Anda di halaman 1dari 19

PERDES

BUMDES SRIKANDI

DESA TUNGGANGRI
KECAMATAN KALIDAWIR
KAPUPATEN TULUNGAGUNG
PERDES
BUMDES SRIKANDI
KEPALA DESA TUNGGANGRI
KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERATURAN DESA TUNGGANGRI


NOMOR 08 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA

Menimbang : a. Bahwa dalarn rangka meningkatkan pendapatan desa dan


kesejahteraan masyarakat serta untuk mewadahi berbagai
kegiatan usaha ekonomi yang ada di desa, pemerintah desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa;
b. Bahwa dengan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pembentukan dan Pengelotaan Badan Usaha Mllik Desa maka
sebagai tindak lanjut perlu ditetapkan Peraturan Desa sebagai
dasar pelaksanaan Pembentukan dan Pengelolaan Badan
Usaha Millk Desa di wilayah perdesaan;

: Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha


Milik Negara (BUMN)
2. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
3. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1950
Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4438);
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 terrtang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106 Tambahan Lennbaran Negara Republik Indonesia
4756);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
7. Undang-Undang Nomor 12 rahun 2011 Tentang pembentrrkan
Peraturan Penundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234)
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5394).
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4 ,
Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor Sagl;
10. undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
'Fambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
11. undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244,Tambahan lembaran Negara Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Repubrik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Repubrik
Indonesia Nomor 5539);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
pendapatan dan Belanja Negara (L,embaran Negara Repubrik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor s5s8);
14. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 13);
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tetinggal,
Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa;
16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tetinggal,
Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015
Tentang Pendirian, Pengurusan dan pengetoiaan, dan
pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 1 Tahrun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran
daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Nomor 12 Seri E);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung nomor 9 rahun
2015 Tentang Tata cara pembentukan dan pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DAN
KEPAIA DESA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATUR/AN DESA TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN


PENGELOI.AAN BADAN USAHA MILIK DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tulungagung.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan Desa.
3. Kepala Desa adalah Kepala Desa Tunggangri
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang BPD adalah lembaga yang
melaksanakanfungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilanwilayah dan ditetapkan secara
demokratis,
5. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, lrak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Republik lrndonesia,
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Pemrusawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita
Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
8. Pembangunan Desa adalah upaya peninggkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
9. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDesa adalah Badan
Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
10. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaran masyarakat.
11. Alokasi Dana Desa selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang
diterima Desa dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Desa Kabupaten
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusawaratan Desa.
13. Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap
ketrampilan, prilaku, kemampuan, kesadaran, serta memfaatkan sumberdaya
melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
14. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa
dibeli atau diperoleh atas beban anggaran dan pendapatan belanja desa atau
perolehan hak lainnya yang sah.
15. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan tertulis yang
memuat terdiri dari aturan-aturan pokok organisasi yang befungsi sebagai
pedoman dan keb'rjakan untuk mencapai tujuan organisasi serta menyusun
aturan-aturan lain.
16. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalah aturan
teftulis sebagai bentuk operasional yang lebih terinci dari aturan-aturan pokok
dalam anggaran dasar dalam melakanakan tata kegiatan organisasi
17. Penasehat yang selanjutnya disebut komisaris adalah Kepala Desa 18.
Pelaksana Operasional adalah Pelaksana Operasional BUMDesa (Direksi) 19.
Pengawas adalah pengawas BUMDesa

BAB II
BENTUK DAN KEDUDUKAN
Pasal 2

(1) Badan Usaha Milik Desa berbentuk Perusahaan Umum Desa yang merupakan
kesatuan unit-unit usaha di bidang jasa, peftanian, perikanan, peternakan,
perkebunan, perdagangan dan usaha ekonomi.
(2) Badan Usaha Milik Desa merupakan lembaga komersial yang dikelrrla secara
produktif dan professional, dan atau secara teknis operasional tanpa campur
tangan aparatur pemerintah desa dan berada diluar struktur organisasi
pemerintah desa.

Pasal 3

(1) Badan Umha Milik Desa berkedudukan di Desa Tunggangri


(2) Mempunyai lingkup wilayah usaher satu desa dan dapat dikembangkan secara
berdaya guna dan berhasil guna ke beberapa desa dan atau melakukan
kerjasama antar desa.

