PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas memiliki enam pokok program
dasar. Salah satu program pokok puskesmas adalah upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, termasuk pencegahan dan penularan penyakit
Tuberkulosis (TB) Paru.
TB paru merupakan masalah global, menurut laporan WHO tahun 2004
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut
regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari
seluruh kasus TB di dunia, bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus
per 100.000 penduduk.
Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai menerapkan
strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000
strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama Puskesmas
yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Fakta menunjukkan bahwa
TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, antara
lain :
1. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia
setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia
sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.
2. Tahun
1995,
hasil
Survei
Kesehatan
Rumah
Tangga
(SKRT)
membuat Plan of Action dalam upaya meningkatkan penemuan pasien baru BTA
positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji.
1.3 Tujuan
a. Menemukan penyebab utama rendahnya cakupan penemuan suspek TB di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
b. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah
agar cakupan penemuan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji dapat mencapai target yang ditetapkan Puskesmas Ambacang
Kuranji.
c. Menyusun Plan of Action dalam upaya peningkatan penemuan pasien baru
BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji.
1.4 Manfaat
Dalam penulisan Plan of Action ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada pihak Puskesmas dalam melaksanakan upaya peningkatan
penemuan pasien baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji. Selain itu proses penulisan Plan of Action ini
dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam
menganalisa permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang
ditemui di Puskesmas Ambacang Kuranji.
BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSKESMAS AMBACANG KURANJI
2.3 Demografi
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2011 adalah 46.900 jiwa dengan distribusi
kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang
: 16.818 jiwa
Kelurahan anduring
: 13.412 jiwa
Kelurahan lubuk lintah
: 9.737 jiwa
Kelurahan ampang
: 6.933 jiwa
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 43.114
jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata dengan rincian sebagai berikut:
Kelurahan Pasar Ambacang
:15.461 Jiwa
Kelurahan Anduring
: 12.329 Jiwa
Kelurahan Ampang
: 6.373 Jiwa
Kelurahan Lubuk Lintah : 8.951 Jiwa
Tabel 2.1. Daftar sasaran kesehatan Puskesmas Ambacang tahun 2011
Kelurahan
Penduduk
Bayi
Balita Bumil Bulin
WUS
Ps.Ambacang 16.818
265
1.322 385
350
4.758
Anduring
13.412
211
1.054 307
279
3.795
Lubuk lintah
9.737
153
766
223
203
2.755
Ampang
6.933
109
545
159
144
1.962
Jumlah
46.900
738
3.687 1.074
976
13.270
2.4 Sarana dan Prasarana serta Sasaran Kesehatan
Puskesmas Ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang
relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana
gedung dengan 2 lantai mampu dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan
administarsi/manajemen, begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2
telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti
posyandu,UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.
Data sarana kesehatan Puskesmas Ambacang terdiri dari :
a. Bangunan Puskesmas Induk
b. Bangunan Puskesmas Pembantu
c. Rumah Para medis
: 2 Unit
: 1 Unit
: 2 Unit
Posyandu Balita
Posyandu Lansia
Batra
Poskesren
Toga
Usaha Kesehatan Kerja
PosKesKel
: 28 buah
: 6 buah
: 32 buah
: 1 buah
: 49 buah
: 143 buah
: 4 buah
2.5 Ketenagaan
Sarana tenaga Puskesmas Ambacang berjumlah 49 orang, terdiri dari :
a. Dokter Umum
: 4 orang
b. Dokter Gigi
: 3 orang
c. SKM
: 2 orang
d. Perawat ( Akper )
: 6 orang
e. Perawat SPK
: 1 orang
f. Bidan D III
: 10 orang
g. Bidan D I
: 7 orang
h. Kesling/AKL
i. Analis D III
j. Perawat gigi
k. Asisten Apoteker
l. SLTA
m. Sopir
n. Tenaga Sukarela
:
:
:
:
:
:
:
3 orang
1 orang
2 orang
3 orang
2 orang
1 orang
4 orang
: 46.900 orang
: 1.074 orang
: 976 orang
: 738 orang
: 3.678 orang
: 1838 orang
: 13.270 orang
: 7 buah
: 22 buah
: 5 buah
: 3 buah
: 65 buah
: 2 buah
: 18 buah
: 6728 buah
Tani
Pegawai negeri
ABRI
Buruh
Lain-lain
: 45%
: 20%
: 2%
: 15%
: 18%
Kepala
Puskesmas
Dr. Hj. May
Kepala
Happy
Puskesmas
Dr. Hj. May
Happy
10
BAB lll
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Tuberkulosis
3.1.1. Definisi
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti otak,
tulang, usus dan kelenjar limfe.
