Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN TEBU

1. Pendahuluan
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan
ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai
beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu
dibakar untuk menghilangkan daun-daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api
membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu
dan kandungan gulanya tidak ikut rusak.
Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena
asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk
setempat. Meskipun demikian, tidak ada dampak lingkungan, karena CO 2 yang
dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan
CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan
jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.
Kondisi pergulaan Indonesia sempat terpuruk pada kurun waktu 1994-1998
sehingga produksi gula turun sekitar 40%, dari sekitar 2.454 juta ton menjadi hanya
sekitar 1.392 juta ton. Sementara itu dalam kurun waktu yang sama kebutuhan gula
dalam negeri meningkat sekitar 6%, dari sekitar 2.94 juta ton menjadi sekitar 3.13
juta ton. Akibatnya untu memenuhi kebutuhan gula yang terus meningkat dan tidak
diimbangi oleh peningatan produksi, Indonesia meningkatkan impor gula secara sangat
mencolok, dari sekitar 130 ribu ton menjadi sekitar 1.8 juta ton.
Perubahan kebijakan dalam penanganan gula nasional seiring dengan
penerapan perdagangan bebas, mengakibatkan hal-hal berikut:
Mengancam kelangsungan industri gula nasional
Menimbulkan kerugian besar bagi konsumen gula dalam negari
Stabilisasi pasar gula domestik sukar dilakukan & menjadi sangat mahal

2. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan
mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan kasar
yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana banyak
terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau
di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potonganpotongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal
perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat

diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke
penggilingan.
Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan
pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan
memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini tidak
tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan
mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.
3. Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan
pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran
besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya
digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan
seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa
cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak
dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Gambar 1. Ekstraksi nira tebu melalui penggilingan


Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu,
dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir
dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu. Sebuah tebu bisa
mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25
hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.
4. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)
Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam
kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk
kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan


proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH) 2 dicampurkan ke
dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini
kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih
(clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga
padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga
biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus
residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan
hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan
ke proses.
5. Evaporasi
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan
evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke
tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan
(liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki
kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect
evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa
mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
6. Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi
untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Gambar 2. Mesin sentrifugasi


Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah
gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi
non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama
terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan
hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin
sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin
lagi dilanjutkan.
Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan
tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan A akan menghasilkan gula
terbaik yang siap disimpan. Pendidihan B membutuhkan waktu yang lebih lama
dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal
yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B
yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain
menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya
menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan C
membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan
biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk
dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat
dengan pabrik gula tebu.

7. Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya
tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut
ketika sampai di negara pengguna.
8. Afinasi (Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang
dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat)
hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga
tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil
(magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor
dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum
perlakuan berikutnya (karbonatasi).
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula
lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

9. Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh.
Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua
teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh
dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan
mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas
karbondioksida ini akan bereaksi denganlime membentuk partikel-partikel kristal
halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah
untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang
terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula,
sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat

juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses
selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa
fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi
adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang
sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan
setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.
10. Penghilangan warna
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolomkolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
[granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon
yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan
karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak
hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas
dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan
menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC
tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi
yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak
berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya
cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.
11. Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan
dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
12. Pengolahan sisa (Recovery)
Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada
tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan
ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan
gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar
hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang
ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk

samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak
atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.

Anda mungkin juga menyukai