BAB III
PENDIRIAN DAN PEMBENTUKAN BUMDesa
Bagian Kesatu
Maksud dan Tujuan Pendirian BUM Desa
Pasal 4
Pendirian Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDesa
dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi
dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-
Desa.
Pasal 5
(1) Tujuan Umunr Pembentukan BUM Desa adalah mengkoordinir kegiatan usaha
usaha didesa untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat desa.
(2) Tujuan Khusus pembentukan BUMDesa Adalah :
a. Meningkatkan sumber pendapatan asli desa dan memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat desa.
b. Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai dengan kepentingan
masyarakat desa.
c. Menciptakan kesempatan berwirausaha dan dapat membantu pemerintah
desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Pasal 6
(1) Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui
Musyawarah Desa.
(2) Pokok bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pendirian BUMDesa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya
masyarakat;
b. Organisasi pengelola BUMDesa;
c. Modal usaha BUMDesa; dan
d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.

Pasal 7
(1) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasat 6
ayat (1) menjadi pedoman bagi Pemerrintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang pendirian BUMDesa.

Bagian Kedua
Tahapan Pendirian dan Pembentukan BUMDesa
Pasal 8
Pendirian dan pembentukan BUMDesa dilaksanakan melarui tahapan :
a. Adanya inisiatif dari Pemerintah Desa dan/ atau masyarakat desa;
b. Identifikasi potensi usaha ekonomi desa;
c. Identifikasi sumber daya alam di desa;
d. ldentifikasi sumberdaya rnanusia yang mampu mengelolah BUMDesa;
e. Peryertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
ketayaan Desa prg diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha
BUM Desa.
f. Musyawarah pembentukan dan Pendirian BUMDesa yang difasilitasi oleh
Kepala Desa dapat menghadirkan antara lain:
1. ursur pemerintah desa
2. Unsur BPD
3. Unsur LPM
4. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
5. PKK
6. Karang Taruna
BAB IV
PETAKSANA OPERASIONAIAN DAN PE NGELOLAAN BUMDESA

Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi BUMDesa

Pasal 9
1. BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
2. Untt usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa dan
rnasyarakat.

Pasal 10
BUMDesa dapat membentuk unit usaha meliputi:
a. Pereroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian,
dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh
BUMDesa sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan
Tebatas; dan
b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUMDesa sebesar 60 (enam puluh)
persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga
keuangan mikro

Bagian Kedua

Organisasi Pengelola BUMDesa


Pasal 11
Organisasi pengelola BUMDesa terpisah darl organisasi Pemerintahan Desa.

Pasal 12
(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUMDesa terdiri dari:
a. Penasehat(komisaris);
b. Pelaksana Operasional (Direksi); dan
c. Pengawas.
(2) Pelaksana operasional dapat mengangkat manajer atau karyawan atas
persetujuan penasehat dan pengawas.

BAB V
TATA KERJA BUM DESA
Bagian Kesatu
Kewajiban dan Wewenang Penasehat

Pasal 13

(3) Penasehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1 huruf a dijabat secara
eofficio oleh Kepala Desa yang bercangkutan.
(4) Penasehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan
pengelolaan BUMDesa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting
bagi pengelolaan BUMDesa; dan
c. mengendalikanr pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDesa.
(5) Penasehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang
menyangkut pengelolaan usaha Desa; dan
b. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerya
BUMDesa.

Bagian Kedua

Kewajiban dan Wewenang Pelaksana Operasional


Pasal 14

(1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat i. huruf h


mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDesa sesuai dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangr;a.
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUMDesa agar menjadi lembaga yang
melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan c. melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga perekonomian Desa lainnya.
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bennenang:
a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUMDesa setiap bulan;
b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUMDesa setiap
bulan;
c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUMDesa kepada
masyarakat Desa melalui musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalarh Pasal 1.4 ayat
(2), Pelaksana Operasional dapat menunjuk Anggota Pelaksana Operasional
sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus pencatatan
dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.
(2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan
harus disertai dengan uraian tugas; berkenaan dengan tanggung jawab,
pembagian peran dan aspek pembagian kerja lainnya.

Pasal 16
(3) Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional meliputi:
a. masyarakat Desa yang mempunyaijiwa wirausaha;
b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha ekonomi
Desa; dan
d. pendidikan minimal setingkat SMU/Madrasah Aliyah/SMK atau seder{at;
e. Berumur minimal 20 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat pemilihan.
f. Dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga
pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa.
(4) Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:
a. meninggal dunia;
b. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakin tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembangan kinerja BUMDesa;
e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
(5) Masa bhakti Pelaksana Operasional adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali
pada 2 (dua) kali masa bhakti berilcutnya baik secara berturut-turut maupun
berselang.

