KABUPATEN NGADA
PERATURAN DESA SESO
NOMOR 10 TAHUN 2015
TENTANG
KERJASAMA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA SESO
Menimbang
Mengingat
Pemerintah
Nomor
43
Tahun
2014
tentang
Nomor
Tahun
2015
tentang
Pedoman
Nomor
Tahun
2015
tentang
Pendirian,
2014);
14.Peraturan Bupati Ngada Nomor 32 Tahun 2015 tentang
Penjabaran
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksudkan dengan:
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas
wilayah
pemerintahan,
yang
berwenang
kepentingan
untuk
masyarakat
mengatur
setempat
dan
mengurus
berdasarkan
urusan
prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan
9. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Desa atau perolehan
hak lainnya yang sah.
10.Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan
masyarakat
dengan
meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
pihak
ketiga
dalam
bidang
pemerintahan,
pembangunan
dan
kemasyarakatan.
12.Badan Kerjasama Desa yang selanjutnya disebut BKD adalah badan kerjasama
desa yang menjalankan kerjasama desa dengan desa lain atau desa dengan pihak
ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
13.Badan Kerjasama Antar Desa yang selanjutnya disebut BKAD adalah lembaga
yang didirikan untuk menjadi wadah kerjasama antar desa di tingkat kecamatan
yang terdiri dari Badan Kerjasama Desa.
14.Badan Usaha Milik Desa
adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa.
15.Badan Usaha Milik Antar Desa, selanjutnya disebut BUM Antar Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya merupakan milik
bersama Desa-Desa yang pengelolaannya diwakilkan kepada Badan Kerjasama
Antar Desa guna mengelola aset jasa pelayanan dan usaha lainnya dan sebagai
perubahan dari lembaga yang bernama Unit Pengelola Kegiatan atau yang sering
disebut UPK yang selama ini bergerak di bidang usaha simpan pinjam dari dana
Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP) dan dana Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa.
16.Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi.
17.Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
18.Angaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APB Desa
adalah rencana keuangan
disetujui bersama
Pasal 2
Jenis Kerja Sama Desa meliputi:
1. Kerja sama antar desa; dan
2. Kerja sama desa dengan pihak ketiga.
Pasal 3
Kerja sama antar desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (2) poin 1 antara lain:
a. Kerjasama antar desa dalam wilayah kecamatan; dan
b. Kerjasama antar desa di luar kecamatan.
Pasal 4
Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (2) poin 2 antara lain:
a. Kerjasama dengan pihak instansi pemerintah;
b. Kerjasama desa dengan pihak swasta; dan
c. Kerjasama desa dengan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pasal 5
Desa dapat melakukan kerjasama antar desa sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya, meliputi:
a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. Kewenangan lokal bersekala desa;
c. Kewenangan
yang
ditugaskan
oleh
pemerintah,
pemerintah
provinsi,
kemayarakatan,
pelayanan,
pembangunan
dan
pemberdayaan
sumberdaya
alam
dan
teknologi
tepat
guna
dengan
Pasal 8
1. Pelaksanaan Kerjasama Antar Desa diatur dan ditetapkan dengan Peraturan
Bersama Kepala Desa dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.
2. Pelaksanaan kerjasama desa dengan pihak ketiga diatur dan ditetapkan dengan
Surat Perjanjian Bersama.
Pasal 9
Kerja sama desa dengan pihak ketiga sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (8) yang
berbentuk badan hukum maupun perseorangan harus memiliki:
a. Status hukum sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku di
Indonesia;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Lembaga swasta asing harus mendapatkan ijin atau rekomendasi dari pejabat
yang berwewenang dan tunduk kepada peraturan perundang undangan yang
berlaku; dan
d. Memiliki bonafiditas dan kredibilitas.
BAB III
TATA CARA KERJASAMA DESA
Pasal 10
1. Rencana kerjasama desa dibahas dalam Musyawarah Desa yang dipimpin oleh
Ketua BPD;
2. Rencana Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) membahas
antara lain:
a. Ruang Lingkup Kerjasama;
b. Bidang Kerjasama;
c. Tata Cara dan Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama;
d. Jangka Waktu;
diatur
dalam Anggaran Dasar yang disahkan dalam Forum Musyawarah Antar Desa.
3. Anggaran Dasar sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (2) paling sedikit
memuat:
a. Nama, Tempat Kedudukan, Wilayah Kerja dan Jangka Waktu;
b. Asas dan Prinsip;
c. Visi, Misi dan Tujuan;
d. Pendirian dan Keanggotaan;
e. Kegiatan Usaha;
f. Aset dan Sumber Pendanaan;
g. Kelembagaan, Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Bakti;
h. Bentuk Kelembagaan Operasional;
i.
j.
Jaringan Kerjasama;;
k. Penyelesaian Perselisihan;
l.
Pembubaran;
dalam
kepengurusan
BKAD
tidak
terpengaruh
oleh
masa
Permusyawaratan
Desa
memberikan
informasi
keterangan
c. Bidang kerjsama;
d. Pembiayaan; dan
e. Ketentuan lain mengenai kerjsama desa.
2. Penentuan tenggang waktu kerjasama desa sebagaimana yang dimaksud pada
Ayat (1) memperhatikan saran dari Camat selaku pembina dan pengawas
kerjasama desa.
BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 37
Setiap perselisihan yang timbul dalam kerjsama desa harus diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat serta dilandasi dengan semangat kekeluargaan.
Pasal 38
1. Perselisihan kerjsama antar desa dalam satu wilayah kecamatan difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.
2. Penyelesaian perselisihan kerjasama antar desa pada kecamatan yang berbeda
dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh bupati.
3. Penyelesaian perselisihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan secara adil dan tidak memihak.
4. Penyelesaian perselisihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) bersifat final.
Pasal 39
1. Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam satu kecamatan
difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.
2. Perselisihan kerjsama desa dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda
dalam satu kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
3. Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke
pengadilan.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 40
1. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kerjasama desa
dilakukan
dan
pengawasan
pemerintah
kabupaten
sebagaimana
yang
3. Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaiman yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. memfasilitasi kerjsama desa;
b. melakukan pengawasan kerjsama desa; dan
c. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksnaan kerjsama
desa.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Desa
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Desa Seso.
Ditetapkan di
Pada tanggal
: Bomolo
: 14 Oktober 2015
: Bomolo
: 14 Oktober 2015