PENDAHULUAN
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia sampai saat ini tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak di negara berkembang dan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). 1,2
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:1
1.
Pneumonia lobaris
2.
3.
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia yang disebut juga pneumonia lobularis,adalah suatu
etiologi
seperti
bakteri,
virus,
jamur
dan
benda
asing.Bronkopneumonia yang dijumpai pada anak dan bayi paling sering diakibatkan
oleh Streptococus Pneumonia dan Haemophilus Influenza.2,3
Insiden pneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian urutan ke-3 setelah kardiovaskuler dan Tuberculosis.
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) pada tahun 2007, di Indonesia, 22,8%
kematian pada anak umur 1-4 tahun disebabkan oleh pneumonia. 1
Pneumonia menunjukkan gejala khas berupa batuk, sesak napas dan demam.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut.1,4
Diagnosis pneumonia di rumah sakit ditegakkan berdasarkan gejala klinis
dengan didukung pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Pemeriksaan
penunjang
laboratorium
darah
rutin
pada
bronkopneumonia
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Tanggal masuk
Identitas penderita
Nama penderita
Jeniskelamin
Umur
Kebangsaan
Suku bangsa
: 31 Juli 2015
: An. R
: Laki-laki
: 1 bulan 20 hari (9 Juni 2015)
: Indonesia
: Kaili
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Batuk, sesak,panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk,sesak,panas. Batuk
dialami sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk RS dan memberat sejak sekitar
2 minggu yang lalu. Batuk disertai dengan lendir namun tidak disertai darah.
Pasien juga beringus yang timbul bersamaan dengan batuk.
Pasien juga mengalami sesak napas yang timbul bersamaan dengan
batuk sejak 1 bulan yang lalu dan juga memberat sejak sekitar 2 minggu yang
lalu. Saat sesak, pasien tidak mengalami kebiruan pada bibir dan ujung jari.
Pasien mengalami panas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Panas naik turun, saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil. Pasien
muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sebanyak 4 kali dan muntah 3 kali
saat berada di unit gawat darurat rumah sakit. Muntah berupa makanan yang
lendir dan susu berwarna putih, muntahan tidak berisi darah dan
tidak
menyembur . Buang air kecil lancar dan seperti biasa. Buang air besar lancar
dan seperti biasa.
Anamnesis Antenatal :
Ibu pasien tidak rutin melakukan pemeriksaan ANC
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien belum pernah mengalami riwayat penyakit yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga dekat pasien yang mengeluh batuk lama, panas,
amupun sesak.
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah kebawah. Rumah beratap dilengkapi dengan plafon, berlantaikan tegel
dengan ventilasi rumah kurang memadai.
: lahir sekarang
Susu formula
: 1 bulan - sekarang
Imunisasi
:
Belum pernah mendapatkan imunisasi
Riwayat keluarga
Family tree
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Gizi
: Gizi Kurang [Z- Score : (-2) (-3)]
Sianosis
: Tidak ada
Anemia
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak ada
Keadaan mental
: Compos mentis
Suhu
: 39,2oC
Respirasi
: 84 x/menit
Denyut Jantung
: 124 x/menit
2. Kulit
Efloresensi
Pigmentasi
Jaringan parut
Lapisan lemak
Turgor
Tonus
Oedema
:
:
:
:
:
:
:
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
< 2 detik
Normal
Tidak ada
3. Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Sclera
Cornea reflex
Pupil
Lensa
Fundus
Visus
Gerakan
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Gigi
Selaput mulut
Gusi
Bau pernapasan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Normocephale
Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Conjungtiva : Anemis (-)
Ikterik (-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Otorrhea (-)
Rhinorrhea (+), nafas cuping hidung (+)
Bibir : Sianosis (-)
Monoliasis (-)
Normal
Normal
Perdarahan (-)
Normal
6
Tenggorokan
Pharynx
Leher
Kelenjar
:
:
:
:
Kaku kuduk
: Normal
4. Thorax
Bentuk
Rachitic rosary
Ruang intercostal
Precordial bulging
Xiphosternum
Harrlsons groove
Retraksi
:
:
:
:
:
:
:
5. Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
+ ( Retraksi interkostal)
basal
7. Abdomen
Bentuk
Lain-lain
Hepar
Lien
: Datar
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ
: Tidak teraba
: Tidak teraba
7
IV.
