Anda di halaman 1dari 20

BUPATI NIAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI NIAS UTARA


NOMOR 34 TAHUN 2020

TENTANG

PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN


BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NIAS UTARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan aset desa dan untuk


meningkatkan perekonomian masyarakat desa, maka perlu
diatur tentang pendirian, pengurusan, pengelolaan dan
pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
padahuruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Nias
Utara tentang Pendirian, Pengurusan,
PengelolaandanPembubaranBadan Usaha Milik Desa di
lingkungan Pemerintahan Kabupaten Nias Utara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan


Usaha Milik Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4297);
2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Utara di Provinsi Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Repulik
Indonesia Nomor 4929);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539)sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6321);
6. Peraturan PemerintahNomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 53);
11. Peraturan Bupati Nias Utara Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Nias Utara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Bupati Nias Utara Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Bupati Nias Utara Nomor
2 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di
Kabupaten Nias Utara.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI NIAS UTARA TENTANG PENDIRIAN,


PENGURUSAN,PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN
USAHA MILIK DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Nias Utara.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Nias Utara.
4. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Nias Utara yang
selanjutnya disebut Dinas PMD adalah organisasi perangkat daerah
Kabupaten Nias Utara yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pemberdayaan masyarakat dan desa.
5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten
Nias Utara.
6. Desa adalah desa dan desa adat atau desa yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan mengurus setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
Salawa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggarapemerintahan
desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakanwakildaripenduduk Desaberdasarkan keterwakilanwilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
10. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan
Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakatyang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
11. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil Keputusan dari
Musyawarah Desadalam bentuk Kesepakatan yang dituangkan dalam Berita
Acara Kesepakatan Musyawarah Desa yangditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
13. Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat BUMDesa adalah Badan
Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
14. Badan Usaha Milik Desa Bersama, selanjutnya disingkatBUMDesa Bersama
adalah Badan Usaha Yang dibentuk oleh dua desa atau lebih yang
seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh dua desa atau lebih.
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APBDesa
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
16. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperolehatas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang sah.
17. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD
adalahperaturandasarorganisasi.
18. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ARTadalah
peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran dari Anggaran
Dasarorganisasi.
BAB II
PENDIRIAN BUMDESA

Pasal 2
Pendirian BUMDesa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan
di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau
kerja sama antar Desa.
Pasal 3
Pendirian BUMDesa bertujuan:
a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa
serta meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa;
d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
f. membuka lapangan kerja;
g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Pasal 4

(1) Desa dapat mendirikan BUMDesa berdasarkan peraturan Desa tentang


Pendirian BUMDesa.
(2) Desa dapat mendirikan BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mempertimbangkan:
a. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;
b. potensi usaha ekonomi Desa;
c. sumberdaya alam di Desa;
d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDesa; dan
e. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha
BUMDesa.
(3) Inisiatif masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
disampaikan melalui musyawarah Desa.
Pasal 5

(1) Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui


Musyawarah Desayang dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan
Musyawarah Desa tentang Pendirian BUMDesa.
(2) Pokok bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pendirian BUMDesa sesuai dengan kondisi potensi usaha ekonomi dan
sosial budaya masyarakat;
b. organisasi pengelola BUMDesa;
c. modal usaha BUMDesa;
d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.
(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi pedoman bagi pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
dalam membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa tentang
Pendirian BUMDesa.
(4) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. maksud dan tujuan;
b. nama dan tempat kedudukan;
c. organisasi pengelola BUMDesa;
d. modal usaha BUMDesa;
e. anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.
(5) Format Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 6

(1) Dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar Desa dapat
dibentuk BUMDesa bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.
(2) Pendirian BUMDesa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati
melalui Musyawarah antar Desa yang difasilitasi oleh badan kerja sama antar
Desa yang terdiri dari:
a. pemerintah Desa;
b. anggota Badan Permusyawaratan Desa;
c. lembaga kemasyarakatan Desa;
d. lembaga Desa lainnya; dan
e. tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender.
(3) Ketentuan mengenai Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 berlaku mutatis mutandis terhadap pendirian BUMDesa bersama.
(4) BUMDesa bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentang
Pendirian BUMDesa bersama.
Pasal 7

