Anda di halaman 1dari 13

KEPALA DESA SESO

KABUPATEN NGADA
PERATURAN DESA SESO
NOMOR 10 TAHUN 2015
TENTANG
KERJASAMA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA SESO
Menimbang

a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 91, Pasal 92 dan


Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan Pasal 143 sampai dengan Pasal 148 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, serta Pasal 28, Pasal 29 dan
Pasal 30 Permendes, PDTT Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa,
mengamanatkan antar 2 (dua) desa atau lebih dapat
membentuk Badan Usaha Milik Antar Desa (BUM Antar
Desa;
b. bahwa Kerjasama Antar Desa dan Kerjasama Desa dengan
pihak ketiga telah dibahas dan ditetapkan dalam
Musyawarah Desa pada hari/tanggal Selasa, 3 Pebruari
2015;
c. bahwa untuk menetapkan Kerjasama Antar Desa dan
Kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf
a dan b diperlukan adanya
Peraturan Desa;

Mengingat

1. Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5584) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentantang

Perubahan kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan

Pemerintah

Nomor

43

Tahun

2014

tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5558);
6. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pedoman Pengelolaan Keungan Desa; (Berita Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi

Nomor

Tahun

2015

tentang

Pedoman

Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan


Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 158);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
159);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
160);
10.Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi

Nomor

Tahun

2015

tentang

Pendirian,

Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha


Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 296);
11.Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 297);
12.Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 25 Tahun 2006
tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Ngada Tahun 2006);
13.Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 52 Tahun 2014
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Ngada Tahun 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun

2014);
14.Peraturan Bupati Ngada Nomor 32 Tahun 2015 tentang
Penjabaran

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Daerah

Kabupaten Ngada Tahun 2015 (Berita Daerah Kabupaten


Ngada Tahun 2014).
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SESO
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN DESA TENTANG KERJASAMA DESA SESO

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksudkan dengan:

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas

wilayah

pemerintahan,

yang

berwenang

kepentingan

untuk

masyarakat

mengatur
setempat

dan

mengurus

berdasarkan

urusan
prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan

Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerinttahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan


Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
5. Musyawarah Desa

atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah

antara Badan Permusyawartan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat


yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal
hal yang bersifat strategis.
6. Peraturan Desa adalah peraturan perundang undangan yang ditetapakn oleh
Kepala Desa serta dibahas dan disepakti bersama Badan Permusyawaratan Desa.
7. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
8. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban Desa.

9. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Desa atau perolehan
hak lainnya yang sah.
10.Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan

masyarakat

dengan

meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

ketrampilan, prilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumberdaya


melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas masyarakat desa.
11.Kerjasama desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau desa
dengan

pihak

ketiga

dalam

bidang

pemerintahan,

pembangunan

dan

kemasyarakatan.
12.Badan Kerjasama Desa yang selanjutnya disebut BKD adalah badan kerjasama
desa yang menjalankan kerjasama desa dengan desa lain atau desa dengan pihak
ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
13.Badan Kerjasama Antar Desa yang selanjutnya disebut BKAD adalah lembaga
yang didirikan untuk menjadi wadah kerjasama antar desa di tingkat kecamatan
yang terdiri dari Badan Kerjasama Desa.
14.Badan Usaha Milik Desa

yang selanjutnya disebut BUM Desa

adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa.
15.Badan Usaha Milik Antar Desa, selanjutnya disebut BUM Antar Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya merupakan milik
bersama Desa-Desa yang pengelolaannya diwakilkan kepada Badan Kerjasama
Antar Desa guna mengelola aset jasa pelayanan dan usaha lainnya dan sebagai
perubahan dari lembaga yang bernama Unit Pengelola Kegiatan atau yang sering
disebut UPK yang selama ini bergerak di bidang usaha simpan pinjam dari dana
Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP) dan dana Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa.
16.Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi.
17.Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
18.Angaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APB Desa
adalah rencana keuangan
disetujui bersama

tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang

ditetapkan dengan Peraturan Desa.