3.1.2. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu
350 per 100.000 penduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3
juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
11
12
3.1.3 Etiologi
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan
tidak berkapsul. Ukuran panjang sekitar 1 4 m dan lebar 0,3 0,6 m.
Mycobacterium terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun
utama dinding sel bakteri adalah asam mikolat, complex waxes, trehalosa
dimicolat dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain
yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
arabinogalaktan dan arabinomatan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebabkan bakteri bersifat tahan asam. Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama
selama beberapa tahun.
3.1.4 Patogenesiss
a) Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran pernapasan akan bersarang
di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonia yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin akan timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama sama dengan limfangitis regional
13
disebut dengan kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
dari dibawah ini:
1.
2.
3.
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila
tidak terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis. Penyebaran ini
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya misalnya tulang, ginjal,
adrenal, genital dan sebagainya.
14
2.
penyebukan
jaringan
fibrosis.
Selanjutnya
akan
terjadi
15
3.1.5. Diagnosis
a) Gambaran klinis
Gambaran klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik.
1.
16
2.
b) Pemeriksaan Fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya sulit untuk ditemukan
kelainan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Suara nafas bronkial, amforik, suara nafas lemah, ronkhi basah
c) Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berturutan berupa Sewaktu
Pagi Sewaktu (SPS):
17
d) Pemeriksaan Radiologis
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
18
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paru BTA positif.
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotik non OAT.
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotoraks, pleuritis eksudatif,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptosis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi aktif akan tampak bayangan
berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah, ditemukan kavitas atau bayangan bercak milier. Pada lesi TB inaktif
tampak gambaran fibrotik, kalsifikasi dan penebalan pleura.
19
3.1.6. Klasifikasi
20
21
3.1.7. Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi
Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
22
Sifat
23
3.1.8. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang akan timbul adalah:
1.
Batuk darah
2.
Pneumotoraks
3.
4.
Gagal nafas
5.
Gagal jantung
6.
Efusi pleura
24
terbaik
(best
practice),
dan
hasil
implementasi
program
Komitmen politisi.
2.
3.
4.
25
5.
26
3.3.2 Faktor Budaya, Dana dan Kemitraan dalam Penemuan Pasien Baru TB
27
28
b. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya
Adalah persentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh
suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses
penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
29
Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % )
kemungkinan disebabkan :
Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi
kriteria suspek, atau
Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu).
Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan disebabkan:
Penjaringan terlalu ketat atau
Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu).
30
31
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang
menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas. Proses ini juga
dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas
Ambacang Kuranji tahun 2011 dan Laporan Semester I Puskesmas Ambacang
Kuranji tahun 2012. Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di
puskesmas Ambacang Kuranji adalah :
1. Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate =
CDR) di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
Penemuan kasus baru TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji merupakan salah satu usaha untuk menanggulangi permasalahan TB
karena dengan menemukan penderita TB dapat dilakukan berbagai upaya
penanganan yang optimal. Di Puskesmas Ambacang Kuranji pencapaian
penemuan pasien baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) tahun 2009
mencapai 38,67%. Sementara tahun 2010 pencapaian CDR tidak jauh berbeda
dari tahun sebelumnya yaitu 39%, sedangkan tahun 2011 terjadi penurunan
menjadi 29%, yang tentunya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 70%.
2. Belum tercapainya target pemberian ASI eksklusif.
32
Masalah
Urgensi
Rendahnya penemuan
4
pasien baru BTA positif
(Case Detection Rate =
CDR) di Wilayah kerja
Puskesmas Ambacang
Kuranji
Tingginya
angka 4
kematian
neonatus
akibat BBLR
Intervensi Biaya
4
4
Total
16
Ranking
I
16
Belum
tercapainya 4
target pemberian ASI
eksklusif
15
II
Belum
tercapainya 3
target D/S dan N/D.