(1) Kepala Desa wajib mengkonsultasikan Rancangan Peraturan Desa tentang


Pendirian BUMDesa kepada Camat untuk mendapat masukan.
(2) Camat memberikan saran dan masukan terhadap rancangan Peraturan Desa
yang disampaikan oleh Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
hasilnya dituangkan dalam bentuk surat yang ditujukan kepada Kepala Desa
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterima dari Kepala Desa.
(3) Camat dapat berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait di tingkat
Kabupaten sebelum mengeluarkan surat kepada Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Masukan dari Camat digunakan oleh Kepala Desa untuk tindaklanjut proses
penyempurnaan Rancangan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa .
(5) Ketentuan mengenai konsultasi rancangan Peraturan Desa tentang Pendirian
BUMDesa berlaku mutatis mutandis terhadap Rancangan Peraturan Bersama
Kepala Desa tentang Pendirian BUMDesa Bersama.

Pasal 8

(1) BUMDesa berkedudukan didalam wilayah Desa yang bersangkutan.


(2) Dalam hal BUMDesa melakukan pengembangan usaha, BUMDesa
dapatmembuka unit usaha di luar wilayah Desa setelah disepakatimelalui
musyawarah Desa.
(3) BUMDesawajibmemiliki fasilitassekurang-kurangnya:
a. Kantor BUMDesa yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa;
b. Gedung/Kios untuk menjalankan unit usahayang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa;
c. Papan Merk;
d. Stempel/Cap kelembagaan BUMDesa.
(4) Belanja pengadaan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan
huruf b, Pemerintah Desa berkewajiban menganggarkan dalam APBDesa.

BAB III
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BUMDESA
Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi BUMDesa

Pasal 9
(1) BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa
dan masyarakat.
(3) Dalam hal BUMDesa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan
hukum, bentuk organisasi BUMDesa didasarkan pada Peraturan Desa tentang
Pendirian BUMDesa.
Pasal 10
BUMDesa dapat membentuk unit usaha meliputi :
a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan
perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar
dimiliki oleh BUMDesa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
Perseroan Terbatas; dan
b. Lembaga keuangan mikro dengan andil BUMDesa sebesar 60% (enam puluh
persen), sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga
keuangan mikro.
Bagian Kedua
Organisasi Pengelola BUMDesa
Pasal 11
(1) Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa.
(2) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUMDesa terdiri dari :
a. Penasihat;
b. Pelaksana Operasional;
c. Pengawas.
(3) Penamaan susunan kepengurusan organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi
dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Pasal 12
(1) Penasihat BUMDesa dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan
pengelolaan BUMDesa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUMDesa;
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDesa;
d. menyelesaikan permasalahan dalam pengelolaan kegiatan BUMDesa;
e. memberikan insentif kepada Pelaksana Operasional BUMDesa yang sudah
aktif melaksanakan kegiatan usaha;
f. mengadakan fasilitas dan sarana prasarana pendukung kegiatan usaha
BUMDesa yang dianggarkan dalam APBDesa.
(3) Penasihat sebagaimana pada ayat (1) berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai pengurusan
yang menyangkut pengelolaan BUMDesa;
b. melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja
BUMDesa;
c. meminta laporan pertanggungjawaban keuanganBUMDesa baik secara
berkala maupun insidentil.
Pasal 13
(1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
b terdiri dari :
a. ketua atau sebutan lain;
b. sekretaris;
c. bendahara;
d. pengurus Unit Usaha.
(2) Pengurus unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri
dari:
a. ketua Unit Usaha;
b. sekretaris Unit Usaha;
c. bendahara Unit Usaha;
d. anggota.
(3) Jumlah anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling banyak
3 (tiga) orang dengan mempertimbangkan kompleksitas, kapasitasdan beban
kerja unit usaha yang bersangkutan khususnya dalam mengurus pencatatan
dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.
(4) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas mengurus dan mengelola BUMDesa sesuai dengan AD/ART.
(5) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban :
a. melaksanakan dan mengembangkan BUMDesa agar menjadi lembaga yang
melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat
desa;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa;
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa
maupun lembaga keuangan lainnya;
d. mematuhi tata cara pengelolaan BUMDesa sebagaimana diatur dalam
AD/ART;
e. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan semester dan tahunan
kepada Kepala Desa selaku Penasehat dan tembusannya kepada Bupati
melalui Dinas PMD dan Camat setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Pengawas BUMDesa.
(6) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. membuatlaporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUMDesa setiap
bulan;
b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUMDesa
setiap bulan;
c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUMDesa kepada
masyarakat Desa melalui musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat


