
perubahan fisik, kimia atau tekanan mikroba dan bentuk pertahanan
semipermeabel yang mana melindungi melawan infeksi dan membantu
penyembuhan epitel yang rusak. Musin juga dapat dilihat ikatan beberapa protein
di permukan bakteri. Pada tahap ini mereka menjebak mikroba di lapisan mukus
yang mana kemudian dibuang oleh gerakan peristaltik usus atau gerakan
mucosiliar di saluran pernafasan. Untuk mencegah mekanisme pertahanan
beberapa bakteri yang mengekspresikan musin dan kolonisasi, perlekatan dan
faktor infasi. Kesediaan intuk penetrasi lapisan mukus yang kental seringkali
berbeda oranisme komensal dari farietas yang patogenik. Lapisan mukus juga
berisi faktor tambahan yang merespon untuk perbaikan dan antigen digestif.
Terlepas dari apakah mikroba berbahaya atau tidak berbahaya masa
jenisnya membutuhkan untuk di jaga dalam pemeriksaan. Setelah itu akan sulit
bagi oksigen untuk melintasi dari udara ke aliran darah di paru-paru, dan nutrien
dari lumen intestinal ke sirkulasi, bahkan jika mikroorganisme tidak berbahaya
menduduki seluruh permukaan. Bagaimanapun, isi mikroba dari jaringan mukosa
berbeda secara luas, dengan isi usus oleh sejauh banyaknya spesies bakteri.
Pengaturan ini diperantarai oleh jenis anti mikroba peptida yang mempoduksi
epitel itu sendiri. Kelompok yang penting seperti peptida anti-mikroba adalah
defensif. Ada dua kelompok pertahanan, alfa dan beta. Di dalam saluran
pencernaan sel paneth yang terletak di dasar vili intestinum memproduksi peptida
ini. Pada manusia ada dua jenis alfa defensins 5 dan 6 (HD5 dan HD6),yang mana
dapat ditemukan di saluran gastrointestinal. Beta defensins BD1 selalu ada dimana
BD2 ada pada kondisi sedikit tetapi meningkat beberapakali karena stress atau
inflamasi.
10
8.
mana itu adalah bawaan PRRs (Pattern Recognition Reseptor), yang mengikat
PAMPs (Patogen Associated Molecular Paterns). Meningat beban mikroba di
jaringan mukosa mudah untuk menyukai pentingnya TLR di area ini. Dalam
kelompok protein lain yang mengenali PAMPs, ikatan protein NOD (Nucleotidebinding oligomerization domain) , juga tersedia. Intraseluler NOD1 mengenali
tripeptida muramil dari bekteri gram negatif yang mana NOD2 mengenali
muramil peptida yang umum untuk semua bakteri. Ikatan dari kedua TLR dan
protein NOD mencetuskan aliran inflamator di sel epitel, hasil produksi sitokin
dan kemokin di partikel CXCL8 (IL-8), kembali merekrut netrofil dan karena
kenaikan peptida antimikroba. Mutasi di TLR atau peptida NOD mungkin
dijelaskan tipe penyakit intetinal tertentu. Sebagai contoh, kehilangan fungsi NOD
2 baru-baru ini dapat dijelaskan dipaien dengan penyakit chron.
11
TLR dan NOD protein tidak seragam mengekspresikan semua sel epitel.