8. Genitalia
9. Kelenjar
11. Otot-otot
: Eutrofi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap
WBC
37,1x 103/uL
RBC
2,9 x 106/uL
HBG
9,8 g/dL
b. Pemeriksaan radiologi
HCT
28,1 %
3
3
Foto thoraks AP :
PLT
317 x 10 /mm
- Perselubungan pada hilus
MCV
95,6 fl
MCH
33,3 pg
kanan dan suprahiler kiri
MCHC
34,9 g/dl
- Cor : dalam batas normal
Sinus dan diafragma baik
Tulang tulang intak
Kesan : Bronchopneumonia susp. spesifik
V. RESUME
Seorang pasien laki laki usia 1 bulan 20 hari masuk rumah sakit dengan
keluhan batuk. Batuk dialami sejak 1 bulan yang lalu, batuk berlendir, beringus
(+), batuk juga disertai dengan sesak napas. Febris (+) sejak 1 hari sebelum
masuk RS. Vomitus (+) 1 hari sebelum masuk RS sebanyak 4 kali, dan 3 kali di
unit gawat darurat UGD. Muntahan berisi lendir dan susu berwarna putih. BAK
dan BAB lancar seperti biasa.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan sakit berat, komposmentis,
status gizi kurang, pada pemeriksaan tanda vital diperoleh , suhu : 39,20C,
respirasi : 84 kali/menit, dan denyut jantung 124 kali/menit . Dari pemeriksaan
fisik diperoleh rinorrhea (+/+), nafas cuping hidung (+), pemeriksaan thoraks :
retraksi interkostal (+), perkusi redup pada kedua lapang paru, dan terdengar
ronkhi (+/+) basah halus pada basal paru bilateral.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan hasil leukositosis
dan anemia, pada pemeriksaan radiologi ditemukan kesan bronkopneumonia
susp. spesifik.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Bronkopneumonia + anemia et causa ?
VII.DIAGNOSIS BANDING
Sepsis
VIII.
TERAPI
Medikamentosa:
-
Non medikamentosa
IX.
Tirah baring
Puasakan
ANJURAN
- Darah lengkap
- Apusan darah tepi
FOLLOW UP
: 120x/menit
: 80x/menit
Suhu
: 38,1 C
Keadaan Umum: Sakit berat
Status gizi : Gizi kurang
Kulit : ruam (-), sianosis (-)
Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
10
S: Panas (+) hari ketiga, batuk (+), sesak (+), muntah (-), BAB belum hari ini
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
3 x 1 pulv (sonde)
11
Epexol 1,5mg
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 5 cc/2 jam (sonde)
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
12
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 15 cc/2 jam (sonde)
4 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-5)
S: Panas (-) hari kelima, batuk (+), sesak(+), muntah (-), BAB belum sejak 3 hari
yang lalu
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
13
Sistem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 20 cc/2 jam
5 Agustus 2015 ((Perawatan hari ke-6)
S: Panas (-) hari keenam, batuk (+), sesak(+), muntah (-), BAB belum sejak 4 hari
yang lalu
O: -
: 127x/menit
14
Pernapasan
: 79x/menit
Suhu
: 37,3C
Keadaan Umum: Sakit berat
Status gizi : Gizi kurang
Kulit : ruam (-), sianosis (-)
Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 0,3cc (sonde)
15
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 20 cc/2 jam (sonde)
6 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-7)
S: Panas (-) hari ketujuh, batuk (+), sesak(+), muntah (-), BAB belum sejak 5 hari
yang lalu
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sistem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
16
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 20 cc/2 jam/sonde
Anjuran : Periksa darah lengkap
7 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-8)
S: Panas (-) hari ke delapan, batuk (+), sesak berkurang, muntah (-), BAB belum
sejak 6 hari yang lalu
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
17
Sistem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 20 cc/2 jam (sonde)
8 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-9)
S: Panas (-) hari ke sembilan, batuk (+), sesak berkurang, muntah (-), BAB 1x tadi
malam, warna hitam
O: -
: 114x/menit
18
Pernapasan
: 54x/menit
Suhu
: 36,9C
Keadaan Umum: Sakit berat
Status gizi : Gizi kurang
Kulit : ruam (-), sianosis (-)
Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