(5), Pelaksana Operasional dapat menunjuk anggota pengurus unit usaha
sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus
pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.
(2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan
harus disertai dengan uraian tugas berkenaan, tanggungjawab, pembagian
peran dan aspek pembagian kerja lainnya.
(3) Dalam menjalankan kegiatan usaha BUMDesa, pelaksana operasional wajib
menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap unit-unit usaha
sesuai dengan kondisi dan kearifan lokal di desa masing-masing setelah
mendapatkan pertimbangan dari Penasehat dan Pengawas.

Pasal 15

(1) Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional BUMDesa meliputi :


a. masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha serta memiliki
kemampuan dan kecakapan menjalankan usaha;
b. berdomisili dan bertempat tinggal menetap diwilayah Desa sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pelaksanaan
musyawarah desa tentang pendirian BUMDesa;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap dan perhatian terhadap usaha
ekonomi Desa;
d. berpendidikan minimal setingkat SMA dan/atau sederajat;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. tidak pernah menjalani hukuman pidana penjara yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan
g. tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, Perangkat Desa,
Anggota BPD dan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa.
(2) Pelaksana Operasional berhenti karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa;
d. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka;
e. melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam AD/ART; dan
f. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembangan kinerja BUMDesa.
(3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan
berdasarkan surat keterangan dari instansi yang berwenang yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan telah ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus pidana.
(4) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan
setelah terlebih dahulu Kepala Desa meminta keterangan dan/atau klarifikasi
dari pelaksana operasional yang bersangkutan.

Pasal 16

(1) Pengawas sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) huruf c mewakili
kepentingan masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa;
(2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari :
a. ketuamerangkap anggota;
b. wakil Ketua merangkap anggota;
c. sekretaris merangkap anggota;
d. anggota 2 (dua) orang.
(3) Persyaratan menjadi Pengawas adalah sebagai berikut :
a. terdaftar secara sah sebagai penduduk Desa yang bersangkutan;
b. berpendidikan minimal SMAdan/atau sederajat;
c. tidak pernah menjalani hukuman pidana penjara yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
d. mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang hal pengawasan
kegiatan yang dilaksanakan BUMDesa; dan
e. tidak berstatus sebagai Perangkat Desa, BPD dan Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan Desa.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban
menyelenggarakan Rapat Umum membahas kinerja BUMDesa sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(5) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan
Rapat Umum Pengawas untuk :
a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2);
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha BUMDesa;
c. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana
Operasional;
d. melakukan pemeriksaan terhadap dugaan penyelewengan dana dan/atau
pelanggaran AD/ART dan SOP yang dilakukan oleh Pelaksana Operasional
BUMDesa;
e. melakukan reviu terhadap laporan Keuangan BUMDesa sebelum
dilaporkan kepada Kepala Desa; dan
f. merekomendasikan pemberhentian Pelaksana Operasional kepada
penasihat yang terbukti melakukan penyelewengan dana dan/atau
pelanggaran AD/ART dan SOP.
(6) Pengawas BUMDesa berhentikarena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa;
d. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka; dan
e. melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam AD/ART.
(7) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dilakukan
berdasarkan surat keterangan dari instansi yang berwenang yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
pidana.
(8) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e dilakukan
setelah terlebih dahulu Kepala Desa meminta keterangan dan/atau klarifikasi
dari pengawas yang bersangkutan.
Pasal 17
(1) Masa bakti pelaksana operasional dan pengawas BUMDesa diatur dalam
AD/ART.
(2) Pelaksana Operasional dan Pengawas BUMDesa dipilih oleh masyarakat Desa
melalui musyawarah Desa yang ditetapkan dengan Berita Acara Musyawarah
Desa.
(3) Pelaksana Operasional dan Pengawas BUMDesa yang berhak dipilih wajib
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat(1) dan
Pasal 16 ayat (3).
(4) Pengangkatan dan pemberhentian Pelaksana Operasional dan Pengawas
BUMDesa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Bagian Ketiga
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Pasal 18

