Anda di halaman 1dari 21

dan untuk angka kejadian (epidemiologi) dari vertigo adalah

sebagai berikut, menurut Prevalensi angka kejadian vertigo perifer


(BPPV) di Amerika Serikat adalah 64 dari 100.000 orang dengan
kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV diperkirakan sering
terjadi pada usia rata-rata 51-57,2 tahun dan jarang pada usia di
bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala.(Dewanto, 2009)

Vertigo

diklasifikasikan

menjadi

dua

kategori

berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan,


yaitu

vertigo

periferal

dan

vertigo

sentral.

Saluran

vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga


yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh
ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal
terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas
keseimbangan. Tabel.
menyertai

mengontrol
Gejala

yang

sering

vertigo No. Vertigo Periferal

(Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)


1. Pandangan gelap Penglihatan ganda
2. Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan

3. Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah


4. Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5. Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6. Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7. Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8. Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9. Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo
periferal

antara

lain

penyakitpenyakit

seperti

benign

parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan


pengiriman

pesan),

keseimbangan

penyakit

yang

sering

kali

meniere

(gangguan

menyebabkan

hilang

pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel


saraf keseimbangan), dan labyrinthitis
bagian

dalam

(radang

di

pendengaran). Sedangkan vertigo

sentral terjadi jika ada sesuatu

yang tidak normal di

dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu


daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
1) Vertigo Vestibular
Perasaan berputar akibat terganggunya sistem saraf
keseimbangan yang dimulai dari bagian dalam telinga,
batang otak, sampai otak besar.
antara

lain

sekitarnya,
trauma

adanya
infeksi

kepala.

infeksi
otak,

Penyebabnya
di

sinus

tumor

dan
otak,

Vertigo vestibular dibedakan menjadi


2, yaitu :

Tipe sentral
Gangguan terjadi pada batang otak sampai otak
besar.

Tipe perifer
Gangguan terletak pada batang otak sampai
labirin di telinga bagian dalam.

2) Vertigo Non-Vestibular
Biasanya berupa perasaan bergoyang akibat
gangguan pada sistem visual, misalnya kelainan
refraksi mata maupun gangguan pada

sistem proprioseptik (sumsum tulang belakang),


misalnya gangguan pada saraf tepi.
Jika ada gangguan pada sistem ini, yang lazim disebut
vertigo vestibular, dunia akan

terasa seperti berputar.

Serangan

umumnya terjadi secara

vertigo

jenis

ini

mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa


mual/muntah,

kadang-kadang

ada

denging

di

telinga.

Pencetus serangan ini adalah gerakan kepala.


Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan
kejadian tersebut:
1.

Teori rangsang berlebihan (overstimulation)


Teori ini berdasarkanasumsi bahwa rangsang yang
berlebihan

menyebabkan

hiperemi

kanalissemisirkularis sehingga fungsinya terganggu;


akibatnya akan timbul vertigo,nistagmus, mual dan
muntah. (Riyanto,2004)
2.

Teori konflik sensorik


Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan
sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik
perifer

yaitu

antara

mata/visus,

vestibulum

danproprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri


masukan

sensorik

Ketidakcocokan
kebingungan

dari

sisi

tersebut

sensorik

di

kiridan

kanan.

menimbulkan

sentralsehingga

timbul

respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi


bola mata),ataksia atau sulit berjalan (gangguan
vestibuler,

serebelum)

atau

rasamelayang,

berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda


dengan teorirangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan

gangguan

proses

sebagai penyebab. (Riyanto,2004)

pengolahansentral

3.

Teori neural mismatch


Teori
konflik

ini

merupakan

pengembangan

teori

sensorik; menurut teori ini otakmempunyai

memori/ingatan

tentang

pola

gerakan

tertentu;

sehingga jika padasuatu saat dirasakan gerakan yang


aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yangtelah
tersimpan,
otonom.

timbul
Jika

pola

reaksi

dari

gerakanyang

susunan
baru

saraf

tersebut

dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme


adaptasisehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul
gejala. (Riyanto,2004)
4.

Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf


otonom

sebagai

usaha

gerakan/perubahanposisi;

gejala

adaptasi
klinis timbul jika

sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknyahilang jika


sistem parasimpatis mulia berperan. (Riyanto,2004)
5.

Teori neurohormonal
Di

antaranya

teori

histamine

(Takeda),

teori

dopamine (Kohl) dan teoriserotonin (Lucat) yang


masing-masing

menekankan

neurotransmittertertentu
sistem

saraf

peranan

dalam

otonom

mempengaruhi

yang

menyebabkan

timbulnyagejala vertigo. (Riyanto,2004)


6.

Teori sinap
Merupakan
yang

pengembangan

meninjau peranan

perubahan-perubahan
pada

proses

adaptasi,

teori

sebelumnya

neurotransmisidan

biomolekuler yang terjadi


belajardan

daya

ingat.

Rangsangan gerakan menimbulkan stres yang akan


memicu sekresiCRF (cortico tropin releasing factor);
peningkatan kadar CRFselanjutnya akanmengaktifkan
susunan

saraf

mencetuskan

simpatik

yang

selanjutnya

mekanismeadaptasi

berupa

meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.


Teori ini dapatmenerangkan gejala
sering

timbul

berupa

pucat,

penyerta

yang

berkeringat diawal

serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang


berkembang

menjadi

gejalamual,

muntah

dan

hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi


aktivitassusunan saraf parasimpatis. (Riyanto,2004)

1) Pemeriksaan laboratorium yang berguna dalam


evaluasi penderita vertigo meliputi:
a.

Respon potensial auditorik (BAEP), terutama


sensitive untuk neuroma akustik

b. Elektronistagmografi (ENG), sensitive untuk


labirintopati perifer. c.
d. Profil
lipid e.
Asam urat
f.

Hemostasis

Darah lengkap

2) Foto rontgen servikal


3) Neurofisiologi sesuai
indikasi a.

EEG

(elektroensefalografi) b.
EMG (elektromiografi)
c.

Audiometri

4) Neuroimaging : CT scan, MRI, dan arteriografi


B. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan

fisik

yang

menyeluruh

sebaiknya

difokuskan pada evaluasi neurologis terhadap saraf-saraf


kranial dan fungsi serebelum, misalnya dengan melihat
modalitas
fungsi

motorik

serebelum

gerakan bola
menunjukkan

dan

dilakukan

mata;

harus

Penilaian

dengan

adanya
auditorius

dilakukan

untuk

terhadap

menilai

nistagmus

adanya gangguan

Pemeriksaan kanalis
juga

sensorik.

fiksasi

(horizontal)

vestibuler

sentral.

dan membran timpani


menilai

ada

tidaknya

infeksi telinga tengah, malformasi, kolesteatoma, atau


fistula perilimfatik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan
tajam pendengaran. (Wahyudi, 2012)
Tes Keseimbangan
Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit gawat
darurat maupun di ruang pemeriksaan lainnya, mungkin
akan memberikan banyak informasi tentang keluhan
vertigo.
dilakukan

Beberapa
untuk

pemeriksaan
melihat

dan

klinis

yang

menilai

mudah

gangguan

keseimbangan diantaranya adalah: Tes Romberg. Pada


tes ini, penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan

kaki yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari


kaki yang lain (tandem). Orang yang normal mampu
berdiri dalam sikap Romberg ini selama 30 detik atau
lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka
dankemudian dengan mata tertutup merupakan skrining
yang sensitif untuk kelainan keseimbangan. Bila pasien
mampu berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata
tertutup, dianggap normal. (Wahyudi, 2012)
Tes melangkah di tempat (stepping test)

Penderita harus berjalan di tempat dengan mata


tertutup sebanyak
50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan
tidak diperbolehkan beranjak dari tempat semula. Tes
ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan sistem
vestibuler. Bila penderita beranjak lebih dari 1 meter dari
tempat semula atau badannya berputar lebih dari 30
derajat

dari

penderita

keadaan

mengalami

semula,

dapat

gangguan

diperkirakan

sistem

vestibuler.