13
III
Belum
terbentuknya 4
Posbindu di wilayah
kerja
puskesmas
ambacang kuranji
12
IV
Mutu
Berdasarkan prioritas masalah dan diskusi lebih lanjut dengan kepala dan staf
puskesmas, maka yang menjadi prioritas utama adalah Rendahnya penemuan pasien
baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji pada tahun 2011, dan Tingginya angka kematian neonatus akibat BBLR.
35
Oleh karena itu kami mengangkat masalah Upaya peningkatan penemuan pasien
baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji sebagai topik POA.
4.3
No
Faktor
Penyebab
Manusia
Kader P2 TB
Masyarakat
No
1
Faktor
Penyebab
Material
Masalah
TolokUkur
Keterangan
Wawancara
dengan
penanggungjawab
program P2 TB
dan kepala
Puskesmas
Masih rendahnya
pengetahuan
masyarakat tentang
gratisnya
pelayanan
pemeriksaan dan
penatalaksanaan
TB paru di
Puskesmas.
Kuesioner yang
dibagikan
kemasyarakat
kelurahan
Anduring dan
wawancara
dengan
penanggungjawab
program P2TB.
Dari 30 kuisioner
yang disebarkan,
didapatkan tingkat
pengetahuan
masyarakat tentang
pelayanan
pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
TB Paru rendah dan
tentang pengetahuan
umum TB paru belum
cukup tinggi.
Masalah
Tolok Ukur
Keterangan
Kurangnya
pemanfaatan media
informasi seperti
papan informasi,
poster, pamflet, dan
leaflet tentang
Wawancara
dengan
penanggungjawab
program P2 TB
dan
penanggungjawab
Kurang
dimanfaatkannya
papan pengumuman
baik itu di puskesmas
ataupun di posyandu
serta di tempat-tempat
36
penyakit TB paru
di tempat-tempat
umum.
program promkes
serta wawancara
dengan
masyarakat
setempat.
umum untuk
menginformasikan
kepada masyarakat
tentang pentingnya
mengetahui gejala
penyakit TB paru dan
berobat ke pusat
pelayanan kesehatan
yang ada.
Kurangnya alokasi
dana pemerintah
untuk pelaksanaan
kegiatan penemuan
dini kasus baru TB.
Sumber dana
puskesmas.
Pengoptimalan dana
pemerintah yang
khusus untuk TB ini
sangat diharapkan
untuk mempermudah
kerja petugas dan
kader dalam
penemuan kasus baru
TB Paru.
Kurangnya sarana
di laboratorium
yang ada di
puskesmas.
Laboratorium
puskesmas.
Puskesmas Ambacang
tidak memiliki sarana
yang cukup dalam
pemeriksaan labor,
seperti penyedian pot
yang kurang,
sehingga sputum
hanya bisa diperiksa
satu kali.
No
1
Faktor
Penyebab
Metode
Masalah
Tolok ukur
Keterangan
Kurangnya
penyuluhan luar
gedung mengenai
penyakit TB Paru,
cara pengambilan
sampel dahak yang
benar, program
Wawancara
dengan
penanggung
jawab program P2
TB.
Penyuluhan seputar
TB Paru dan
pengobatannya masih
sangat minim dan
informasi yang
diberikan oleh kader
saat posyandu tidak
37
penanggulangan
TB Paru di
puskesmas.
optimal.
Kurangnya
pelaporan dari
pusat pelayanan
kesehatan lain yang
menangani pasien
TB paru kepada
puskesmas.
Wawancara
denganpenanggun
gjawab program
P2TB.
Kebanyakan layanan
kesehatan lain yang
menangani penderita
TB paru tidak
melaporkan ke
puskesmas.
Tidak
terlaksananya
penjaringan kontak
TB ke rumah
penderita TB BTA
+
Wawancara
denganpenanggun
gjawab program
P2TB.
Penjaringan kontak
TB seharusnya
dilakukan oleh
pemegang program
TB dan bagian
kesling ke rumah
pasien yang telah
dinyatakan BTA +.
Kegiatan ini tidak
terlaksana di
Puskesmas Ambacang
Kuranji.
Pemeriksaan dahak
mikroskopis tidak
dilakukan dengan
metode SPS
Wawancara
denganpenanggun
gjawab program
P2TB.
Pemeriksaan dahak
dilakukan hanya
sekali yaitu ketika
pasien datang ke
puskesmas dengan
gejala TB. Sedangkan
pemeriksaan Pagi dan
Sewaktu tidak
dilakukan.
