Anda di halaman 1dari 15

KEPALA DESA SIMARTUGAN

KABUPATEN DAIRI

PERATURAN DESA SIMARTUGAN


NOMOR 02 TAHUN 2018

TENTANG

PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SIMARTUGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten


Dairi Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan
dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa,perlu membentuk
Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desa
Simartugan;

Mengingat : 1. Undang-Undang  Nomor 15 Tahun 1964 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II Dairi dengan mengubah Undang –
Undang Nomor 7  Tahun 1956   tentang  Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (
Lembaran  Negara Republik Indonesia Tahun 1964 
Nomor 9) menjadi Undang Undang ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 96,  Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2689);

2. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5495 );
3. Peraturan  Pemerintah   Nomor 43 Tahun  2014   
tentang  Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

Tahun 2014 tentang Desa (Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Perubahaan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 15, Tambahaan Lembaran Negraa Republik
Indonesia Nomor 5717 );

4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang


Dana Desa Yang bersumber Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014


tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014


tentang Pengelolaan Keuangan Desa ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093 );

7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian,Pengurusan, Pengelolaan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 3 Tahun 2016


tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa ( Lembaran Daerah Kabupaten Dairi
Tahun 2016 Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 180);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7 Tahun 2017
tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi
Tahun 2017 Nomor 7 Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 190);

10. Peraturan Bupati Dairi Nomor 8 Tahun 2015 tentang


Pengelolaan Keuangan Desa ( Berita Daerah Kabupaten
Dairi Tahun 2015 Nomor 8 );

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SIMARTUGAN


DAN
KEPALA DESA SIMARTUGAN

MEMUTUSKAN

Menetapkan :  PERATURAN  DESA  TENTANG BADAN USAHA MILIK


DESA SIMARTUGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa adalah Desa Simartugan Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten


Dairi.

2. Camat adalah Camat Pegagan Hilir.

3. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Simartugan.

4. Kepala Desa adalah Kepala Desa Simartugan.

5. Badan Usaha Milik Desa Simartugan yang selanjutnya disebut BUM


Desa adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.

6. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan Asli
Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau perolehan hak
lainnya yang sah.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

8. Musyawarah Desa adalah Musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa,


dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.

9. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundangan-undangan yang


ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
BPD.

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut


APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang
ditetapkan dengan Peraturan Desa.

11. Kekayaan Desa adalah Segala kekayaan dan sumber penghasilan desa.

12. Permodalan BUM Desa adalah permodalan yang berasal dari kekayaan
desa yang dipisahkan, dana masyarakat desa dan sumber lain yang sah.

13. Penasehat adalah organ pengelola yang bertugas melakukan


pengawasan memberikan pertimbangan, nasehat kepada pelaksanaan
operasional dalam menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa
berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM Desa.

14. Pelaksana Operasional adalah organ pengelola yang bertugas


menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa berdasarkan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga BUM Desa.

15. Pengawas adalah organ pengelola yang bertugas melaksanakan


pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksna Opersional.

16. Pelaksana Operasional BUM Desa adalah Stuktur organisasi inti dalam
hal menjalankan manajemen BUM Desa hasil Musyawarah Desa.

BAB II
NAMA DAN KEDUDUKAN

Pasal 2

1. Badan Usaha Milik Desa ini bernama Badan Usaha Milik Desa REBBAK
TEROLIH

2. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berkedudukan di Desa Simartugan Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten
Dairi.
BAB III

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PEMBENTUKAN BUM DESA

Bagian kesatu

Maksud Pembentukan BUM Desa

Pasal 3

Pembentukan BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh


kegiatan dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh
Desa dan/atau kerjasama antar Desa.

Bagian Kedua

Tujuan Pembentukan BUM Desa

Pasal 4

Pembentukan BUM Desa bertujuan antara lain:

a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi


Desa;

d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau


dengan pihak ketiga;

e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan


layanan umum warga;

f. membuka lapangan kerja;

g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan


umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa


dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta
pelayanan masyarakat.

Bagian Ketiga

Sasaran Pembentukan BUM Desa

Pasal 5
Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat melalui BUM Desa mempunyai
sasaran :
a. terpenuhi pelayanan masyarakat desa dalam mengembangkan usaha
produktif; dan

b. tersedianya media beragam usaha dalam menunjang perekonomian dan


kebutuhan masyarakat desa.

BAB IV
BENTUK, KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI BUM DESA

Bagian Kesatu

Bentuk Organisasi BUM Desa

Pasal 6

Unit usaha BUM Desa REBBAK TEROLIH adalah unit usaha yang meliputi:

a. air bersih desa


b. simpan pinjam

Bagian Kedua
Keanggotan BUM Desa
Pasal 7

(1). Keanggotaan BUM Desa berdasarkan domisili atau komunitas


masyarakat yang ada diwilayah desa tanpa terkecuali.

(2). Keanggotaan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
seluruh masyarakat dan aparatur Pemerintahan Desa yang berada di
desa.