Bagian Ketiga
Kewajiban dan Wewenang Pengawas
Pasal 17
(1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c mewakili
kepentingan masyarakat.
(2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Sekretaris nrerangkap anggota;
d. Anggota.
(3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban
menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang
kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan
Rapat Umum Pengawas untuk:
a. pemilihan dan pengangkatan kepengurusan Pengawas sebagaimana
dimaksud oada ayat (2);
b. penetapan kebijakan pengeml)angan kegiatan usaha dari BUMDesa; dan c,
pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana
Operasional.

Pasal 18
(1) Persyaratan menjadi Pengawas meliputi:
a. masyarakat Desa yang berdomisili dan menetap di Desa sekurang-
kurilngnya 2 (dua) Tahun;
b. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap
pengembangan Desa; dan
c. pendidikan mininral setingkat SLTP atau sederajat;
d. Berusia minimal 25 tahun dan makimal 65 tahun pada saat pemilihan.
(2) Masa bakti pengawas adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali pada 2 periode
berikutnya baik secara berturt-turut maupun berselang.

Hak dan Kewajiban Manajer


Pasal 19
(1) Pelaksana operasional unit kerja yang di bawah wewenangnya.
(2) Pengendali unit kerja yang di bawah wewenangnya.
(3) pembuata keputusan pada unit kerja yang berada di bawah wewenangnya.
(4) pemberi infomasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(5) Penanggungjawab dalam mengelola sumber daya yang dimiliki BUMDesa pada
unit kerja yang di bawah wewenangnya.
(6) Mamjer BUMDesa bertanggungjawab kepada Direksi.
(7) Dalam menjalankan tugas manejer menerima penghasilan atau imbal jasa yang
iesarrya disesuaikan dengan kemampuan usaha

Hak dan Kewajiban Karyawan


Pasat 20
(1) Pelaksana tugas harian bersama manajer.
(2) Membantu Manajer Unit dalam melayani konsumen/ sesuai bidang usalra.
(3) Membantu Manajer Unit dalam melakukan pengchekan barang-barang,
(4) bertanggungjawab kepada Manajer Unit.
(5) Dalam menjalankan tugas karyawan menerima penghasilan atau imbal jasa yang
besarnya disesuaikan dengan kemampuan usaha

Bargian Keempat
Mekanisme Pembentukan Pelaksana Operasional dan Pengawas
Pasal 21
(1) Tata cara pembentukan Pelaksana Operasional dan pengawas BUMDesa
dilaksanakan melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh pemerintah desa dan
unsur dari kelembagaan kemasyarakatan desa
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dipimpin oleh kepala desa
untuk menyusun atau memilih Pelaksana Operasional dan pengawas secare
demokratis
(3) Pelaksana operasional dan pengawas BUM desa terdiri dari masyaralat yamg
memiliki kemampuan, kemauan dan kepedulian terhadap pembangunan desa.
(4) Susunan kepengurusan Pelaksana Operasional BUMDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dipilih oleh masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa
sesuaidengan ketentuan dalam Peraturan tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
(5) Susunan kepengurusan harus memperhatikan keterwakilan unsur perempuan.
(6) Apabila terjadi pergantian kepengurusan maka minimal masih menyisakan 1
(satu) orang pengurus lama yang masih memenuhi syarat dan ketentuan yang
berlaku.

BAB VI

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


Pasal 22
(1) Pelaksana Operasional BUMDesa waJib menyusun dan menetapkan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga setelah mendapatkan pertimbangan kepala
Desa .
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat paling
sedikitnama, tempat keduduken, maksud dan tujuan, modal, kegiatan usaha,
jangka waktu berdirinya BUMDesa organisasi pengelola, serta tata cara
penggunaan danpembagian keuntungan.
(3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat paling
sedikit hak dan kewajiban, masa bakti, tata cara pengangkatan dan
pemberhentian personel organisasi pengelola, penetapan jenis usaha, dan
sumbemodal.
(4) Kesepakatan penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah
tanggasebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui musyawarah
Desa
(5) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada
ava(4) ditetapkan oleh kepala Desa.