(1) Kepala Desa menetapkan AD/ART BUMDesa yang sudah dibahas melalui
musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2) huruf d
dengan Keputusan Kepala Desa.
(2) Anggaran Dasar BUMDesa paling sedikit memuat:
a. nama;
b. tempat kedudukan;
c. maksud dan tujuan;
d. modal;
e. kegiatan usaha;
f. jangka waktu berdirinya BUMDesa;
g. organisasi pengelola;
h. tata cara penggunaan dan pembagian keuntungan.
(3) Anggaran rumah tangga BUMDesa paling sedikitmemuat :
a. hak dan kewajiban;
b. masa bakti;
c. tata cara pengangkatan dan pemberhentian personil organisasi
pengelola;
d. penetapan unit usaha;
e. sumber modal.
(4) Kepala Desa dapat melakukan perubahan terhadap AD/ART BUMDesa
apabila terdapat substansi dalam AD/ART yang tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan dan kebutuhan organisasi pengelola.
(5) Perubahan AD/ART sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib disepakati
melalui musyawarah Desa yang dimuat dalam Berita Acara Kesepakatan dan
seterusnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(6) AD/ART BUMDesa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
(7) Format Keputusan Kepala Desa tentang AD/ART BUMDesa tercantum dalam
Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Bagian Keempat
Modal BUMDesa

Pasal 19

(1) Modal awal BUMDesa bersumber dari APBDesa.


(2) Modal BUMDesa terdiri dari atas :
a. penyertaan modal desa;dan
b. penyertaan modal masyarakat desa.
(3) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas :
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan
dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
c. kerjasasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APBDesa; dan
d. aset Desa yang diserahkan kepada APBDesa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.
(4) Penyertaan modal desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi:
a. anggaran pada pos pembiayaan yang termuat dalam APBDesa;
b. aset Desa berupa tanah dan bangunan milik Desa.
(5) Penyertaan modal masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat
dengan ketentuan paling banyak 49% (empat puluh sembilan persen) dari
jumlah total penyertaan modal yang diterima BUMDesa.
Bagian Kelima
Tata Cara Penyertaan Modal BUMDESA
Pasal 20
(1) Penyertaan modal desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (4) huruf
b diserahkan kepada BUMDesa yang dibuktikan dengan berita acara
penyerahan/penyaluranpenyertaan modal desa.
(2) Pengurus BUMDesa wajib menandatanggani pakta integritas bahwa akan
mengelola penyertaan modal desa dengan sebaik-baiknya
dalammengembangkan BUMDesa untuk kepentingan masyarakat dan
sertabebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
(3) Sebelum pemerintah desa menyerahkan penyertaan modal kepada BUM
Desa, pemerintah desa mengajukan permintaan analisa kelayakan
penyertaan modal kepada Bupati melalui Camat.
(4) Camat wajib melakukan analisa kelayakan penyertaan modal bekerjasama
dengan Tenaga Pendamping Profesional Desa berdasarkan permohonan dari
kepala desa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
permohonan dari Kepala Desa.
(5) Analisa kelayakan penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
wajib memenuhi indikator dalam aspek- aspek :
a. aspek hukum;
b. aspek teknis/operasi;
c. aspek manajemen dan organisasi;
d. aspek ekonomi dan sosial.
(6) Indikator dari aspek hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a
adalah :
a. peraturan desa tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa;
b. anggaran dasar/anggaran rumah tangga BUMDesa;
c. keputusan Kepala Desa tentang kepengurusan BUMDesa.
(7) Indikator aspek teknis/operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
adalah :
a. unit usaha yang akan dijalankan;
b. potensi pasar dari unit usaha yang dijalankan;
c. ketersediaan bahan baku pendukung kegiatan unit usaha;
d. sarana prasarana pendukung (transportasi, air dan listrik).
(8) Indikator dari aspek manajemen/organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf c adalah :
a. sumber daya manusia pengurus BUMDesa;
b. struktur kepengurusan BUMDesa.
(9) Indikator dari aspek ekonomi dan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf d adalah :
a. proyeksi keuntungan yang diperoleh;
b. tingkat penyerapan tenaga kerja dari masyarakat.
(10) Pemerintah desa memberikan insentif kepada pelaksana operasional
BUMDesa yang dimuat dalam APBDesa apabila:
a. telah melaksanakan kegiatan usaha;
b. belum memiliki sisa hasil usaha.
Pasal 21