BAB II
JENIS DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Jenis Kerja Sama Desa meliputi:
1. Kerja sama antar desa; dan
2. Kerja sama desa dengan pihak ketiga.
Pasal 3
Kerja sama antar desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (2) poin 1 antara lain:
a. Kerjasama antar desa dalam wilayah kecamatan; dan
b. Kerjasama antar desa di luar kecamatan.
Pasal 4
Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (2) poin 2 antara lain:
a. Kerjasama dengan pihak instansi pemerintah;
b. Kerjasama desa dengan pihak swasta; dan
c. Kerjasama desa dengan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pasal 5
Desa dapat melakukan kerjasama antar desa sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya, meliputi:
a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. Kewenangan lokal bersekala desa;
c. Kewenangan

yang

ditugaskan

oleh

pemerintah,

pemerintah

provinsi,

pemerintah kabupaten; dan


d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Pasal 6
Ruang lingkup kerjasama antar desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (3)
huruf a dan huruf b meliputi bidang pemerintahan, bidang pembangunan
(pengembangan usaha ekonomi) dan bidang pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh desa untuk meningkatkan
nilai ekonomi yang berdaya saing;
b. Kegiatan

kemayarakatan,

pelayanan,

pembangunan

dan

pemberdayaan

masyarakat antar desa;


c. Kerjasama pelestarian sistem, kelembagaan dan hasil-hasil kegiatan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) dan
program sejenis terutama aset dana bergulir dalam bentuk Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan (SPKP) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
d. Kerjasama antar desa dalam rangka pengembangan Badan Usaha Milik Antar
Desa.
e. Bidang keamanan dan ketertiban; dan
f. Bidang lain yang dikembangkan dan disepakati untuk dikerjasamakan.
Pasal 7
Ruang lingkup kerjasama desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (4) huruf a,
huruf b dan huruf c dilakukan dalam bidang:

a. Peningkatan perekonomian masyarakat desa;


b. Peningkatan pelayanan pendidikan;
c. Sosial budaya;
d. Ketentraman dan ketertiban;
e. Pemanfaatan

sumberdaya

alam

dan

teknologi

tepat

guna

dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan;


f. Tenaga kerja;
g. Batas desa;
h. Kerjasama pengembangan Badan Usaha Milik Antar Desa; dan
i.

Kerjasama bidang lainnya yang menjadi kewenangan desa.

Pasal 8
1. Pelaksanaan Kerjasama Antar Desa diatur dan ditetapkan dengan Peraturan
Bersama Kepala Desa dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.
2. Pelaksanaan kerjasama desa dengan pihak ketiga diatur dan ditetapkan dengan
Surat Perjanjian Bersama.
Pasal 9
Kerja sama desa dengan pihak ketiga sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (8) yang
berbentuk badan hukum maupun perseorangan harus memiliki:
a. Status hukum sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku di
Indonesia;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Lembaga swasta asing harus mendapatkan ijin atau rekomendasi dari pejabat
yang berwewenang dan tunduk kepada peraturan perundang undangan yang
berlaku; dan
d. Memiliki bonafiditas dan kredibilitas.
BAB III
TATA CARA KERJASAMA DESA
Pasal 10
1. Rencana kerjasama desa dibahas dalam Musyawarah Desa yang dipimpin oleh
Ketua BPD;
2. Rencana Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) membahas
antara lain:
a. Ruang Lingkup Kerjasama;
b. Bidang Kerjasama;
c. Tata Cara dan Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama;
d. Jangka Waktu;

e. Hak dan Kewajiban;


f. Pembiayaan;
g. Penyelesaian Perselisihan; dan
h. Ketentuan lain-lain yang diperlukan.
Pasal 11
Hasil pembahasan kerjasama desa sebagimana dimaksud dalam Pasal (10) ayat 2
dibahas bersama dengan desa desa atau pihak ketiga yang akan melakukan
kerjasama desa.
Pasal 12
Hasil kesepakatan pembahasan kerjasama desa sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal (11) ditetapkan dalam Peraturan Bersama dan atau Perjanjian Bersama.
BAB IV
BADAN KERJASAMA DESA
Pasal 13
Dalam rangka pelaksanaan Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
(2) Kepala Desa atas Persetujuan Musyawarah Desa membentuk Badan Kerjasama
Desa yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa.
Pasal 14
Pengurus Badan Kerjasama Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal (13) terdiri dari
unsur:
1. Pemerintah Desa;
2. Anggota Badan Permusyawaratan Desa;
3. Lembaga Kemasyarakatan;
4. Lembaga lainnya yang ada di desa; dan
5. Wakil masyarakat
Pasal 15
Mekanisme dan tata kerja Badan Kerjasama Desa diatur dan ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Desa.
Pasal 16
Badan Kerjasama Desa bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
BAB V
PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DESA
Bagian Pertama
Pasal 17
Pelaksanaan Kerjasama Antar Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala
Desa melalui kesepakatan Musyawarah Antar Desa.
Pasal 18
Kerjasama Antar Desa dilaksanakan oleh Badan Kerjasama Antar Desa yang dibentuk
melalui Musyawarah Antar Desa dan ditetapkan melalui Peraturan Bersama Kepala
Desa.
Bagian Kedua
Pasal 19
Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (17) antara
lain mengatur:
1. Tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerjasama antar desa;