BAB VII

PERMODAI.AN

Pasal 23

(1) Modal awal BUMDesa bersumber dari APB Desa.

(2) Kekayaan BUMDesa merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan dan tidak
terbagi atas saharn.

(3) Modal BUMDesa terdiri atas:


a. Penyertaan modal Desa;
b. Penyeftaan modal masyarakat Desa;
c. Pinjaman; dan
d. Kerjasama usaha dengan pihak lain.

(4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dirnaksud pada ayat (3) huruf a berasal
dariAPB Desa dan sumber lainnya.

(5) Penyertaan modal Desa yang berasal dari APB Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat bersumber dari:
a. dana hibah;
b. bantuan Pemerintah;
c. bantuan pemerintah daerah; dan
d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa.

(6) Bantuan Pemerintah dan pemerintah daerah kepada BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b dan huruf c disalurkan melalui mekanisme APB
Desa.'

BAB VIII
KLASIFIKASI JENIS USAHA
Pasal 24
(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana yang
memberikan pelayanan umum (seruing) kepada masyarakat dengan
memperoleh keuntungan finansial.
(2) unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat
memarrfaatkan sumber daya lokaldan teknologi tepat guna, meliputi: a, air
minum Desa; b, usaha listrik Desa; c, lumbung pangan; dan d, sumber daya lokal
dan teknologi tepat guna lainnya.
(3) Ketentuan mergenai pemanfaatan sumber daya lokal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa dan teknologl tepat guna.

Pasal 25
(1) BUMDesa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk nrelayani
kebutuhan masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoteh Pendapatan Asli
Desa.
(2) Unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
ngrFlanlon kegiatan usaha penyewaan meliputi :
a. alt transportasi;
b. perkakas pesta;
c. gedung pertemuan;
d. Rumah toko;
e. Tanh milik BUM Desa; dan
f. bang sewaan lainnya.

Pasal 26
(1) BUMDesa dapat menjalankan usaha perantara (brokerlng) yang memberkan
jasa pelaynn kepada warga.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dlmakud pada ayat (1) dapat
rcnrlaiankan kegiatan usaha perantara yang meliputi:
a. jasa pembayaran listrik;
b. Pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat;
c. Jasa keuangan;
d. Jasa angkutan darat/air pedesaan;
e. jasa pengelolaan sampah;
f. jasa pelayanan lainnYa.

Pasal 27
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis yang berproduki dan/atau berdagang
(trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan rnasyarakat
maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menja
lankan kegiatan perdagangan (trading) meliputi :
a. pabrik es;
b. pabrik asap cair;
c. hasil pertanian;
d. sarana produksi Pertanian;
e. sumur bekas tambang; dan
f. kegiatan bisnis produktif lainnya.
Pasal 28
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang
memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang diJalankan oleh pelaku
usaha ekonomi Desa.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh
masyarakat Desa.
Pasal 29
(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-
unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa
maupun kawasan perdesaan.
(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri yang
diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi
usaha bersama,
(3) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapatmenjalankan kegiatan usaha bersama meliputi:
a. pengembangan kapal Desa herskala besar untuk mengorganisasi nelayan
kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;
b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat;dan
c. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya.

Pasal 30
Strategi pengelolaan BUM Desa berslfat bertahap dengan mempertimbangkan
perembangan dari inovasi yang dilakukan oleh BUM Desa, meliputi:
a. sosralisasi dan pennbelajaran tenterng BUM Desa;
b. pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang BUM Desa;
c. poendirian BUM Desa yang menjalankan hisnis sosial (soclal buslness) dan
bisnis penyewaan (renting);
d. analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada usaha perantara
(brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial ( (social business), blisnis
keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis penyewaan
(renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha;
e. pengembangan keiasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama BUM
Desa antar Desa atau kerjasama dengan pihak swasta, organisasi sosial-
ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga donor;
f. diversifikasi usaha dalam bentuk BUM Desa yang berorientasi pada bisnis
keuangan (financial business) dan usaha bersama (hotdtng).

