Disusun Oleh :
Astuti Susanti Rusli,
S.Ked ( J510155027 )
CASE REPORT
,tanggal
Pembimbing
dr. Heryuristianto, Sp.OG
(.................................)
(.................................)
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. TH
Usia
: 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Begajah 1/7 popongan Karanganyar
Tanggal Masuk: 23 Oktober 2015
Tanggal Periksa
: 23 Oktober 2015
Diagnosis Masuk: Blighted Ovum
II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Perdarahan pervaginam sejak 4 HSMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru membawa surat perintah mondok dari poli obsgyn dr.
Heryuristianto, Sp.OG dengan Blighted Ovum (melampirkan hasil USG). Pasien
dengan usia kehamilan 12 minggu lebih 1 hari dan mengeluh keluar darah dari
jalan lahir sejak 4 hari yang lalu (tanggal 19 oktober 2015). Pada awalnya
perdarahan yang keluar tidak banyak hanya berupa flek-flek, namun kemudian
perdarahan menjadi banyak disertai nyeri perut. Pasien menyangkal adanya
riwayat trauma dan dipijat. Pasien pernah melakukan test kehamilan dan hasilnya
positif.
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
DM
: Disangkal
Hepatitis
: Disangkal
Asma
: Disangkal
TB
: Disangkal
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
DM
: Disangkal
Hepatitis
: Disangkal
Asma
: Disangkal
TB
: Disangkal
F. Riwayat Haid
Menarche
: Usia 13 tahun
Siklus
: Teratur
Lama haid
: 5-6 hari
HPHT
: 1 Agustus 2015
HPL
: 8 Mei 2016
G. Riwayat Perkawinan
Menikah sudah 1 kali dengan suami sekarang selama 9 tahun.
H. Riwayat Obstetri
Anak I
Anak II
Tanda-tanda vital : -
Nadi
: 84x/m
: 22x/m
: 36,7 C
Respirasi
Suhu
Kepala
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Leher
Thorax
: Paru
Extemitas
: 1 Agustus 2015
HPL
: 8 Mei 2016
Payudara
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
STLD
: Positif
Tes
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
NRBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
IG
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
Golongan Darah
B. USG
Hasil
8,46 x 10^3/uL
4,73 x 10^6/uL
13,8 g/dL
40,2%
297 x10^3/uL
0.00 %
71,5%
23,1 %
2,5 %
2,3 %
0,6 %
0.20 %
2 menit
4 menit
A
Nilai Normal
3.8 10.6
4.40 - 5.90
13.2 17.3
40 52
150 - 450
0-1
53 -75
25 - 40
2-8
2.00 4.00
01
V. DIAGNOSIS KERJA
Blighted Ovum Pada Sekundigravida G2P1A0 hamil 12 minggu lebih 1 hari
VI. PENATALAKSAAN
- Kuretase
- Dilatasi dengan Cytotec 1/2 tablet
VII. LAPORAN KURETASE
Kuretase:
Pasien diposisikan litotomi, pasang duk steril, lakukan disinfeksi dengan betadine
bagian luar alat genital.
Pasang speculum bagian posterior lalu anterior kemudian disinfeksi seluruh organ dalam
vagina dengan betadine.
Jepit porsio dengan klem ovarium di jam 12.
Dilakukan sondase untuk mengukur kedalaman uterus (8 cm antefleksi).
Dilakukan kuretase searah jarum jam sampai bersih.
Melepas klem ovarium dari porsio lalu lakukan disinfeksi lagi dengan betadine bagian
dalam vagina.
Melepas speculum anterior maupun posterior.
Operasi selesai.
VIII. PROGNOSIS
Dubia Ad Bonam
Follow Up
- Tanggal 23 Oktober 2015
Subject
nyeri.
Objectif
: TD : 120/80 mmHg
N
: 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S
Status Obstetri
: 36,7 C
Assesment
: Blighted Ovum
Plan
: TD : 120/80 mmHg
N
: 70 x/menit
RR : 20 x/menit
S
Status Obstetri
: 36,4 C
: Tidak dilakukan
Assesment
: Blighted Ovum
Plan
Objectif
: TD : 110/80 mmHg
N
: 76 x/menit
RR : 22 x/menit
S
: 36 C
Plan
: Amoxicillin 3 x 500 mg
Asamefenamat 3 x 500 mg
Vitamin C 3 x 1 tablet
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Blighted ovum meupakan kegagalan kehamilan awal (early pregnancy failure). Blighted
ovum adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi
(kantong kehamilan) dan air ketuban saja. Kehamilan kosong menimbulkan gejala medis dimana
rahim atau kandungan ibu membesar seperti mendapatkan kehamilan walaupun di dalam rahim
tersebut tidak terdapat janin sama sekali.