Dalam usus kecil sebagai contoh, TLR 4 mengekspresikan konsentrate di dasar
kripta. Mikroorganisme biasanya terperangkap di mukosa di atas kripta. Hanya
ketika jenis mikroorganisme mendorong mereka kedalam kripta kaskade
inflamatori. Sel panet yang mana memproduksi alfa-defensins. Dan juga,
menampilkan permintaan untuk toleransi di area mukosa. Jika TLR dan NOD
protein diekspresikan oleh semua sel epitel, kami juga memulai kaskade
inflamatori pada semua waktu. Dengan membatasi ekspresi TLR dan NOD pada
area dimana tidak akan bekerja (sebagai contoh dasardari kripta atau dengan
intraseluler kompartmen) pastikan bahwa episode infeksi ditangani dengan cara
yang tidak memerlukan sel B dan sel T. Konsentrasi TLR juga meningkat pada
pemukaan basolateral dari epitel sel daripada dipermukaan apikal. Sebagai
tambahan, TLR terbatas untuk kompartmen intraseluler. Oleh karena, respon
inflamatori hanya dimulai jika mikroorganisme patogen melewati pertahanan
epitel atau sel yang terinfeksi. Pola ekspresi ada untuk pemeliharaan area toleransi
untuk bekteri menguntungkan di lumen, tetap mempertahankan kemudahan untuk
merespon infeksi.
Imunoregulasi alami dari jaringan mukosa lebih lanjut dicontohkan oleh
makrofag khas. Makrofag di lamina propia saluran gastrointestinal yang
dilaporkan sebagai kekurangan CD 14, yang mana dapat kamu ingat didepan.
Pada bagian 2 respetor komplek yang mengikat LPS (lipopolisakarida). Ini
memastikan bahwa makrofag tidak berkelanjutan merespon bakteri yang tidak
berbahaya di usus. Kapasitas imunomodulasi dari epitel mukosa juga dicontohkan
oleh paru-paru. Paru-paru mempunyai beban rendah terhadap mikroba daripada
intestinum yang sebagai konsekuensi sel epitel alveolus menyampaikan TLR
tingkat rendah dari intestinal. Beban yang rendah dari mikroba di paru-paru
bermakna meningkatkan bebrapa jumlah mikroba, sebagai hasil dari infeksi
bakteria sebagai contoh, membutuhkn permulaan deteksi di intestinum.
Mekanisme ini memastikan respon imun berlebihan dapat dikontrol dalam
perintah kerusakan respon inflamasi. Hanya ketika sinyal kerusakan melebihi
12
9.
mukosa seluruh tubuh, mekanisme sampel antigen juga berbeda secara luas. Baik
DCs maupun sel epitel khusus, yang disebut sel M, sampel antigen mampu berasal
dari lingkungan luar. Di dalam usus dan saluran nafas bawah, dimana sel epitel
hanya satu lapis, sebagian besar sampel antigen yang diambil adalah sel M.
Persimpangan antara sel-sel epitel cenderung mencegah sebagian besar sel
menyeberang ke dalam lumen. Sel M lebih sering ditemukan pada lapisan epitel
diatas jaringan limfoid, seperti folikel limfoid plak peyeri di dalam usus. Atau
didalam tonsil yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Sel
11.
sehingga
terbentuklah
ikatan
imunoglobin
yang
stabil/konstan.
16
yang
tidak
kompleks
sendiri
dimungkinkan
akan
17
18
13.
mukosa muskularis yang dikenal sebagai lamina propria. Selain itu, sel otot polos,
limfatik, fibroblas dan pembuluh darah, lamina propria mengandung sel T
(terutama CD4+ sel T helper), sel B secara bebas tersebar, agregat atau single
isolated folikel sel B dan sel-sel myeloid seperti makrofag dan DC. Organisasi
jaringan limfoid tidak selalu hadir dalam jaringan mukosa, melainkan diinduksi
bila diperlukan. Sebagai contoh, di perut mengandung sangat sedikit limfosit pada
individu yang sehat sedangkan pada orang-orang dengan gastritis yang diinduksi
oleh helicobacter pylori, mengandung banyak limfosit B dan T. Hal ini juga terjadi
pada paru sehat di mana limfosit jarang tetapi sel APC seperti sel dendritik dan
makrofag sangat banyak. Ini merupakan tanggung jawab sel APC dan sel epitel
untuk merekrut limfosit T dan B, meskipun respon imun yang berlebihan dapat
menyebabkan immunopathology dan kerusakan jaringan. Sub mukosa jaringan
limfoid menyediakan lingkungan yang penting di mana respon imun adaptif dapat
berkembang. Meskipun, inisiasi respon imun berlangsung di kelenjar getah bening
atau struktur limfoid terorganisir dalam MALT, respon imun efektor sering terjadi
dalam sub mukosa. Kecuali pada saluran pencernaan, di sana terdapat struktur
limfoid terorganisir yang disebut patch Peyer (PP) yang berada di sepanjang usus
kecil dan besar, yang secara struktural terkait dengan kelenjar getah bening.
