TENTANG
Mengingat : 1.
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
sebagai mana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
3.3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), sebagai mana
telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5694);
4.4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111
Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2091);
5.5. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
MEMUTUSKAN
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya disebut
BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
5. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala
Desa dan Peraturan Kepala Desa.
6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dibahas dan disepakati bersama BPD.
7. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala
Desa dan bersifat mengatur.
8. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat
mengatur.
9. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final.
10. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
11. Pengundangan adalah penempatan Peraturan di desa dalam Lembaran Desa atau Berita Desa.
12. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk mengetahui
bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
13. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang menyebabkan terganggunya
kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya akses terhadap pelayanan publik,
terganggunya ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau diskriminasi terhadap suku, agama dan
kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender.
14. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan desa.
BAB II
Pasal 2
1. Badan Usaha Milik Desa ini bernama Badan Usaha Milik Desa Mitra Usaha Baraya
2. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Desa
SimpangsariKecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.
BAB III
Bagian pertama
Maksud
Pasal 3
3. Merupakan satu kesatuan dari lembaga perekonomian masyarakat yang ada di desa yang terus-
menerus dipelihara oleh masyarakat setempat menurut kearifan lokal.
Bagian kedua
Tujuan
Pasal 4
BAB IV
JENIS USAHA
Pasal 5
(1) Jenis usaha BUM Desa Simpangsari meliputi usaha-usaha antara lain :
a. Serving.
BUM Desa menjalankan “bisnis sosial” yang melayani warga, yakni dapat melakukan
pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan kata lain BUM Desa ini memberikan social
benefits kepada warga, meskipun tidak memperoleh economic profit yang besar.
b. Banking.
BUM Desa menjalankan “bisnis uang”, yang memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat Desa
dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga uang yang didapatkan masyarakat Desa dari
para rentenir Desa atau dari bank-bank konvesional.
c.Renting.
BUM Desa menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat dan
sekaligus untuk memperoleh pendapatan Desa. Ini sudah lama berjalan di banyak Desa terutama
di desa-desa di Jawa.
d. Brokering.
BUM Desa menjadi “lembaga perantara” yang menghubungkan komoditas pertanian dengan
pasar agar para petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar. Atau BUM Desa
menjual jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.
e. Trading.
BUM Desa menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang barang-barang tertentu
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.
f. Holding.
BUM Desa sebagai “usaha bersama” atau sebagai induk dari unit-unit usaha yang ada di Desa,
dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri ini diatur dan ditata sinerginya oleh
BUM Desa agar tumbuh usaha bersama.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 6
(1) Penasehat
(3) Pengawas
Pasal 7
(1) Penasehat sebagaimana dimaksud pada pasal 6ayat (1) dijabat oleh Kepala Desa.
(2) Pelaksana operasional atau disebut juga sebagai pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (2), terdiri atas direktur atau manajer, sekretaris, bendahara, dan kepala unit usaha
(3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3), terdiri atas:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Sekretaris merangkap anggota;
d. Anggota.
Pengurus sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 dipilih dan ditetapkan dalam suatu
musyawarah desa yang dipimpin Kepala Desa yang dihadiri sedikitnya 2/3 (dua per tiga ) dari
peserta rapat yang terdiri dari :
a. Perangkat Desa
b. Anggota BPD
c. Tokoh Masyarakat
e. Ketua RW
f. Ketua RT
Dan hasil Musyawarah Desa ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Desa.
Pasal 8
Rapat Umum Badan Pengawas (R.U.B.P) atau Rapat Umum Dewan Komisaris diadakan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau secara periodik untuk menetapkan :
3. Membahas setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
BAB VI
Pasal 9
PENASEHAT
(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1), mempunyai tugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasehat kepada pelaksana operasional atau direksi dalam
menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa.
(2) Penasihat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimakud ayat (1) mempunyai kewenangan
meminta penjelasan pelaksana operasional mengenai pengurusan dan pengelolaan usaha desa.
Pasal 10
(1) Pengurus dan/atau pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2),
diangkat oleh dengan keputusan berdasarkan musyawarah desa;
(2) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perseorangan yang
diangkat dan diberhentikan oleh.
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang merangkap jabatan yang
melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan Desa dan lembaga kemasyarakatan Desa.
(4) Pengurus dan/atau pelaksana operasional harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
b. Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. berpendidikan paing rendah tamat sekolah Menegah Atas (SMA) dan/atau sederajat;
e. telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dengan tidak terputus- putus di
desa Simpangsari;
Pasal 11
d. harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12
Pasal 13
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. diberhentikan.