(1) Ketua BUMDesa mengajukan proposal permohonan penyertaan modal kepada


Pemerintah Desa dengan melampirkan dokumen antara lain :
a. fotokopi Keputusan Kepala Desa tentang Pengangkatan Pengurus
BUMDesa;
b. standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Unit Usaha BUMDesa;
c. rencana Anggaran dan Biaya Pelaksanaan Usaha BUMDesa;
d. dokumen lainnya terkait rencana pengembangan usaha BUMDesa.
(2) Pemerintah Desa menyerahkan penyertaan modal Desa kepada BUMDesa
sebagaimana telah termuat dalam APBDesa tahun anggaran berkenaan
setelah menerima proposal kegiatan dari pelaksana operasional BUMDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan :
a. kelembagaan BUMDesa telah terbentuk melalui Peraturan Desa tentang
Pendirian BUMDesa;
b. pengurus BUMDesa telah diangkat dengan Keputusan Kepala Desa;
c. telah dikeluarkan hasil analisa kelayakan usaha dan penyertaan modal
oleh Camat;
d. telah ditetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.
(3) Hasilanalisa kelayakan terhadap penyertaan modal BUMDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dituangkan dalam bentuk suratrekomendasi
kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan.
(4) Substansi surat rekomendasi atas kelayakan penyertaan modal BUMDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk layak atau tidak layak.
(5) Dalam hal Camat tidak memberikan surat rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud
pada Pasal 20 ayat (4), maka penyertaan modal dianggap layak untuk
diserahkan kepada BUMDesa.
(6) Format surat rekomendasi Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
Pasal 22
Pelaksana Operasional BUMDesa dapat mengadakan barang modal berupa aset
bergerak dari penyertaan modal desa BUMDesa dengan ketentuan :
a. barang yang diadakan berkaitan dengan pengembangan usaha;
b. pengadaan barang dilakukan secara transparan dan sesuai dengan harga
yang telah disurvei oleh pelaksana operasional BUMDesa dengan tidak
melebihi Standar Biaya Umum Daerah Kabupaten Nias Utara;
c. digunakan untuk keperluan pengembangan usaha BUMDesa atau unit usaha
BUMDesa;
d. pelaksana operasional bertanggungjawab menjaga keutuhan dan nilai
ekonomis barang secara profesional.
Bagian Keenam
Klasifikasi Jenis Usaha BUMDesa

Pasal 23

(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis social (social business) sederhana yang
memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dengan
memperoleh keuntungan finansial.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna, meliputi :
a. air minum Desa;
b. usaha listrik Desa;
c. lumbung pangan;
d. sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya;
e. kegiatan perekonomian lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai pemanfaatan sumber daya lokal dan teknologi tepat
guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa.

Pasal 24
(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk
melayani kebutuhan masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoleh
Pendapatan Asli Desa.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha penyewaan meliputi :
a. alat transportasi;
b. perkakas pesta;
c. gedung pertemuan;
d. rumah toko;
e. tanah milik BUMDesa; dan
f. barang sewa lainnya.