Neutrofil juga berperan dalam mengurangi kepadatan mikroba pada
permukaan mukosa. Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak dalam sirkulasi
darah dan dengan cepat dikerahkan dari sumsum tulang dalam menanggapi
infeksi. Sinyal inflamasi, seperti IL 6 dan G-CSF, berkontribusi dalam pelepasan
neutrofil. Mobilisasi neutrofil juga melibatkan regulasi molekul retensi sumsum
tulang CXCR4 (reseptor kemokin), yang biasanya neutrofil dibuat untuk
menanggapi kemokin CXCL12 (SDF-1) yang diproduksi oleh sel-sel stroma.
Setelah dilepaskan dari sumsum tulang neutrofil direkrut ke situs peradangan atau
stres oleh kemokin CXCL8 (IL8) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel aktif.
Neutrofil cenderung mencari ke sisi basal sel epitel (yaitu di sisi terjauh dari
lumen). Fungsi utama mereka adalah untuk memfagositosis dan membunuh
19
20
efektor mereka. Singkatnya, situs induktif adalah di mana antigen yang berasal
dari jaringan mukosa merangsang dan mengaktifkan sel T naif dan sel B,
sementara situs efektor adalah di mana sel T dan B-antigen spesifik melakukan
fungsi efektor tersebut.
Sebagai contoh, sel T CD8+ akan mengenali adanya antigen pada
permukaan sel epitel dalam konteks peptida / komplek MHC kelas 1, bersamasama sinyal costimulatory diperlukan seperti ligasi CD28 dan produksi IFN
gamma lokal. Sinyal-sinyal ini akan mengaktifkan jaringan efektor yang akan
menerima sinyal stimulasi yang diperlukan, IL4 dan TGF beta misalnya, untuk
merangsang sekresi IgA dalam jumlah banyak. Anatomi dari respon imun mukosa
adalah seperti aktivasi limfosit dan proliferasi dibatasi oleh folikel limfoid
terorganisir, sedangkan fungsi efektor dilakukan di situs efektor dengan cara yang
terkontrol.
15.
infeksi virus influenza atau sindrom pernapasan akut parah (SARS). Selain itu,
IFN gamma menyebabkan antibodi beralih isotipe IgG ti yang efisien pada
memperbaiki pelengkap, yang juga menyediakan sinyal pro inflamasi untuk
leukosit. Selain itu, komplemen memiliki potensi melisiskan sel dengan
pembentukan kompleks serangan membran. Oleh karena itu, lingkungan sitokin
dalam jaringan mukosa cenderung condong lebih ke arah fenotipe Th2 daripada
fenotipe Th1. Namun, perlu dicatat bahwa respon imun yang berlebihan bahkan
Th2 diperantarai dapat menyebabkan peradangan yang berlebihan, seperti halnya
selama reaksi alergi seperti pada eksaserbasi asma berat. Tabel 6.5 Rincian
penyakit radang umum mukosa terkait dengan Th1 atau Th2 produksi sitokin.
Adalah penting bahwa keseimbangan produksi sitokin dicapai dalam mukosa
sehingga homeostasis dan normal fungsi fisiologis dipertahankan.