Masalah
Tolak ukur
Keterangan
No
1
Faktor
penyebab
Lingkungan
Adanya stigma di
masyarakat bahwa
TB paru adalah
penyakit yang
memalukan
Wawancara
dengan
masyarakat dan
penyebaran
kuesioner
Dari 30 kuisioner
yang disebarkan,
didapatkan masih ada
masyarakat yang
merasa malu dan
38
39
Kader P2 TB
Tidakadanyakader yang yang bertanggung
jawab terhadap P2TB
sehinggatidakoptimalnyapenemuankasus di
lapangan.
Masyarakat
Masih rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang penanganan TBdi puskesmas
Material
Kurangnyapemanfaatan media informasi
seperti papan informasi, poster, pamflet, dan
leaflet tentang penyakit TB paru di tempattempat umum.
Kurang optimalnya alokasi dana pemerintah
untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini
kasus baru TB
Kurangnyasarana di laboratorium yang ada di
Puskesmas.
tahunMetode
2011
Rendahnya
penemuan kasus
baru TB Paru di
Wilayah kerja
Puskesmas
Ambacang Kuranji
Lingkungan
Adanyastigma dimasyarakat bahwa
TB adalah penyakityang memalukan
Untuk memecahkan berbagai masalah yang berasal dari berbagai bidang yang
menyangkut peningkatan pencapaian CDR TB paru di Puskesmas Ambacang Kuranji, maka
diadakan sebuah event yang mencakup keseluruhan penyelesaian masalah, yaitu Gerakan
Puskesmas Ambacang Kuranji Peduli TB. Dalam event ini, Puskesmas Ambacang Kuranji
melakukan
kerjasama
dengan
organisasi
mahasiswa
CIMSA FK
Unand
dalam
penyelenggaraan event dan penggalangan dana untuk pembentukan Kas TB; yaitu kas yang
digunakan untuk biaya reward kader yang menemukan kasus TB di wilayah kerja masingmasing. Rincian acaranya adalah sebagai berikut:
4.4.1 Tahap Persiapan
Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data, berupa data cakupan Case
Detection Rate, jumlah kader tiap posyandu, dan jumlah bidan serta dokter praktek swasta di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Data ini didapatkan dari laporan promkes dan
P2TB. Data aparatur dan tokoh masyarakat masing-masing kelurahan juga dibutuhkan, yang
bisa didapatkan dari kantor lurah pada keempat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji. Pendataan dilakukan pada minggu II bulan September.
Setelah data didapatkan, dilakukan diskusi pada minggu II bulan September 2012
dengan pimpinan puskesmas tentang program-program yang akan dilakukan. Selanjutnya
dilakukan koordinasi dengan pemegang program dan pegawai puskesmas pada minggu III
September 2012 .
TB.
Setiap 3 bulan sekali, kader melakukan pendataan penderita TB yang berobat ke
bidan dan dokter praktek swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji.
c. Pelaksana
Petugas promkes bekerjasama dengan CIMSA.
d. Sasaran
Warga di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
e. Target
10 poster dan 20 pamflet tersebar di 4 kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji.
f. Pelaksanaan
Penempelan poster dan penyebaran pamflet dilakukan pada tanggal 19 November
2012 serentak di tempat-tempat umum, seperti pada papan pengumuman mesjid,
sekolah-sekolah, balai pemuda dan pasar.
c. Penyuluhan dengan tema Gerakan Puskesmas Ambacang Kuranji Peduli TB
a. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru, gejala serta
pemeriksaan dan pengobatan TB di pusat pelayanan kesehatan, khususnya di
Puskesmas Ambacang Kuranji.
2. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk memeriksakan dirinya
ke pelayanan kesehatan jika mempunyai gejala-gejala TB.
3. Setelah acara berbagi pengalaman bersama narasumber, diharapkan masyarakat
tidak menganggap TB sebagai penyakit yang memalukan dan tidak mengucilkan
b.
c.
d.
e.
penderita TB.
Waktu dan Tempat
Waktu
: 25 November 2012, pukul 07.00 11.00 WIB
Tempat
: Lapangan Puskesmas Ambacang Kuranji
Pelaksana
Petugas promkes bekerjasama dengan CIMSA.