Bagian Ketiga
Organisasi BUM Desa
Pasal 8

(1) Organisasi BUM Desa terdiri dari :

a. penasehat ;

b. pelaksana operasional BUM Desa; dan

c. pengawas BUM Desa.

(2) Penasehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara ex-
officio dijabat oleh Kepala Desa.

(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


terdiri dari:

a. direktur;
b. kepala bagian tata usaha;

c. kepala bagian keuangan;

d. kepala unit air bersih;

e. kepala unit simpan pinjam

(4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mewakili


kepentingan masyarakat dengan susunan kepengurusan terdiri dari:

a. ketua merangkap anggota;

b. sekretaris merangkap anggota; dan

c. 1 (satu) orang anggota.

(5) Untuk menentukan susunan kepengurusan Pengawas sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui Rapat Umum Pengawas.

(6) Organisasi BUM Desa dengan komposisinya secara stuktur terpisah dari
struktur Pemerintah Desa.

(7) Organisasi BUM Desa diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa atas
nama masyarakat dari hasil musyawarah desa.

(8) Susunan organisasi BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan disampaikan kepada
Bupati melalui Camat.

(9) Bagan struktur organisasi BUM Desa tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan oleh peraturan Desa ini.

Bagian Keempat

Hak, Kewajiban dan Wewenang Pengurus BUM Desa

Paragraf 1

Hak

Pasal 9

Pengurus BUM Desa berhak mendapat penghasilan berdasarkan Anggaran


Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
Paragraf 2

Kewajiban

Pasal 10

(1) Penasehat berkewajiban:

a. memberikan nasehat kepada Pelaksana Operasional dalam


melaksanakan pengelolaan BUM Desa.

b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap


penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan

c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

(2) Pelaksana Operasional berkewajiban:

a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga


yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum
masyarakat desa;

b. mengali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk


meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan

c. melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga perekonomian desa


lainnya.

(3) Pengawas berkewajiban menyenggarakan Rapat Umum untuk


membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Paragraf 3

Wewenang

Pasal 11

(1) Penasehat berwenang untuk:

a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan


yang menyangkut pengelolaan usaha desa; dan

b. melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan


kinerja BUM Desa.

(2) Pelaksana Operasional berwenang untuk:

a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa


setiap bulan;

b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit BUM Desa setiap


bulan;
c. memberikan laproan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa
kepada masyarakat desa melalui musyawarah desa sekurang
kurangnya 2 ( dua ) kali dalam 1 (satu) tahun.

(3) Pengawas berwenang untuk:

a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (4);

b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa;


dan

c. pelaksanaan pemantuan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana


Operasional.

BAB V

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PELAKSANA OPERASIONAL

DAN PENGAWAS BUM DESA

Pasal 12

Persyaratan pengangkatan Pelaksana Operasional organisasi BUM Desa


adalah:

a. masyarakat desa yang memiliki jiwa wirausaha;

b. berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 60 (enam


puluh) tahun;

c. berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah desa tersebut sekurang-


kurangnya 2 (dua) tahun;

d. pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat.

e. memiliki pengalaman dibidang usaha dan pengembangan sistem


perekonomian;

f. sehat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba.

Pasal 13

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pengawas:

a. masyarakat desa yang memiliki jiwa wirausaha;

b. berusia minimal 45 (empat puluh lima) tahun dan maksimal 60 (enam


puluh) tahun;

c. berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah desa tersebut sekurang-


kurangnya 2 (dua) tahun;
d. pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat;

e. memiliki pengalaman dibidang pengawasan;

f. sehat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba.

Pasal 14

(1) Pemberhentian dan penggantian Pengawas dan Pelaksana Operasional


Organisasi BUM Desa adalah disebabkan:

a. meninggal dunia;

b. telah berakhir masa jabatannya;

c. mengundurkan diri;

d. tidak melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat


perkembangan kinerja BUM Desa;

e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

(2) Dalam hal terjadi pemberhentian dan penggantian Pengawas dan/atau


Pelaksana Operasional BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pengangkatan Pengawasan dan/atau Pelaksana Operasional
antar waktu melalui musyawarah desa sampai berakhirnya sisa masa
bhakti.

BAB VI

ALOKASI HASIL USAHA BUM DESA

Pasal 15

(1) Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari
hasil usaha transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan
kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang
inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

(2) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.
BAB VII
MASA BHAKTI PENGAWAS DAN PELAKSANA OPERASIONAL

Pasal 16

(1) Masa bhakti Pengawas dan Pelaksana Operasional BUM Desa adalah
selama 5 (lima) tahun.

(2) Masa bhakti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak
tanggal pengangkatan dan penetapannya berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Desa.

(3) Pengawasan dan Pelaksana Operasional yang telah habis masa


bhaktinya dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti
berikutnya dengan cara dimusyawarahkan.