Sel T regulator adalah jenis sel lain yang penting penting untuk menjaga
integritas mukosa. Mereka menyediakan mekanisme untuk toleransi bakteri
patogen dan antigen non makanan hadir dalam lumen usus atau alergen potensial
pada saluran pernapasan. Kegagalan dalam sel T peraturan atau produksi sitokin
penekan imun menyebabkan peradangan yang tidak terkendali. IL 10 gen hewan
habis, misalnya, secara spontan mengembangkan kolitis dan kurangnya toleransi
mungkin terlibat dalam pengembangan og penyakit radang usus (IBD). Beberapa
sub populasi sel T regulator eksis (diperkenalkan dalam bab 3) dan termasuk Th1,
Th3, dan CD4 + CD25 + diinduksi sel Treg. Mereka didefinisikan oleh fenotip
dan / atau kemampuan mereka untuk menghasilkan sitokin peraturan seperti IL10
dan TGF beta. Faktor mengatur induksi mereka, saat ini, kurang jelas tapi
mungkin akan diatur oleh sitokin, produk makanan (misalnya vitamin D) dan
sistem neuroendokrin.
16.
epitel dan menginfeksi makrofag. Bakteri ekstraseluler dan jamur baik meniru di
ruang ekstraselular dekat dengan mukosa epitel sebagai organisme gratis atau
khusus melekat menggunakan reseptor yang mengenali molekul permukaan sel
manusia. Respon terhadap infeksi dapat dramatis, seperti diare, batuk atau bersin.
Meskipun refleks ini aimto membersihkan patogen dari inangnya, mereka sering
membantu untuk membantu penyebaran patogen ke orang lain. Selain itu, mukosa
mungkin sebuah portal untuk masuk tetapi belum tentu organ target akhir.
Misalnya, hepatitis C melintasi permukaan mukosa tetapi kemudian menargetkan
hati. Contoh patogen yang menginfeksi jaringan mukosa yang ditunjukkan pada
gambar 6.16 dan akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya.
17.
dicontohkan
homeostasis
jaringan
rusak,
sehingga
menimbulkan
immunopathology dan penyakit. Respon imun Th1 dan Th2 dimediasi telah
dikaitkan dengan penyakit jaringan mukosa. Misalnya, penyakit bowes inflamasi
dan penyakit Crohn keduanya berhubungan dengan respon imun Th1 dimediasi,
yang menghasilkan immunopathology dan kerusakan pada saluran usus. Selain
itu, penyakit ini mungkin hasil dari kurangnya immunoregulation yang
memungkinkan reaksi kekebalan yang berlebihan untuk mengembangkan. Sebuah
disregulasi
di
IL10
immunoregulatory
sitokin
telah
dikaitkan
dengan
dari individu yang rentan. Tampaknya jelas bahwa kejadian asma pada populasi
Barat telah meningkat selama 50 tahun terakhir dan telah menyarankan bahwa ini
adalah karena kurangnya regulasi imun. Asma alergi terkait dengan sitokin Th2
IL4, IL5 dan IL13, yang bekerja sama mendorong produksi antibodi IgE dan
merekrut sejumlah besar eosinofil pada saluran pernapasan. Menghasilkan induksi
imun ini pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dan menyebabkan
penyempitan saluran napas yang begitu khas serangan asma. Reaksi imun Th2diperantarai lain yang terkait dengan permukaan epitel termasuk alergi makanan
dalam usus dan atopik dermatitis kulit.
18.
Ringkasan
1. Mucosal Associated Lymphoid Tissue (MALT) memberikan pertahanan host
dengan melawan patogen yang menyerang permukaan mukosa.
2. Jaringan mukosa terletak di daerah tubuh yang terpapar lingkungan luar, dan
ditandai dengan adanya lapisan epitel dan produksi mukus atau lendir.
3. Pertahanan imun pada jaringan mukosa adalah berbagai lapisan, seperti
mekanisme pertahanan fisika, kimia, humoral, dan seluler.
4. Sekresi Ig A melewati lapisan epitel adalah komponen penting pertahanan host
di area mukosa.
5. Sub spesial dari sel T yang ada dengan bagian mukosa, yang mana
membedakan MALT dari sistem imun spesifik.
24