Pasal 25
(1) BUMDesa dapat menjalankan usaha perantara (brokering) yang memberikan
jasa pelayanan kepada warga.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha perantara yang meliputi :
a. jasa pembayaran listrik;
b. jasa penarikan uang dengan menggunakan fasilitas Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) mini;
c. pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat;
d. jasa pelayanan lainnya.
Pasal 26
(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang
(trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan perdagangan (trading) meliputi :
a. pabrik es;
b. hasil pertanian;
c. sarana produksi pertanian;
d. hasil perikanan;
e. hasil kerajinan tangan;
f. barang kelontong dan bahan bangunan;dan
g. kegiatanbisnis produktif lainnya.

Pasal 27
(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang
memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku
usaha ekonomi Desa.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memberikan akses kredit dan pinjaman yang mudah diakses oleh masyarakat
Desa.

Pasal 28

(1) BUMDesa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk dari
unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal
Desa maupun kawasan perdesaan.
(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri
yang diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUMDesa agar tumbuh menjadi
usaha bersama.
(3) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha bersama meliputi :
a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan
kecil agar usahanya menjadi lebih ekspensif;
b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat; dan
c. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal
lainnya.
Pasal 29

Strategi pengelolaan BUMDesa bersifat bertahap dengan mempertimbangkan


perkembangan dari inovasi yang dilakukan oleh BUMDesa, meliputi :
a. sosialisasi dan pembelajaran tentang BUMDesa;
b. pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang BUMDesa;
c. pendirian BUM Desa yang menjalankan bisnis sosial (social business) dan
bisnis penyewaan (renting);
d. analisis kelayakan usaha BUMDesa yang berorientasi pada usaha perantara
(brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social business), bisnis
keuangan (financial business), dan perdagangan (tranding), bisnis penyewaan
(renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber
daya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha;
e. pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama BUM
Desa antar Desa atau kerjasama dengan pihak swasta, organisasi sosial-
ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga donor;
f. diversifikasi usaha dalam bentuk BUMDesa yang berorientasi pada bisnis
keuangan (financial business) dan usaha bersama (holding).
Bagian Ketujuh
Alokasi Hasil Usaha BUMDesa

Pasal 30

(1) Hasil Usaha BUMDesa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun
buku.
(2) Pembagian hasil usaha BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar/
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.
(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.

Bagian Kedelapan
Kepailitan BUMDesa

Pasal 31
(1) Kerugian yang dialami BUMDesa menjadi beban BUMDesa.
(2) Dalam hal BUMDesa tidak dapat menutup kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui musyawarah desa.
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

Pasal 32

(1) Kepala Desa selaku penasihat BUMDesa, menyampaikan laporan kondisi


BUMDesa bilamana mengalami kerugian kepada BPD untuk dibahas melalui
musyawarah Desa.
(2) Berdasarkan laporan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD
menyelenggarakan musyawarah Desa dengan agenda tunggal tentang
pengambilan keputusan tentang kerugian yang dialami oleh BUMDesa.
(3) Hasil musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
menyatakan kerugian BUMDesa dimuat dalam Berita Acara Musyawarah Desa
dan ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(4) Keputusan BPD tentang penetapan status kerugian BUMDesa dapat memuat
rekomendasi kepada pihak yang berwenang untuk melakukan
pemeriksaan/audit terhadap BUMDes.

Pasal 33

Penasehat, Pelaksana Operasional dan Pengawas sesuai kedudukannya yang


terkena dan/atau terlibat perbuatan melawan hukum atau melakukan tugas
dan kewajiban yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan
kerugian bagi BUMDesa wajib mengganti kerugian sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Bagian Kesembilan
Kerjasama BUMDesa Antar-Desa

Pasal 34

(1) BUMDesa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih harus mendapat persetujuan
masing-masing Pemerintah Desa.
(4) Dalam menjalin kerjasama antar BUMDesa sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus berdasarkan pada prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak.