BAB IX
PRINSIP DAN PENDEKATAN PENGELOLAAN

Pasal 31

Prinsip-Prinsip Dasar Dalam pengelolaan Badan usaha Milik Desa Adalah :


(1) Transparansi adalah pengelolaan kegiatan Badan Usaha Milik Desa harus
dilakukan secara terbuka sehingga dapat dlketahui, di ikutl, diawasi dan di
evaluersi oleh warga masyarakat
(2) Akuntabel Pengelolaan keiatan Badan Usaha Milik Desa harus mengikuti kaidah
dan peraturan hokum yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
(3) Partispatif adalah masyarakat dan anggota warga masyarakat desa teriibat
secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pelestaraian kegiatan
(4) Berkelanjutan adalah pengelolaan kegiatan harus memberikan hasil dan manfaat
bagi warga masyarakat secana berkelanjutan dan berkesinambungan
(5) Akseptabel adalah keterpaduan antara komponen masyarakat desa dalam
pengelolaan kegiatan harus saling menjujung dan saling melengkapi sehingga
memberikan hasil guna dan manfaat yang optimal

Pasal 32

Pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan Badan usaha Milik Desa adalah;
(1) Desentralisasi
Pemerintah desa atau lembaga desa dan warga masyarakat desa memperoleh
kewenangan yang ruas daram mengurus dan mengelota badan usaha
(2) Kemitraaan
Kegiatan dilaksanakan dengan sernangat kerjasama antara pemerintah desa,
lembaga desa dan warga desa serta dunia usaha ekonomi masyarakat desa
(3) Keterpaduan
Keterpaduan antara komponen masyarakat desa dalam penggelolaan kegiatan
harus saling menjunjung dan melengkapi sehingga mamberikan hasil dan
manfaat yang optimal

BAB X
KERJASAMA BUM Desa DENGAN PIHAK KETIGA
Pasal 33
(1) Dalam rangka memajukan usaha, BUM Desa dapat melakukan kerjasama
dengan pihak ketiga.
(2) Keqasama sebagaimana dinnaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. Kerjasama yang dilakukan tidak bertentangan dengan peraturan perttndang
undangan;
b. Apabila kerjasama yang dilakukan memerlukan jaminan harta benda yang
dimiliki atau dikelola BUM Desa dan mengakibatkan beban hutang, maka
rencana kerjasama tersebut harus mendapat persetujuan Penasehat dan
Pengawas: dan
c. Apabila kerjasama yang dilakukan tidak memerlukan jaminan harta benda
yang dirniliki atau dikelola BUM Desa dan tidak mengakibatkan beban hutang,
maka rencana kerja sama tersebut dilaporkan secara tertulis kepada
Penasehat dan Pengawas.

B,AB XI
PENGGUNAAN LABA BUM DESA
Pasal 34
(1) Besaran pembagian laba hasil usaha setelah dikurangi biaya operasional dialolah
sebagai berikut:

a. Penambahan modal BUM Desa sebesar 30%-40%;


b. Penanam modal (deviden) apabila ada sebesar 20%-30%;
c. Kesejahteraan pengurus dan karyawan sebesar 20-25%
d. Dana/bantuan sosial 10%-20%
e. Reward kepada perorangan atau pokmas sebesar 5%-10%
f. Pemdapatan Asli Desa sebesar 5%-15%
BAB XII
HAK DAN KEWAJIBAN BUM DESA

Pasal 35
(1) Hak BUM Desa adalah :
a. Mendapatkan bagian dari hasil usaha BUM Desa;
b. Memperoleh fasilitas dalam pengembangan BUM Desa dari Pemerintah,
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa;
c. Berkerjasama dengan pihak ketiga;
d. Menggali dan mengembangkan potensi desa yang berasal dari kekayaan milik
Desa;
e. Melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undanganl;
f. Menambah jenis usaha BUM Desa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
g. Memberikan rnasukan kepada Pemerintah Desa dalam rangka pengembangar
BUM Desa; dan
h. Mendapatkan bimbingan dalam bidang manajemen perusahaan dan bidang
Teknik pengelolaan usaha dari Pemerintah, Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Desa dan swasta.

(2) Kewajiban BUM Desa adalah:


a. Melakukan kegiatan usaha sesuai Peraturan Desa tentang pembentukan
BUM Desa;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan Asli Desa;
c. Membuat laporan tahunan kepada Kepala Desa;
d. Mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan yang telah
disahkan pada papan pengumuman BUM| Desa;
e. Menjalankan kegiatan usaha secara profesional dan sesuai peraturan
perundang-undangan;
f. Mengakomodasi dan mendorcng peningkatan kegiatan unit-unit usaha
masyarakat y'ang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat;
g. Memberikan pendapatan kepada pemerintah Desa; dan
h. Memberlkan keuntungan kepada penyerta modal.