(2) Badan Pengurus atau Dewan Direksi diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
karena :
c. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana dan atau perbuatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya;
Pasal 14
(1) Masa Jabatan Dewan Direksi paling lama 4 (empat) tahun dan tidak dapat dipilih kembali hanya
satu kali masa jabatan;
DEWAN PENGAWAS
Pasal 15
(1). Anggota Dewan Pengawas paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang dan
salah satu diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(2). Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :
b.unsur masyarakat.
(3). Proses pencalonan, pemilihan dan pengangkatan Dewan Pengawas dilaksanakan oleh Kepala
Desa setelah dikonsultasikan dengan BPD.
Pasal 16
(1). Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
harus menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas dengan memenuhi persyaratan :
a.integritas;
b.kompetensi;
(2). Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
c.memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional perusahaan desa yang
sehat;
(3). Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a.memiliki pengetahuan di bidang wirausaha yang memadai dan relevan dengan jabatannya;
(4). Masa jabatan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 4(empat)
tahun dan tidak dapat dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan;
(5)Anggota Dewan Pengawas diutamakan bertempat tinggal di wilayah kerja perusahaan desa.
Pasal 17
a.meninggal dunia;
c.diberhentikan.
(2). Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
a.alih tugas/jabatan/reorganisasi;
c.melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan desa, daerah dan
negara;
(3). Anggota Dewan Pengawas yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e diberhentikan sementara oleh Kepala Desa.
(4). Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Desa memberitahukan
secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasan.
(5). Paling lama 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Penasihat melaksanakan rapat yang dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas untuk menetapkan
pemberhentian atau rehabilitasi.
(6). Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Kepala Desa belum
melaksanakan rapat, surat pemberhentian sementara batal demi hukum.
(7). Apabila dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) anggota Dewan Pengawas tidak hadir
tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan dalam
rapat.
(8). Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.
(9). Apabila perbuatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Pengawas merupakan tindak pidana,
yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat.
Pasal 18
(1). Dewan Pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum yang ditetapkan oleh
Penasihat,untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap perusahaan
desa.
(2). Pengawasan dilakukan Dewan Pengawas untuk pengendalian dan pembinaan terhadap cara
penyelenggaraan tugas Direksi.
(3). Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengawasan ke dalam tanpa
mengurangi kewenangan pengawasan dari instansi pengawasan di luar perusahaan desa.
(5). Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk petunjuk dan
pengarahan kepada Direksi dalam pelaksanaan tugas.
(6). Pembinaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dalam bentuk meningkatkan dan
menjaga kelangsungan perusahaan desa.
Pasal 19
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Dewan Pengawas mempunyai
fungsi :
Pasal 20
a.menyampaikan rencana kerja tahunan dan anggaran perusahaan desa kepada Kepala Desa
untuk mendapatkan pengesahan;
b.meneliti neraca dan laporan laba rugi yang disampaikan Direksi dalam kurn waktu (3)tiga
bulan sekali untuk mendapat pengesahan Kepala Desa;
c.memberikan pertimbangan dan saran, diminta atau tidak diminta kepada Kepala Desa
d.meminta keterangan Direksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengawasan dan
pengelolaan perusahaan desa
Pasal 21
(1). Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang bertanggung jawab kepada
Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
(2). Pertanggungjawaban Dewan Pengawas dilakukan secara tertulis yang ditandatangani oleh ketua
dan anggota Dewan Pengawas.
Pasal 22
b.menyusun program kerja pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh Kepala Desa;
Pasal 23
(1). Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat
mengadakan rapat atas permintaan Ketua Dewan Pengawas.
(2). Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas atau anggota
yang ditunjuk oleh Ketua Dewan Pengawas dan dianggap sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya lebih dari ½ (setengah) anggota Dewan Pengawas.
(3), Untuk memperoleh keputusan dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan atas
dasar musyawarah mufakat.
(4). Apabila dalam rapat tidak diperoleh mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan
rapat dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) hari.
(5). Penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan paling banyak 2 (dua)
kali.
(6). Dalam hal rapat setelah ditunda sampai 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud pada ayat (5) masih
belum diperoleh kata mufakat, keputusan diambil oleh Ketua Dewan Pengawas setelah
berkonsultasi dengan Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa serta memperhatikan
pendapat para anggota Dewan Pengawas.
Pasal 24
(1). Rapat antara Dewan Pengawas dengan Direksi dapat diadakan paling sedikit 4 (empat) kali
dalam 1 (satu) tahun untuk melakukan evaluasi atas undangan Ketua Dewan Pengawas.