Pasal 35

(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih dibuat dalam naskah perjanjian
kerjasama.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih paling sedikit
memuat :
a. subyek memuat;
b. obyek kerjasama;
c. jangka waktu;
d. hak dan Kewajiban;
e. pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan aset; dan
h. penyelesaian perselisihan.
(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih ditetapkan
oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUMDesa yang bekerjasama
dan disetujui oleh Kepala Desa masing-masing.

Pasal 36

(1) Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUMDesa atau lebih


dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai pemilik
BUMDesa.
(2) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUMDesa yang berbadan
hukum diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.

BAB IV
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BUMDESA
Bagian Kesatu
Pelaporan
Pasal 37
(1) Pengurus unit usaha BUMDesa menyampaikan laporan keuangankepada
Pelaksana Operasional setiap bulan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. buku kas harian;
b. laporan laba rugi.
(3) Pelaksana Operasional menyampaikan laporan keuangan BUMDesa setiap
semester dan tahunan kepada Kepala Desa selaku penasihat setelah diperiksa
oleh Pengawas.
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kompilasi
dari laporan keuangan masing-masing unit usaha BUMDesa, meliputi :
a. buku kas harian;
b. laporan realisasi anggaran penyertaan modal;
c. laporan laba rugi.
(5) Selain laporan sebagaimana tersebut pada ayat (3), Pelaksana Operasional
wajib menyampaikan laporan keuangan BUMDesa sewaktu-waktu atas
permintaan Kepala Desa.
(6) Setiap transaksi penerimaan maupun pengeluaran BUMDesa wajib
dibuktikan dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah.
(7) Format buku kas harian dan laporan realisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
Pertanggungjawaban

Pasal 38

(1) Pelaksana Operasional wajib membuat laporan pertanggungjawaban


BUMDesa.
(2) Laporan pertanggungjawaban BUMDesa disampaikan kepada Kepala Desa
selaku Penasihat dengan tembusan kepada BPD, Camat dan Dinas PMD.
(3) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. neraca;
b. laporan Laba Rugi;
c. buku Inventaris/Peralatan;
d. uraian permasalahan dan peluang pengembangan BUMDesa.
(4) Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap
BUMDesa kepada BPD yang disampaikan melalui musyawarah desa.

BAB V
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 39

(1) Bupati melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap


pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUMDesa
untuk meningkatkan kapasitas BUMDesa.
(2) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Dinas PMD dan Camat.
(3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas PMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. pemberian bimbingan teknis dan pendampingan kepada Pengurus
BUMDesa;
b. pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola
BUMDesa;
c. fasilitasi pengembangan kelembagaan BUMDesa;
d. pemberian penghargaan terhadap BUMDesa berprestasi.
(4) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Camat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan usaha BUMDesa;
b. fasilitasi untuk akses pemasaran produk BUMDesa;
c. fasilitasi penyelesaian masalah pengelolaan BUMDesa.
(5) Pemerintah Daerah dapat memberikan hibah/bantuan permodalan kepada
BUMDesa yang disalurkan melalui APBDesa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam melaksanakan pendampingan secara teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a, dibantu oleh tenaga pendamping profesional desa yang
ditugaskan oleh pemerintah.
Pasal 40

(1) Bupati melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BUMDesa.


(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 41

(1) BUMDesa yang telah ada sebelum peraturan ini berlaku tetap dapat
menjalankan kegiatannya.
(2) BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan
penyesuaian dengan ketentuan Peraturan ini paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak peraturan ini berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nias Utara.

Ditetapkan di Lotu
pada tanggal 25 Agustus 2020

BUPATI NIAS UTARA,

ttd.

M. INGATI NAZARA

Diundangkan di Lotu
pada tanggal 25 Agustus 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA,

ttd.

YAFETI NAZARA

BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA TAHUN 2020 NOMOR 81

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM

ERLIUS HULU, SH
NIP. 19720709 200605 1 001

Anda mungkin juga menyukai