2. Pembentukan lembaga Badan Kerjasama Antar Desa sebagai pelaksana


kegiatan kerjasama antar desa;
3. Kepengurusan Badan Kerjasama Antar Desa;
4. Unit Unit Kerja badan Kerjasama Antar Desa;
5. Mekanisme kerja, tugas dan fungsi Pengurus BKAD;
6. Mekanisme kelembagaan; dan
7. Mekanisme kewenangan dan pengaambilan keputusan.
BAB VI
BADAN KERJASAMA ANTAR DESA
Pasal 20
1. Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana yang dimaksud pada Pasal (18)
mempunyai tugas dan kewenangan:
a. menyelenggarakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kerjasama
antar desa;
b. melakukan supervisi dan evaluasi terhadap kinerja seluruh unit kerja yang
dibentuk oleh Badan Kerjasama Antar Desa;
c. memfasilitasi dan mengkoordinasikan kerjasama desa dengan pihak ketiga;
d. memberikan masukan dan saran kepada masing-masing kepala desa
mengenai langkah langkah yang harus dilakukan apabila mengalami
masalah;
e. Melaksanakan sistem pembangunan partisipatif; dan
f. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Forum Musyawarah Antar Desa.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Kerjasama Antar Desa

diatur

dalam Anggaran Dasar yang disahkan dalam Forum Musyawarah Antar Desa.
3. Anggaran Dasar sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (2) paling sedikit
memuat:
a. Nama, Tempat Kedudukan, Wilayah Kerja dan Jangka Waktu;
b. Asas dan Prinsip;
c. Visi, Misi dan Tujuan;
d. Pendirian dan Keanggotaan;
e. Kegiatan Usaha;
f. Aset dan Sumber Pendanaan;
g. Kelembagaan, Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Bakti;
h. Bentuk Kelembagaan Operasional;

i.

Hubungan Antar Kelembagaan;

j.

Jaringan Kerjasama;;

k. Penyelesaian Perselisihan;
l.

Pembubaran;

m. Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan BKAD; dan


n. Aturan Tambahan.
Pasal 21
1. Pengurus Harian BKAD sebagaiaman yang dimaksud pada Pasal (18) terdiri dari
Ketua, Sekertaris dan Bendahara yang dipilih oleh Musyawarah Antar Desa dan
berasal dari anggota Badan Kerjasama Antar Desa yang dinyatakan memenuhi
persyaratan.
2. Dalam hal Kepala Desa menjadi pengurus Badan Kerjasama Antar Desa masa
jabatannya

dalam

kepengurusan

BKAD

tidak

terpengaruh

oleh

masa

jabatannya sebagai kepala desa.


Pasal 22
1. Badan Kerjasama Antar Desa bertanggungjawab kepada Musyawarah Antar
Desa.
2. Badan Kerjasama Antar Desa dapat menerima kuasa untuk pengadaan barang
dan jasa yang dikerjakan secara swakelola hibah dengan sumber dana APBD.
Pasal 23
1. Pengurus Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal (18)
terdiri dari unsur:
a. Anggota; dan
b. Pengurus harian.
2. Anggota Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana yang dimaksud pada Ayat
(1) huruf a adalah seluruh anggota BKD dari masing masing desa yang
bekerja sama.
3. Musyawarah Antar Desa terdiri dari seluruh anggota Badan Kerjasama Desa.
4. Hasil pertanggungjawaban pengurus Badan Kerjasama Antar Desa dilaporkan
oleh Badan Kerjasama Desa kepada masyarakat melalui BPD.
BAB VII
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 24
Kerjasama Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal (2) dimaksudkan untuk
kepentingan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 25
1. Kerjasama desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan memperhatikan:

a. kepentingan masyarakat desa;


b. kelestarian aset aset desa yang dikerjasamakan;
c. kewenangan desa;
d. kelancaran investasi;
e. kelsetarian lingkungan hidupp; dan
f. keserasian kepentingan antar kawasan dengan kepentingan umum.
2. Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (1) berorientasi pada
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 26
1. Kerjasama Desa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (2) yang membebani
masyarakat dan desa, harus mendapatkan persetujuan BPD.
2. Segala kegiatan dan biaya kerjasama desa sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
wajib dimasukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pasal 27
Pembiayaan dalam rangka Kerjasama Desa dibebankan kepada pihak-pihak yang
melakukan kerjasama secara proporsional.
BAB IX
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 28
1. Kepala Desa selaku pemimpin penyelenggaraan pemerintahan desa mempunyai
tugas memimpin pelaksanaan kerjasama desa.
2. Kepala Desa mempunyai tugas mengkoordinasikan penyelenggaraan kerjasama
desa secara partisipatif.
3. Kepala Desa wajib memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
pelaksanaan kerjasama desa kepada masyarakat melalui BPD.
Pasal 29
1. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dalam penentuan benttuk kerjasama dan obiek yang
dikerjasamakan.
2. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas mendorong partisipasi aktif
masyarakat

dalam kegiatan kerjasama desa mulai dari tahap perencanaann,

pelaksanaan, evaluasi dan pelestarian.


