Anda di halaman 1dari 5

MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016

PENGEMBANGAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVMENT DIVITION)
Yudha Pratama(1), Caswita(2)
Pascasarjana Pendidikan Matematika, Universitas Lampung
(email: pratama_yudha71@yahoo.com)
ABSTRAK
Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu
yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas,
dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi yang dipelajari siswa,
misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Cara pengalihan pesannya
dapat secara lisan maupun tertulis. Pada proses pembelajaran, keberhasilan pembelajaran sangat besar
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi guru untuk terciptanya pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga keberhasilan
pembelajaran dapat tercapai. Kajian teori ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara untuk dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Melalui kajian teori dan bedah jurnal yang telah dilakukan, kemampuan komunikasi matematis siswa
dapat dikembangkan melalui model pembelajaarn kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang
dapat membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran dikelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama antar individu serta
kemampuan komunikasi matematis siswa.
KATA KUNCI: Belajar dan pembelajaran, Komunikasi Matematis, Pembelajaran Kooperatif,
Kooperatif Tipe STAD

1. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Manusia yang
selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu
berkembang kearah yang lebih baik. Adanya perkembangan kehidupan, pendidikan pun mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang dan
berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan
yang dinamis tersebut. Setiap zaman, pasti akan selalu
ada perubahan yang mengarah pada kemajuan
pendidikan yang semakin baik, dunia pendidikan juga
memerlukan berbagai inovasi. Hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan yang
tidak hanya menekankan pada teori, tetapi juga harus
bisa diarahkan pada hal yang bersifat praktis. Diakui
atau tidak, walaupun belum ada penelitian khusus
tentang pembelajaran, banyak yang merasa bahwa
sistem pendidikan, terutama proses belajar mengajar,
terasa sangat membosankan.
Coba kita lihat fenomena yang terjadi pada
siswa-siswa saat ini, di mana mereka menganggap
bahwa aktivitas yang mengasikkan justru berada di luar
jam pelajaran. Hal ini dikarenakan selama ini mereka

merasa terbebani ketika berada di dalam kelas, apalagi


jika harus menghadapi mata pelajaran tertentu yang
membosankan. Mereka akan bersorak-sorai jika mendengar pengumuman pulang pagi karena ada rapat
guru, pembatalan ulangan, atau guru tidak mengajar
karena sakit, dan lain sebagainya.
Kemampuan dan kerjasama antar individu dan
kelompok merupakan hal yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran dikelas. Dalam hal ini akan terjadi
proses pembelajaran yang efektif dimana ada salah satu
diantara siswa yang kurang memahami suatu materi
bisa lebih mudah memahami materi melalui teman
sejawat sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika
disekolah.
Departemen Pendidikan Nasional (2007:4)
mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di
sekolah, yaitu (1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,
(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan


gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yangdiperoleh, (4)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Dengan melihat tujuan pembelajaran matematika
di atas, kemampuan komunikasi matematis siswa
merupakan hal yang sangat besar pengaruhnya bagi
tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan.
Maka dari itu kemampuan komunikasi matematis siswa
perlu dikembangkan. Komunikasi matematis memiliki
peran penting bagi siswa dalam merumuskan konsep
dan strategi matematika, investasi siswa terhadap
penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika, dan sarana bagi siswa dalam berkomunikasi
untuk memperoleh informasi, membagi ide dan
penemuan. Dalam hal ini, Within (dalam Saragih,
2007) mengatakan kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, di mana
siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan,
menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja
sama sehingga dapat membawa
siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang matematika.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematika
itu penting, namun ironisnya, pembelajaran
matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini,
sehingga penguasaan kompetensi ini bagi siswa masih
rendah. Guru harus bisa merencanakan suatu
pembelajaran matematika yang menarik, efektif, dan
bermakna. Ketika merencanakan
pembelajaran,
penting untuk merancang bagaimana siswa akan
berpartisipasi dalam belajar sehingga para siswa
memiliki kemauan dan gairah dalam proses
pembelajaran matematika dikeas.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun
sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam
interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang
memungkinkan mereka lebih tertarik dalam
pembelajaran dan memahami satu sama lain. Salah satu
model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa
terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi
dan komunikasi serta dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif
adalah Student Team Achievement Division (STAD),
yaitu suatu pembelajaran secara berkelompok yang
beranggotakan 4-5 orang, mewakili seluruh bagian dari

kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras


dan etnis. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu
dan saling membelajarkan teman sekelompoknya
dalam memahami materi pelajaran serta untuk
menyelesaikan tugas akademik dalam rangka mencapai ketuntasan belajar yang maksimal (Slavin, 2008).
Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
dalam tim, selanjutnya diadakan kuis untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
Tujuan kajian teori ini adalah untuk mengetahui
lebih jauh mengenai model pembelajaran yang dapat
mengembangkan komunikasi matematis siswa. Selain
itu, ingin mengetahui apakah penggunaan model
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Dengan melakukan
kajian teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, diharapkan dapat lebih memantapkan
keyakinan bahwa penggunaan model kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
2. METODE
Artiket ini merupakan kajian teori yang bersifat
hipotetik. Metode dalam artikel ini adalah dengan cara
mengkaji literatur berupa buku dan jurnal yang
berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievment Divition) yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
Komunikasi
matematis siswa. Dengan demikian, hasil dan
pembahasan dalam artikel ini merupakan hasil dari
mengaitkan leteratur berupa buku dan jurnal-jurnal
yang dikaji untuk menunjukan bahwa model
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
3. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
a. Belajar dan Pembelajaran
Secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat di definisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Skinner (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2000: 9)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Sedangkan Slametto berpendapat bahwa
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. (Slameto,2003: 2)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa


yang dimaksud dengan belajar adalah suatu interaksi
individu dengan lingkungan yang menjadikan
perubahan yang kompleks baik dari keterampilan,
pengetahuan, dan sikap serta fungsi intelek yang
semakin berkembang.
Dan didalam proses pendidikan, selain belajar
juga ditemukan istilah pembelajaran. Pembelajaran
mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan
belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan
yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada
pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran akan mencakup berbagai komponen
lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas
pembelajaran. Menurut
Undang-undang
Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut
Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan
tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas
audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan
bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
lebih baik.
b. Komunikasi Matematis
Komunikasi secara umum dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan
informasi atau pesan yang berlangsung dalam suatu
komunitas. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
akan selalu terjadi komunikasi antara siswa dan guru,
siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai
fasilitator. Keberhasilan program pembelajaran salah
satunya dipengaruhi oleh bentuk komunikasi yang
digunakan guru pada saat berinteraksi dengan siswa.
Menurut Polla (1999), komunikasi adalah salah
satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran
metematika di dalam atau di luar kelas. Komunikasi
memegang peranan penting dalam matematika.
Menurut Priatna (2012: 12) Kemampuan komunikasi
matematik adalah kemampuan dalam matematika yang
meliputi penggunaan keahlian membaca, menulis,
menyimak, menelaah, menginterpretasikan, mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi
matematika. Selanjutnya Sumarmo (Priatna, 2012: 13)
mengemukakan kegiatan yang tergolong pada
komunikasi matematik diantaranya adalah: menyatakan
suatu situasi, gambar, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, idea, atau model matematik;
menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara
lisan atau tulisan; mendengarkan, berdiskusi, dan
menulis tentang matematika; membaca dengan

pemahaman suatu representasi matematika tertulis;


serta mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diasumsikan
bahwa komunikasi matematis adalah salah satu proses
pembelajaran matematika yang meliputi kegunaan
keahlian membaca, menulis, menyimak, menelaah
menginterpretasikan, mengevaluasi ide, simbol serta
informasi matematika baik lisan maupun tulisan yang
diungkapkan kembali kedalam suatu bentuk uraian atau
paragraf matematika dengan menggunakan bahasa
sendiri.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat
membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada
proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak
positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi serta
dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Suprijono, Agus (2010:54) Model pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru
Holubec dalam Nurhadi (2003) mengemukakan
belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran
melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih,
dan silih asuh..
Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari
istilah cooperative
learning. Cooperative
learning
berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim.
Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
dapat
menumbuh
kembangkan
keterampilan
komunikasi. Dalam pembelajaran ini guru memberikan
stimulus atau rangsangan berupa masalah yang harus
dipecahkan bersama. Dengan menghadapi masalah,
siswa akan lebih tertantang dan termotivasi serta
melibatkan
dirinya
untuk
berperan
aktif
menyelesaikannya sehingga tercapai tujuan untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif
adalah Student Team Achievement Division (STAD),
yaitu suatu pembelajaran secara berkelompok yang
beranggotakan 4-5 orang, mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnis. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD


siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu
dan saling membelajarkan teman sekelompoknya
dalam memahami materi pelajaran serta untuk
menyelesaikan
tugas akademik dalam rangka
mencapai ketuntasan belajar yang maksimal (Slavin,
2008).
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) yang dikembangkan
oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan pembelajaran
kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama
sebagai berikut:
Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan
seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes
berikutnya.
Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5
orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,
membandingkan
jawaban,
atau
memperbaiki
miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama
dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam
memahami materi pelajaran.
Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan
kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara
individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak
diperkenankan saling membantu.
Peningkatan skor individu. Setiap anggota
kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi
karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan skor rata-rata kelompok.
Penghargaan kolompok. Kelompok yang
mencapai
rata-rata
skor
tertinggi,
diberikan
penghargaan.
e. Pengembangan Komunikasi Matematis Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengutamakan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi dan membantu dalam
menguasai materi pembelajaran, maka pembelajaran
kooperatif tipe STAD dianggap mampu membantu
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil
penelitian Atun (2009) bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Selain itu, hasil
penelitian Indriati, dkk (2009) menunjukkan bahwa
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Hasil penelitian Nida (2011) yang menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang

dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena dalam


pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat belajar
kelompok, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan
untuk mengomunikasikan ide-ide matematikanya yang
bermanfaat
dalam
meningkatkan
kemampuan
komunikasi matematisnya. Hasil yang sama
Ditunjuukan oleh Tedi (2012) bahwa peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran
langsung. Hal ini disebabkan karena pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap siswa diberi
kesempatan
untuk
mengomunikasikan
ide-ide
matematikanya dalam membantu siswa lain yang
mengalami kesulitan dalam kelompoknya, sedangkan
pada pembelajaran langsung siswa kurang diberi
kesempatan
untuk
mengomunikasikan
ide-ide
matematikanya, sehingga kemampuan komunikasi
matematis pada siswa yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar
dengan pembelajaran langsung.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Nurlela (2012) yang menunjukkan bahwa
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan
karena
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
terdapat belajar kelompok, sehingga siswa dapat
bekerja sama dan saling membantu dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan
yang
dialaminya
selama
menyelesaikan permasalahan matematika.
Selain itu, pembelajaran koopertif tipe STAD
juga menggunakan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).
Dalam LAS tersebut disajikan masalah-masalah
kontekstual yang mengukur kemampuan komunikasi
matematis, sehingga membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya.
Disamping itu, pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD juga terdapat belajar kelompok. Masalahmasalah yang terdapat pada LAS tersebut didiskusikan
oleh siswa selama belajar kelompok, sehingga siswa
bekerja sama dan sling membantu dengan
mengomunikasikan ide-ide matematikanya dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada
LAS tersebut. Hal tersebut bermanfaat bagi siswa
dalam
meningkatkan
kemampuan
komunikasi
matematisnya.
Dari jurnal ini dapat diasumsikan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
dikembangkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD mengutamakan pada aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
dan membantu dalam menguasai materi pembelajaran,
sehingga pembelajaran dengan menggunakan model ini
dapat membantu dalam mengembangkan komunikasi
matematis siswa serta membantu mengatasi kesulitan
yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan
matematika.

4. KESIMPULAN
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa.
Pengaruh tersebut dilihat dari
kemampuan komunikasiMatematis siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
tinggi dari pada kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Sehingga model kooperatif tipe STAD ini dapat
membangun serta meningkatkan komunikasi matematis
pada siswa.
5. DAFTAR PUSTAKA
Atun, I. 2009. Pembelajaran Matematika dengan
Strategi Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa.
Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober
2009, P. 7, 10, diakses pada 13 April 2016 , dari
alamat (http://file.upi.edu/ Direktori /JURNAL
/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12Oktober_
2009/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DE
NGAN_STRATEGI_KOOPERATIF_TIPE_ST
UDENT_TEAMS_ACHIEVEMENT_DIVISIO
NS_UNTUK_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN_KOMUNIKASI_MATEMATIK_SISWA
. pdf,).
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Kajian
Kebijakan
Kurikulum
Mata
Pelajaran
Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Indriati, Hartono, Y., dan Hiltrimartin, C. 2009.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan Soal soal Pemecahan
Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di
SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 3, No.1, Juni 2009, P. 51,
diakses pada 13 April 2016, dari alamar,
(eprints.unsri.ac.id/463/2/cecil3.pdf,).
Isjoni.

2009. Cooperative
Alfabeta.

Learning.

Bandung:

Mudjiono dan Dimyati. 2000. Belajar


Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

dan

National Council of Teachers of Mathematics. 2000.


Principles and Standards for School
Mathematics. Reston, VA: National Council
ofTeachers of Mathematics.
Nida, J. 2011. Penerapan Pembelajaran Koopratif
Tipe STAD (Student Teams Achievment
Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman

dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok


Bahasan Bangun Ruang. Tesis Universitas
Pendidikan Indonesia, diakses pada 13 April
2016, dari alamat (http://aresearch.upi.edu/ tesis
view.php?no_tesis=568)
Nurhadi, Agus Gerald Senduk, 2003, Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
/CTL), Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.
Priatna, N. (2012). Mengembangkan Penalaran dan
Kemampuan Memecahkan Masalah melalui
Strategi Daya Matematik di Sekolah. Pidato
Disajikan
pada
Pengukuhan
Guru
Besar/Profesor dalam Bidang Pendidikan
Matematika
pada
Fakultas
Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia pada Tanggal
26 April 2012. Bandung.
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Logis dan Kemunikasi Matematika
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Desertasi
Doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori,
Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori
& Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tedi, R. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Disertai Tugas Bentuk
Superitem. Tesis Universitas Pendidikan
Indonesia. Diakses pada 13 April 2016, dari
alamat (http://a- research.upi.edu/tesisview.php?
no_tesis=2110,).

Anda mungkin juga menyukai