BAB XIII
KEPAILITAN BUMDesa
Pasal 36
(1) Kerugian BUMDesa ditanggung oleh tembaga apabila :
a. Terjadinya bencana alam, kebakaran atau force major
b. Adanya kejadian diluar kendali Pelaksana Operasional yang disebabkarr
baik oleh alam maupun perbuatan manusia.
c. Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya diatur melalui ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Kerugian BUMDesa akan ditanggung oleh pelaksana operasional apabila :
a. Pelaksana Operasional dengan sengaja menyalahgunakan kewajiban dan
wewenangnya.
b. Adanya kelalaian yang disebabkan oleh Pelaksana operasional secara
sendiri atau bersama-sama.
c. Tidak mematuhi/Melanggar ketentuan dalarn anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
Pasal 37
(1) Kapailitan BUM Desa hanya dapat diajukan oleh kepala Desa,
(2) Kapailitan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam ketentuan
peratura perundang-undangan.

BAB XIV
SANKSI
Pasal 38
(1) Setiap orang atau pengurus yang melanggar ketentuan pada Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga atau peraturan lain yang mengikat dikenai
sanksi administrasi berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian pengurus dan setanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan penasehat dan
pengawas BUMDesa.
c. Sanksi yang diberikan kepada perseorang atau kelompok apabila terjadi
pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan antara BUMDesa dengan
pihak yang bekerjasama

(2) Pengertaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
peraturan per undang-undangan yang berlaku.

. BAB XV

AUDIT PENGELOLAAN USAHA

Pasal 39
(1) Audit pengelolaan BUMDesa dapat dilaksanakan secara intemal maupun
ekslernal
(2) Audit intemal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat
dilaksanakanoleh penasehat, pengawas maupun warga masyarakat yang
mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang dipilih berdasarkan musyawarah.
(3) Audit eksternal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak-pihak
diluaBUMDesa yang ditunjuk berdasarkan atas kemampuan dan
independesinya. Penunjukkan auditor ini berdasarkan rapat komisaris dan
penEawas BUMDesa.

BAB XVI

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN BUMDesa

Pasal 40
(1) Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM
Desa kepada Penasihat yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa.
(2) Pertanggungjawaban disampaikan oleh pelaksana operasional minimal 1
tahurn sekali dalam forum rapat umum yang menghadirkan antara lain:
1. unsur pemerintah desa
2. unsur lembaga desa
3. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
4. PKK
5. Karang Taruna
6. Dan unsur lain yang terlibat dalam kegiatan BUMDesa.

(3) DPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam


membina:mengelolah BUM Desa.
(4) Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap
BUMDesa kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa.
(5) Pengawas melaporkan hasil pengawasannya minimal 1 (satu) kali dalam
setahun kepada penasehat.

BAB XI,II

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 41

(1) Camat berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


penyelenqg raan kegiatan BUMDesa
(2) Pmbinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam arti nremfasilitasi yaitu
memberikan pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan superuise sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
ayat (1), Camat dapat melimpahkan kewenangannya kepada kepala seksi
yang membidanginya.
(4) kepala seksi sebagaimana ayat (3) berkewajiban untuk melaporkan
pelaksanaan tugasnya kepada Camat.

BAB XVIII

PEMBUBARAN

Pasal 42

(1) BUM Desa dapat dibubarkan apabila:


a. Dalam laporan keuangannya mengalami kerugian secara terus menerus
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 tahun.
b. Perubahan bentuk badan hukum.
c. Adanya ketentuan peraturan yang lebih tinggi yang menyatakan BUM Desa
tersebut harus dibubarkan.
d. BUM Desa dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.

BAB XIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43

(2) BUM Desa atau sebutan yang telah ada sebelum Peraturan Desa ini berlaku
tetap dapat menjala nka n kegiatannya.
(3) Ketentuan-ketentuan sebagimana rlimaksud dalam Peraturan Desa ini meniadi
pedoman dalam Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa

BAB XX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orcng mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa
ini deng n penernpatan nya Lembaran Desa Tunggangri.

Ditetapkan di Desa Tunggangri


Pada tanggal 20 April 2015
KEPALA DESA

SRI LAILATIN
Diundang di Desa Tunggangri
Pada tanggal 20 April 2015
SEKERTA DESA

MISBACHUL CHOIRI

Anda mungkin juga menyukai