Target
Warga di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
Pelaksanaan
Mengadakan Jalan Sehat Peduli TB untuk mengawali acara yang diikuti oleh
petugas puskesmas, kader, dan masyarakat setempat melalui rute yang disepakati
pihak puskesmas dan CIMSA, serta pemberian kupon doorprize yang nantinya
diundi untuk menarik perhatian masyarakat.
43
Oktober 2012
: Wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
44
c. Pelaksana
Petugas pemberantasan penyakit TB (P2TB) dan petugas Kesehatan Lingkungan
d. Sasaran
Kontak serumah pasien TB dengan BTA +
e. Target
Terlaksananya penjaringan kontak dari setiap pasien TB dengan BTA+
f. Pelaksanaan
Petugas pemberantasan penyakit TB (P2TB) dan petugas Kesehatan Lingkungan
melakukan pemeriksaan terhadap kontak serumah setiap pasien TB dengan BTA+
yang didapatkan di puskesmas.
Kepala Puskesmas
d. Target
Terlaksananya sosialisasi SOP pemeriksaan dahak mikroskopis dan terealisasinya
pemeriksaan dahak mikroskopis dengan metode SPS.
e. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas mensosialisasikan mengenai pelaksanaan pemeriksaan dahak
mikroskopis yang harus dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu Sewaktu, Pagi, Sewaktu.
4.4.4 Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini bertujuan mengetahui jalannya program seperti pembinaan Kader Plus,
penempelan poster dan penyebaran pamflet, penjaringan kontak TB dan program-program
lainnya. Monitoring dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program. Selanjutnya
dilakukan evaluasi untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemukan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Evaluasi cakupan pencapaian CDR TB
dilakukan setiap tiga bulan pada saat lokmin puskesmas.
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pencapaian Puskesmas Ambacang Kuranji untuk indikator Case Detection Rate
(CDR) TB paru pada tahun 2008 yaitu 18,75 %, tahun 2009 mencapai 22% dan di tahun
2010 meningkat menjadi 38%. Sementara tahun 2011, terjadi penurunan pada pencapaian
CDR yaitu 29% yang tentunya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 70%.
Hal-hal yang dapat menyebabkan Case Detection Rate (CDR) TB paru belum
mencapai target adalah tidak adanya kader yang khusus untuk program P2TB sehingga tidak
optimalnya penemuan kasus P2TB di lapangan, masih rendahnya pengetahuan dan kemauan
masyarakat agar segera mendatangi petugas kesehatan untuk memeriksakan diri sesegera
mungkin apabila memiliki gejala TB.
Kurangnya penyuluhan di dalam dan di luar puskesmas mengenai penyakit TB Paru
khususnya mengenai cara pengambilan sampel dahak yang benar juga berpengaruh terhadap
hasil pemeriksaan. Selain itu, dokter di balai pengobatan lebih sering merujuk pasien yang
dicurigai menderita TB ke layanan kesehatan lain daripada ke labor puskesmas. Hal yang
seperti ini tidak didukung dengan kerjasama lintas program yang baik antara petugas
pencatatan dan pelaporan P2TB dengan layanan kesehatan rujukan, sehingga banyak kasus
yang tidak terdata dengan baik dalam pencatatan dan pelaporan kasus TB Paru di Puskesmas
Ambacang Kuranji
Di puskesmas terlihat kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan
informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru. Hal ini didukung dengan
hasil survey yang telah dilakukan bahwa masyarakat lebih banyak mendapatkan informasi
tentang TB Paru melalui iklan di televisi daripada promosi kesehatan yang langsung
47
dilakukan oleh petugas puskesmas, yang pada akhirnya akan mengurangi pengetahuan
masyarakat tentang penyakit, pemeriksaan dan pengobatan TB Paru.