(2). Apabila perlu,rapat antara Dewan Pengawas dengan Direksi dapat diadakan sewaktu-waktu atas
undangan Ketua Dewan Pengawas.
Pasal 25
(1). Dewan Pengawas wajib memberikan laporan secara berkala/periodik kepada Kepala Desa
mengenai pelaksanaan tugasnya paling sedikit sekali dalam 3 (tiga) bulan dan tembusannya
disampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa.
(2). Dewan Pengawas wajib melaporkan permasalahan yang sifatnya insidental, yang timbul dan
memiliki potensi menghambat perusahaan desakepada Kepala Desa
BAB VII
(1) Gaji Dewan Komisaris, Dewan Pengurus dialokasikan dari Prosentasi hasil keuntungan
BUMDes;
(2) Prosentasi keuntungan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
Bagian Pertama
Permodalan
Pasal 27
(1) Permodalan bersumber dari desa, dan apabila dalam kondisi tertentu atau mendesak dapat
digunakan sumber yang berasal dari luar desa;
a. Pemerintah Desa yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes);
c. Pinjaman dan atau penyertaan modal pihak lain atau kerjasama bagi hasil.
(3) Modal yang berasal dari Pemerintah Desa dari kekayaan desa yang dipisahkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, merupakan kekayaan desa yang dipisahkan;
(4) Modal dari Pemerintah Desa dari Kekayaan desa yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus mendapat persetujuan BPD;
(5) Perubahan modal dasar yang berasal dari Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa;
(6) Modal yang berasal dari bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b. dapat berupa dana tugas pembantuan dan harus
melalui Pemerintah Desa dan tercatat dalam APB Desa;
(7) Modal yang berasal dari Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dapat
diperoleh dari lembaga keuangan, sepanjang dibutuhkan dalam keadaan mendesak dan setelah
disepakati oleh seluruh komponen organisasi BUMDesa;
(8) Modal yang berasal dari penyertaan modal pihak lain atau kerjasama bagi hasil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, dapat diperoleh dari pihak swasta atau masyarakat.
Bagian Kedua
Pasal 27
(1) Bagi hasil usaha desa dilakukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha;
(2) Bagi hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
BAB IX
KERJA SAMA
Bagian Pertama
Pasal 28
(2) Perusahaan Desa dapat melakukan kerjasama dengan BUM Des lainnya atau dengan pihak
ketiga;
(3) Kerjasama antar Perusahaan Desa atau dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus mendapat persetujuan Pemerintah Desa.
Pasal 29
(1) Kerjasama antar Perusahaan Desa atau dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ditetapkan dalam naskah kerjasama;
(2) Naskah kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pemerintah Desa
selambat-lambatnya 14 hari sejak ditetapkan.
BAB X
PERTANGGUNG JAWABAN
Bagian Pertama
Pengelolaan
Pasal 30
Badan Usaha Milik Desa dikelola oleh Pengurus dan diawasi oleh Penasehat, Pengawas dan
Masyarakat untuk kegiatan usaha produktif yang dilakukan secara transparant, akuntabel, partisipasi
dan berkelanjutan.
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 31
(1) Setiap Triwulan, Direktur wajib menyampaikan laporan berkala kepada Pemerintah Desa;
(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
perkembangan usaha desa, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran yang dilaksanakan selama 3
(tiga) bulan;
Bagian Ketiga
Pertanggung Jawaban
Pasal 32
(1) Laporan pertanggungjawaban BUMDesa disampaikan oleh Direktur kepada Pemerintah Desa
dan BPD;
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. Neraca rugi laba BUMDes;
BAB XI
PEMBUBARAN
Pasal 33
(2) Pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan desa dengan
berpedoman pada Ketentuan Perudang-undangan yang berlaku;
(3) Kekayaan Desa hasil pembubaran perusahaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetor
langsung ke Kas Desa.
BAB XII
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 34
(1) Bupati melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelatihan teknis manajemen
Badan Usaha Milik Desa;
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangannya kepada Perangkat Daerah dibawahnya untuk
melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
diwilayahnya.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 35
(1) Pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dilakukan badan pengawas;
(2) Badan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 1 (satu) orang dari Unsur
Pemerintah Desa ,1 (satu) unsur dari BPD dan 2 (dua) orang dari Unsur masyarakat desa;
(3) Pembentukan badan pengawas sebagimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa atas persetujuan BPD.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 37
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan
penempatanya dalam Berita Desa.
JAJANG SULAEMAN
BAYU AJIEPERMANA
Lembaran Desa Simpangsari Tahun 2020 Nomor 1