Kondisi ini terjadi karena telur yang sudah dibuahi berhasil membentuk plasenta dan
membran, tetapi gagal terbentuk embrio. Diduga hal ini terjadi karena kelainan kromosom pada
telur yang sudah dibuahi tersebut. Blighted ovum biasanya terjadi pada minggu-minggu awal
kehamilan.
B. Etiologi
Berikut ini penyebab dari blighted ovum:
1. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur
dan sperma. Seandainya saja bakal janin yang memiliki kelainan kromosom tersebut mampu
D. Patofisiologi
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan
hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam
di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana
hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam, dan menyebabkan tes
kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada
umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut
juga sebagai hormon kehamilan.\
E. Diagnosis
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.
Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan
pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan
memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16
milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung
kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan
setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum,
perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor
rahim atau penyakit usus.
Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis blighted ovum adalah sebagai berikut:
1. Mengukur HCG level dengan gravindex test,
2. 2. Pemeriksaan denyut jantung janin,
3. USG transvaginal atau USG abdominal.
Berdasarkan prosedur, ginekolog baru dapat menyimpulkan blighted ovum setelah usia
kehamilan di atas 7-8 minggu. Saat itu diameter kantong kehamilan sudah mencapai ukuran
antara 2,5-3 cm. Sementara jika dilakukan USG saat usia kehamilan masih di bawah 8 minggu,
dokter belum dapat melihat pertumbuhan janin karena kantong kehamilan yang terbentuk masih
kecil. Pada layar USG, besar kemungkinan hanya terlihat lingkaran kantong janin saja. Lain
halnya jika USG dilakukan saat usia kehamilan 8 minggu dan hanya terlihat kantong kehamilan
saja tanpa janin di dalamnya baru dapat di diagnosis sebagai blighted ovum.
USG diawal kehamilan untuk memastikan apakah ibu mengalami kehamilan kosong
atau tidak. Dengan USG, pada usia kehamilan 7-8 minggu biasanya dokter akan melihat
perkembangan janin apakah telah mencapai 20 mm apa belum. Bila janin tidak terlihat atau
ukurannya lebih kecil dari 20 mm maka dokter akan memastikan ibu mengalami gejala kehamilan
kosong dan biasanya pada kontrol selanjutnya dokter akan mengukur lagi perkembangan janin.
Bila sejak awal kehamilan berjalan dengan baik dan normal tanpa tanda-tanda kelainan.
Kelainan biasanya baru diketahui saat kehamilan memasuki pertengahan trimester pertama. Saat
diperiksa, dokter tidak dapat mendeteksi denyut jantung janin atau tak melihat janin ketika
melakukan USG.
F. Penatalaksanaan
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan
hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa
penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati
sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
G. Komplikasi
Pada dasarnya kehamilan kosong tidak berdampak pada keselamatan si ibu. Hanya saja,
bahaya akan muncul sebagai akibat dari komplikasi tindakan yang dilakukan. Semisal kuretase.
Sementara sebelum dilakukan kuretase, umumnya si ibu sudah mengalami perdarahan. Bila
perdarahan yang terjadi tergolong berat, si ibu bisa kehabisan darah yang dapat mengancam
jiwanya. Dampak lain yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah faktor psikologis si ibu itu
sendiri.
H. Prognosis
Dengan penanganan yang tepat dan selama tidak terjadi komplikasi, prognosis dari
blighted ovum adalah dubia et bonam.
I. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan
pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila
menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan
kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
1. Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus
selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
2. Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa calon ibu
benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
3. Melakukan pemeriksaan kromosom.
4. Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok
dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
5. Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi saat
usia kandungan masih di bawah delapan bulan.
6. Pada ibu hamil yang menderita diabetes melitus diarapkan untuk selalu mngontrol kadar gula
darah dalaam tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek Misoprostol
Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro : Media Medika Indonesiana
2. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & TreatmentNinth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
3.
Anne
Jackson
Bracker.
2006.
Blighted
Ovum
Anembryogenic
Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf
4. Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet Misoprostol 100
Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix Sebelum Tindakan Kuretase. Subbagian
Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
5. Nasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400 mcg
Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum. Bagian Obstetri dan Ginekologi.
Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.
6. Wiknjosastro, H., dkk (eds). Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan kelima. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999