14,7x 103/uL
3,90 x 106/uL
12,4 g/dL
39,9 %
232 x 103/mm3
102 fl
31,8 pg
31,1 g/dl
Gentamisin 10mg/12j/iv
Sanmol drops 3 x 0,3 cc (KP)
Fartolin 0,3mg
Interhistin 3mg
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 20 cc/2 jam (sonde)
9 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-10)
S: Panas (-) hari ke sepuluh, batuk (+), sesak berkurang, muntah (-), BAB (+) padat
warna hitam
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
20
A: Bronkopneumonia
P: Medikamentosa :
IVFD Dextrouse 5% 12tpm
Cefotaxim 150 mg/12j/iv
Gentamisin 10mg/12j/iv (STOP)
Sanmol drops 3 x 0,3 cc (KP)
Fartolin 0,3mg
Interhistin 3mg
3 x 1 pulv (sonde)
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc (sonde)
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 30 cc/2 jam (sonde)
14 Agustus 2015 ((Perawatan hari ke-15)
S: Panas (-) , batuk berlendir (+), sesak (+), muntah (-), BAB/ BAK (+/+)
O: -
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
21
Sitem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
A: Bronkopneumonia
P: Medikamentosa :
O2 (KP)
IVFD Dextrouse 5% 12 tpm
Cefotaxim 150 mg/12j/iv
Fartolin 0,3mg
Interhistin 3mg
3 x 1 pulv
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 30 cc/2 jam
15 Agustus 2015 (Perawatan hari ke-16)
S: Panas (-) , batuk berlendir (+), sesak (+), muntah (-), BAB/ BAK (+/+)
O: -
22
Sistem Pernapasan : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi interkostal (+), vokal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
redup, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spatium intercosta VI,
bunyi paru bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Sistem Gastrointestinal : inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen , palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
A: Bronkopneumonia
P: Medikamentosa :
O2 (KP)
IVFD Dextrouse 5% 12 tpm
Cefotaxim 150 mg/12j/iv
Fartolin 0,3mg
Interhistin 3mg
3 x 1 pulv
Epexol 1,5mg
Apialys drop 1 x 0,3cc
Non medikamentosa :
Tirah baring
ASI /PASI 30 cc/2 jam
23
BAB III
DISKUSI
Penegakan diagnosis bronkopneumonia pada kasus ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus pasien
ini,dari anamnesis didapatkan adanya batuk berlendir sejak sekitar 1 bulan yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, yang disertai dengan sesak napas, rinorhea dan demam
yang naik turun sejak 1 hari sebelum masuk RS serta adanya muntah. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan suhu yang sangat meningkat yaitu 39,2oC, adanya
pernafasan cepat yaitu 84 kali per menit disertai pernafasan cuping hidung, pada
pemeriksaan toraks didapatkan adanya retraksi intercostal dan pada auskultasi
didapatkan suara napas tambahan ronki basah halus. Pada pemeriksaan penunjang
berupa darah lengkap ditemukan peningkatan leukosit dan penurunan jumlah
24
eritrosit, hemoglobin, dan MCV, pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan kesan
bronckopneumonia suspek spesifik.
Berdasarkan temuan ini maka pasien didiagnosis dengan bronkopneumonia.
Hal ini sesuai teori yang menjelaskan bahwa bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran napas atas selama beberapa hari dan suhu tubuh yang
meningkat hingga 39-40 C. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pernafasan
cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut atau
hidung. Pada pemeriksaan thoraks, dapat di temukan ronki basah nyaring halus
hingga sedang pada auskultasi, sedangkan pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit dan juga
anemia yang dapat terjadi akibat suatu proses infeksi. Berdasarkan nilai MCV,
MCH, dan MCHC dari kasus ini dimana nilai MCV mengalami penurunan dan
MCH serta MCHC dalam batas normal sehingga digolongkan kedalam suatu
anemia mikrositik normokromik. Kondisi penyakit lain yang menunjukkan
penurunan MCV adalah anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan
timbal, radiasi. 4
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus
distribution).