3. Badan

Permusyawaratan

Desa

memberikan

informasi

keterangan

pertanggungjawaban Kepala Desa mengenai kegiatan kerjasama desa kepada


masyarakat.
Pasal 30
Kepala Desa dan BPD mempunyai kewajiban:

1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;


2. memeliharan ketentaraman dan ketertiban masyarakat;
3. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam setiap pengambilan keputusan;
4. memberdayakan masyarakat desa; dan
5. mengembangkan potensi dan sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan
hidup.
Pasal 31
Pihak ketiga yang melakukan kerjasama dengan desa mempunyai kewajiban:
1. mentaati segala ketentuan yang telah disepakati bersama;
2. memberdayakan masyarakat lokal;
3. mempunyai orientasi meningkatkan kesejahteraaan masyarakat; dan
4. mengembagkan potensi obiek yang dikerjasamakan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup.
BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBATALAN
Pasal 32
Perubahan dan pembatalan kerjasama desa harus dimusyawarahkan untuk mencapai
mufakat dengan melibatkan berbagai pihak yang terikat dalam kerjasama desa.
Pasal 33
Perubahan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:
1. terjadi situasi force majeur;
2. atas permintaan salah satu pihak dan atau kedua belah pihak;
3. atas hasil pengawasan dan evaluasi BPD; dan
4. kerjasama desa telah habis masa berlakuknya.
Pasal 34
Pembatalan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:
1. salah satu pihak dan atau kedua belah pihak melanggar kesepakatan;
2. kerjasama desa bertentangan dengan ketentuan di atasnya; dan
3. merugikan kepentingan masyarakat.
BAB XI
TENGGANG WAKTU
Pasal 35
Penentuan tenggang waktu kerjasama desa ditentukan dalam kesepakatan bersama
oleh kedua belah pihak yang melakukan kerja sama.
Pasal 36
1. Penentuan tenggang waktu kerjsama desa sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal (35) antara lain harus memperhatikan:
a. Ketentuan yang berlaku;
b. Ruang lingkup;

c. Bidang kerjsama;
d. Pembiayaan; dan
e. Ketentuan lain mengenai kerjsama desa.
2. Penentuan tenggang waktu kerjasama desa sebagaimana yang dimaksud pada
Ayat (1) memperhatikan saran dari Camat selaku pembina dan pengawas
kerjasama desa.
BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 37
Setiap perselisihan yang timbul dalam kerjsama desa harus diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat serta dilandasi dengan semangat kekeluargaan.
Pasal 38
1. Perselisihan kerjsama antar desa dalam satu wilayah kecamatan difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.
2. Penyelesaian perselisihan kerjasama antar desa pada kecamatan yang berbeda
dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh bupati.
3. Penyelesaian perselisihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan secara adil dan tidak memihak.
4. Penyelesaian perselisihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) bersifat final.
Pasal 39
1. Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam satu kecamatan
difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.
2. Perselisihan kerjsama desa dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda
dalam satu kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
3. Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke
pengadilan.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 40
1. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kerjasama desa

dilakukan

pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten sesuai peraturan


perundang undangan.
2. Pembinaan

dan

pengawasan

pemerintah

kabupaten

sebagaimana

yang

dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. menetapkan peraturan daerah terkait dengan kerjasama desa;
b. memberikan pedoman teknis pelaksanaan kerjsama desa;
c. melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kerjsama desa; dan
d. emberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksnaan kerjsama desa.

3. Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaiman yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. memfasilitasi kerjsama desa;
b. melakukan pengawasan kerjsama desa; dan
c. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksnaan kerjsama
desa.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Desa
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Desa Seso.
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Bomolo
: 14 Oktober 2015

KEPALA DESA SESO,

WILHELMUS WALE KEU


Diundangkan di
Pada tanggal

: Bomolo
: 14 Oktober 2015

SEKRETARIS DESA SESO

EMANUEL KEO DOLU


LEMBARAN DESA SESO TAHUN 2015 NOMOR 10

Anda mungkin juga menyukai