BAB VIII

MEKANISME PENGELOLAAN, PERTANGGUNGJAWABAN

DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

Pengelolaan

Pasal 17

(1) BUM Desa dikelola oleh Pengurus secara transparan, akuntabel,


partisipatif, berkelanjutan dan akseptabel.

(2) Kepala Desa selaku Penasehat melakukan evaluasi kerja Pelaksana


Operasional Organisasi BUM Desa sekurang kurangnya 1 (satu) kali
dalam masa 1 (satu) tahun.

Bagian Kedua

Pertanggungjawaban

Pasal 18

(1) Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan


BUM Desa kepada Kepala Desa selaku Penasehat.

(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam


membina pengelolaan BUM Desa.

(3) Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap


BUM Desa kepada BPD yang disampaikan melalui musyawarah desa.
(4) Selain kewajiban dimaksud pada ayat (1), Pelaksanaan Operasional
wajib menyampaikan informasi perkembangan usaha kepada
masyarakat desa melalui forum musyawarah desa sekurang-kurangnya
1 ( satu ) kali dalam 1 (satu) tahun yang disaksikan oleh Camat sebagai
Wakil Pemerintah Daerah.

Bagian Ketiga

Pelaporan

Pasal 19

(1) Pelaksana Operasional wajib menyampaikan laporan kepada penasehat.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Laporan
Berkala dan Laporan Pertanggungjawaban.

(3) Laporan Berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat


perkembangan usaha BUM Desa sekurang-kurangnya tentang Laporan
Keuangan Semester.

(4) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri


dari Laporan Pertanggungjawaban Tahunan dan Laporan
Pertanggungjawaban Akhir Masa Bhakti.

(5) Laporan Pertanggungjawaban Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) mengenai laporan pengelolaan BUM Desa.

(6) Laporan Pertanggungjawaban Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) ditolak, maka laporan dikembalikan untuk disempurnakan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan terhitung tanggal jatuh tempo
dipertanggungjawaban.

(7) Apabila laporan yang telah disempurnakan belum dapat diterima, dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan audit sampai
dengan pemberhentian Pelaksana Operasional.

(8) Apabila Laporan Pertanggjawaban Tahunan Pelaksana Operasional


kepada Penasehat lebih dari 14 (empat belas) hari tidak memberi
pendapat, maka laporan dianggap diterima.
BAB IX

MODAL BUM DESA

Pasal 20

(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APBDesa.

(2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. penyertaan modal desa;

b. penyertaan modal masyarakat desa; dan

c. diluar penyertaan modal desa dan penyertaan modal masyarakat


desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 21

(1) Penyertaan modal desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (2)
huruf a terdiri atas;

a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasayarakatan


dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme
APBDesa.

b. bantuan pemrintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah


Daerah Kebupaten yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa.

c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi


kemasyarakat dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif desa dan disalurkan melalui mekanisme APBDesa.

d. aset desa yang diserahkan kepada BUM Desa sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.

(2) Setiap penyertaan modal desa yang dananya berasal dari APBDesa
harus melalui musyawarah desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(3) Penyertaan modal masyarakat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal


20 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau
simpanan masyarakat.

BAB X

KERJASAMA BUM DESA ANTAR DESA

Pasal 22

(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau
lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam
satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten.

(3) Kerjasama antara 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat
persetujuan masing-masing Pemerintah Desa.

Pasal 23

(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah
perjanjian kerjasama.

(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling
sedikit memuat:

a. subjek kerjasama;

b. objek kerjasama;

c. jangka waktu;

d. hak dan kewajiban;

e. pendanaan;

f. keadaan memaksa;

g. pengalihan aset;

h. penyelesaian perselisihan.

(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih
ditetapkan oleh pelaksana operasional dari masing-masing BUM Desa
yang bekerjasama.

Pasal 24

(1) Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih


dipertanggungjawabkan kepada desa masing-masing sebagai pemilik
BUM Desa.

(2) Dalam hal kegiatan kerjasama dilaksanakan antar unit usaha BUM
Desa yang berbadan hukum, diatur sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga
Keuangan Mikro.

BAB XI
PEMBUBARAN BUM Desa
Pasal 25
Pembubarkan BUM Desa dilakukan melalui Musyawarah Desa dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa;
b. BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan
yang dimilikinya; dan
c. dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan mengenai kepailitan.

BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 26
(1) Kepala Desa melakukan pembinaan terhadap pengurus BUM Desa
(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintahan Desa
dalam membina pengelolaan BUM Desa.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUPAN
Pasal 27
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini akan diatur dalam
Anggaran Desa dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
Pasal 28
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan
Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa
Simartugan.

Ditetapkan di Simartugan,

Pada tanggal 2018

KEPALA DESA SIMARTUGAN

ALLIBER KALOKO

Diundangkan di Desa Simartugan

Pada Tanggal Maret 2018

SEKRETARIS DESA SIMARTUGAN

GUMARANG KALOKO

LEMBARAN DESA SIMARTUGAN TAHUN 2018 NOMOR 2

Anda mungkin juga menyukai