dimana
distribusi
berbentuk
bercak-bercak
(patchy
bulan sampai 2 tahun. Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai
dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting
dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae,
Staphylococcus aureus, Streptococcus group
USIA
ETIOLOGI YANG
JARANG
25
Neonatal
1 bulan - 3 bulan
4 bulan 5 tahun
5 Tahun ke atas
BAKTERI
E.Coli
Streptoccous Hemolitikus Grup B
Streptoccous Pneumoniae
BAKTERI
Chlamydia Trachomatis
Streptoccous Pneumoniae
VIRUS
Adenovirus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
Bakteri
Chlamydia Pneumonia
Mycoplasma Pneumoniae
Streptococcus Pneumoniae
Virus
Adenovirus
Virus Influenza
Virus Parainflueza
Rhinovirus
Bakteri
Chlamydia Pneumoniae
Mycoplasma Pneumoniae
Streptococus Pneumoniae
H. Influenza
BAKTERI
Bakteri Anaerob
Streptoccous Group
D
Haemophillus
Influenzae
VIRUS
cytomegalovirus
Herpes Simpleks
BAKTERI
Bordetella Pertussis
H.Influenza Tipe B
S. Aureus
Bakteri
H. Influenza
Moraxella Chataralis
S. Aureus
Virus
Varicella- Zooster
VIRUS
Adenovirus
Epstein-Barr
Rhinovirus
Parainfluenza Virus
Influenza Virus
26
Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.1,4
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.4,7
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.4
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui
inhalasi, aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung sehingga
terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan
menimbulkan kebocoran sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke
alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi
dengan cairan sel-sel dan infeksi menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya.9
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak
napas. Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.Menurut Henry Goma, Dkk, pneumonia
diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala berikut:2,3,4
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Demam
28
3. Batuk
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis
WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis klinis
dan tata laksana pneumonia pada anak. Berdasarkan pneumonia dibedakan
menjadi:9
-
rutin
pada
bronkopneumonia
menunjukkan
leukositosis.
Leukositosis
pada
Penatalaksanaan Suportif
a. Pemberian oksigen 2-4 L/menit
b.
2.
Penatalaksanaan Kausal
a. Mukolitik dan ekspektoran
b.
c. Pemberian
antibiotika
berdasarkan
mikroorganisme
penyebab
dan
sefalosporin.
Antibiotik
paranteral
diberikan
48-72
jam,
30
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Jika diduga
penyebab adalah Stafilokokus, maka dapat diberikan kloksasilin. 9
Pada pneumonia yang memerlukan rawat inap, rumah sakit di Indonesia
biasanya
menggunakan
antibiotik
beta-laktam,
ampisillin,
atau
amoksisilin
antibiotik
yaitu
penisilin
intravena(25.000U/kgBB/4
jam),
Rawat jalan
>2-4
minggu
>1-2 bulan
>2-5 bulan
Rawat Inap
1. Ampisillin +
Gentamisin
2. Ampisillin +
Cefotaksim
1. Ampisillin +
Cefotaksim atau
Ceftriaxon
2. Eritromisin
1. Ampisillin +
Gentamisin
2. Cefotaksim atau
Ceftriaxon
1. Ampisillin
2. Sefuroksim
sefiksim
1. Ampisillin
2. Ampisillin +
Kloramfenikol
Sefuroksim
Ceftriaxon
Bakteri Patogen
- E. Coli
- Streptococcus B
- Nosokomial
Enterobacteria
- E. Coli
- Nosokomial
Enterobacteria
- Streptococcus B
- Klebsiella
- Enterobacter
- C. Trachomatis
- E. Coli and other
Enterobacteria
- H. influenza
- S. pneumonia
- C. Trachomatis
- H. influenza
- S. pneumonia
31
>5 tahun
1. Penisillin A
2. Amoksisilin
Eritromisin
1. Penisillin G
2. Sefuroksim
Seftriakson
Vankomisin
- S. pneumonia
- Mycoplasma 9
Kombinasi obat biotik yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan teori
berdasarkan umur pasien, yaitu diberikan Cefotaxim 150 mg/12j/iv\ dan Gentamisin
10mg/12j/iv. Cefotaxime adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang
memiliki aktivitas anti bakteri. Aktivitas bakterisidal didapat dengan cara
menghambat sisntesis dinding sel. Cefotaxime diindikasikan untuk pengobatan
dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri sensitif seperti pada Infeksi saluran
pernafasan bagian bawah: termasuk pneumonia yang disebabkan streptococcus
pneumonia, S. pyogenes (Streptococcus group A) dan Streptococci lain (tidak
termasuk Enterococci, seperti S. faecalis), Staphylococcus aureus (produksi
penisilinase dan tidak produksi penisilinase), Escherichia coli. Dosis untuk bayi dan
anak 50 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 4 dosis setara. Gentamisin adalah
aminoglikosida antibiotik , digunakan untuk mengobati banyak jenis bakteri infeksi,
terutama yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif. Dosis untuk bayi dan anak < 5
tahun : 7,5 mg/kg BB/hari.