5.2 Saran
Promosi kesehatan :
1. Melakukan pembinaan Kader Plus, yaitu kader yang bertanggungjawab dalam
penemuan kasus TB di kelurahan masing-masing dan pendataan kasus TB dari
bidan dan dokter praktek swasta,bekerjasama dengan kepala
puskesmas dan
petugas P2TB
2. Melakukan penempelan poster dan penyebaran pamphlet mengenai TB di tempattempat umum, seperti pada papan pengumuman mesjid, sekolah-sekolah, balai
pemuda dan pasar, bekerjasama dengan organisasi mahasiswa
3. Penyuluhan tentang TB dengan menghadirkan penderita TB yang sedang
menjalani pengobatan dan yang telah sembuh, bekerjasama dengan organisasi
mahasiswa seperti CIMSA dan untuk selanjutnya bisa bekerja sama dengan LSM
Lingkungan
Kepala Puskesmas :
1. Melakukan penggalangan dana untuk kas TB; yaitu kas yang digunakan untuk
hal-hal yang berkaitan dengan TB,seperti reward kader, penyediaan sarana
laboratorium yang masih kurang berupa pot sputum bekerjasama dengan
organisasi mahasiswa
2. Sosialisasi SOP pemeriksaan dahak mikroskopis kasus TB Paru pada petugas
puskesmas
Petugas bagian inventaris
1. Membuat surat permintaan peralatan puskesmas berupa pot sputum ke Dinas
Kesehatan Kota, bekerjasama dengan petugas laboratorium
48
49
Lampiran 1
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
IKM
FAKULTAS
KEDOKTERAN
()
50
Lampiran 2
KUESIONER
Upaya Meningkatkan Angka Case Detection Rate (CDR) Penderita Tuberkulosis Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas AMBACANG KURANJI
Identitas
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
51
Pertanyaan
1. Tuberkulosis paru adalah ?
a. Penyakit infeksi paru kronis yang menular
b. Penyakit infeksi paru
c. Penyakit kanker paru
2. Apa penyebab Tuberkulosis Paru?
a. Guna-guna
b. Penularan infeksi bakteri T dari penderita tuberkulosis.
c. Tidak tahu
3. Apa saja cara penularan Tuberkulosis paru ?
a. Melalui makanan
b. Bersin dan batuk.
c. Bersentuhan dengan penderita Tuberkulosis paru.
4. Kuman tuberkulosis terdapat di
a. Dahak dan air liur
b. Darah
c. Keringat
5. Apakah gejala dan tanda penderita tuberkulosis?
a. Batuk lebih dari 2 minggu dan sesak nafas
b. Batuk kering dan flu
c.
Tidak tahu
52
53
11. Bagaimana sikap anda jika dokter mendiagnosis bahwa anda menderita TB ?
a. Tidak ingin orang lain mengetahui
b. Tidak peduli
c. Mengajak anggota keluarga yang lain untuk memeriksakan diri ke puskesmas
12. Setahu Anda bagaimana pemeriksaaan dan pengobatan pasien TB di puskesmas ?
a. Bayar
b. Gratis
c. Sebagian bayar, sebagian gratis
13. Dari mana mendapatkan informasi tentang tuberkulosis?
a. Tidak pernah dapat
b. Iklan di TV
c. Penyuluhan dan poster
Dari kuesioner diatas, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan masyarakat dari jumlah
jawaban yang benar.
Setiap jawaban pertanyaan yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah di beri
nilai 0 dan semuanya di jumlahkan serta dikelompokan dengan criteria sebagai berikut :
Pertanyaan No. 1-8 meliputi pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis
Rata-rata jawaban benar dari 8 pertanyaan :
80% 100 % : tingkat pengetahuan tinggi
40% - 79 %
0% - 39%
54
Pertanyaan No. 9-11 meliputi pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan untuk penyakit
Tuberkulosis :
80% 100 % : tingkat pengetahuan tinggi
40% - 79 %
0% - 39%
0% - 39%
0% - 39%
55
Lampiran 3
56
57
Diagram 1.5. Pengetahuan masyarakat tentang gejala dan tanda penyakit TB Paru
58
B.
Diagram 1.9. Pengetahuan masyarakat tentang usaha masyarakat untuk mencari pengobatan
60
61
62
63
Lampiran 4
Telah di sebarkan 30 kuisioner ke masyarakat Kelurahan Anduring , dimana keluraan ini
termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Ambacang kuranji, berdasarkan hasil survey
didapatkan hasil pengetahuan masyarakat ambacang kuranji tentang tuberculosis paru.
Jumlah sampel yang dipakai adalah sebanyak 30 orang.
Persentase (%)
Tingkat pengetahuan
70
Sedang
Pemeriksaaan TB Paru
81
Tinggi
Pengetahuan tentang
37
Rendah
43
Rendah
TB Paru
64
Lampiran 7
Poster
65