Fartolin berisi salbutamol sulfat yang merupakan obat golongan
bronkodilator. Obat ini bekerja dengan merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Khususnya -2 simpatomimetika (-2-mimetik), zat
ini bekerja selektif terhadap reseptor -2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja
terhadap reseptor -1 (stimulasi jantung). Kelompok -2-mimetik seperti Salbutamol,
Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Epexol berisi ambroxol
yang merupakan golongan mukolitik. Interhistin atau mebhydrolin merupakan obat
golongan antihistamin, khususnya antagonis reseptor histamin H1. Apialys
merupakan vitamin tambahan yang dapat menambah nafsu makan, kandungannya
terdiri atas; Vitamin A 2000 iu, Vitamin B1 1 mg, Vitamin B2 1,2 mg, Vitamin B6 1
32
mg, Vitamin B12 2 mcg, Vitamin C 30 mg, Vitamin D 400 iu, Nikotinamida 10 mg,
Lisin HCl 25 mg, pantotenol 5 mg. Dosis untuk Usia kurang dari 12 bulan adalah 1
kali sehari 0,3 mL.
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran secara
hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang
jarang dari penyebaran infeksi hematologi. Komplikasi pada anak meliputi empiema,
perikarditis, pneumotoraks,atau infeksi ektrapulmoner seperti meningtis purulenta.
Empiema merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.1,4
Pada hari pertama pasien masuk rumah sakit, kondisi pasien sangat tidak
stabil dan dibuktikan dengan hasil laboratorium jumlah leukosit yang meningkat
tajam, menandakan suatu kondisi infeksi yang serius sehingga dicurigai adanya
komplikasi bronkopneumonia berupa sepsis, namun dengan pengobatan yang cepat
dan tepat kondisi pasien membaik dalam 8 hari berikutnya, ditandai dengan
penurunan jumlah leukosit dari 37,1 x 103/uL turun menjadi 14,7 x 103/uL dan
perbaikan klinis. Faktor risiko sepsis meliputi faktor risiko mayor yaitu ketuban pecah
dini (KPD) >18 jam, ibu demam intrapartum >380C, korioamnionitis, ketuban
berbau,denyut jantung janin (DJJ) >160x/menit. Faktor risiko minor terdiri dari KPD
>12jam, demam intrapartum >37,50C, skor APGAR rendah (menit 1 skor <5 dan
menit 5 skor <7), BBLSR (<1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu,
keputihan yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK). Seorang
bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor
ditambah dua kriteria minor.11
Prognosis buruk sangat tinggi pada usia penderita yang masih sangat muda
seperti bayi dan juga pada dewasa tua. Pada bayi muda resiko sepsis atau prognosis
yang buruk meningkat pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah,
prematur, anak yang lahir dari ibu dengan riwayat infeksi berat atau ibu yang sakit
33
karena
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat tidak prematur, berat lahir cukup yaitu
2700gram dan ibu pasien tidak mengidap penyakit infeksi berat selama kehamilan
atau saat proses persalinan. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan
keadaan malnutrisi dan datang terlambat untuk mendapatkan pengobatan.4,8
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R.. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E.,
et.al (editor). Ilmu Kesehatan Anak Nelsons vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC. 2000
4. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1995
5. Behera, D. Textbook of pulmonary medicine (2nd ed.). New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Pub. 2010. pp. 296297. ISBN 9788184487497.
6. Roderick Heffron. Pneumonia, with Special Reference to Pneumococcus Lobar
Pneumonia.1979.
7. IDAI. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI. 2009
8.
9. Alsagaff, Hood, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit Paru dan
Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya.2004
10. FK UNHAS. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNHAS. Makassar.2009
11. Wilar R., Kumalasari E, Suryanto, Gunawan. Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
RS Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 4. 2010
35