(Wahyudi, 2012)
Tes salah tunjuk (pastpointing)
Penderita

diperintahkan

lengannya dan telunjuk


menyentuh

telunjuk

untuk

penderita

merentangkan
diperintahkan

pemeriksa. Selanjutnya, penderita

diminta untuk menutup mata, mengangkat lengannya


tinggi-tinggi (vertikal) dan kemudian kembali pada posisi
semula. Pada gangguan vestibuler, akan didapatkan salah
tunjuk. (Wahyudi, 2012)
Manuver Nylen-Barany atau
Hallpike
Untuk menimbulkan vertigo pada penderita dengan
gangguan sistem vertibuler, dapat dilakukan manuver
Nylen-Barany atau Hallpike. Pada tes ini, penderita duduk
di pinggir ranjang pemeriksaan, kemudian direbahkan
sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan
sudut sekitar 30 derajat di bawah horizon, lalu kepala
ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala
melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke
kanan. Penderita harus tetap membuka matanya agar
pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya nistagmus.

Kepada

penderita

ditanyakan

apakah

merasakan

timbulnya gejala vertigo. (Wahyudi, 2012)


Tes
kalori
Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan
tidak ada perforasi membran timpani maupun serumen.
Cara melakukan tes ini adalah dengan memasukkan air
bersuhu 30 C sebanyak 1 mL. Tes ini

berguna untuk mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing,


dan gangguan fiksasi bola mata. (Wahyudi, 2012)
Secara
umum,
penatalaksanaan
mempunyai tujuan utama:

medika-mentosa

(i) mengeliminasi keluhan vertigo, (ii) memperbaiki prosesproses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi gejalagejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan
obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di
antaranya adalah:
a) Antikolinergik
Antikolinergik

merupakan

obat

digunakan untuk penanganan

pertama

vertigo,

yang

yang
paling

banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin.


Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan
dalam satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan
sebagai supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik.
Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek ratarata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul
terutama berupa gejala-gejala penghambatan reseptor
muskarinik

sentral,

seperti

gangguan

memori

kebingungan (terutama pada populasi lanjut


ataupun gejala- gejala

penghambatan

dan
usia),

muskarinik

perifer,

seperti

gangguan

visual, mulut kering,

konstipasi, dan gangguan berkemih.


b) Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat
ini

merupakan

diresepkan

untuk

antaranya
dimenhidrinat,

antivertigo
kasus

adalah

yang

vertigo,dan

paling

banyak

termasuk

difenhidramin,

di

siklizin,

meklozin,

dan

prometazin.

Mekanisme

antihistamin

sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,


tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap
reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki
motion sickness. Efek sedasi merupakan efek samping
utama dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini
biasanya

diberikan

per

oral,

dengan

lama

kerja

bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12


jam (misalnya, meklozin).
c) Histaminergik
Obat

kelas

digunakan
Eropa,

ini

diwakili

oleh betahistin

sebagai antivertigo

tetapi

merupakan

tidak

di

prekrusor

di

beberapa

yang
negara

Amerika. Betahistin sendiri


histamin.

Efek

antivertigo

betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi,


perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah
telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian
per oral, betahistin diserap dengan baik, dengan kadar
puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan
nyeri kepala dan mual.
d) Antidopaminergik
Antidopaminergik

biasanya

digunakan

untuk

mengontrol keluhan mual pada pasien dengan gejala


mirip-vertigo.

Sebagian

besar

antidopaminergik

merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada


vestibuler

tidak

diketahui

dengan

pasti,

tetapi

diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik


(H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama
kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12
jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai

antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid.


Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama
adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa
keluhan

yang

berhubungan

dengan

gejala

ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,


distonia akut, dan sebagainya.
e) Benzodiazepin

Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang


akan berikatan di

tempat

khusus

pada

reseptor

GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan


terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti
halnya

obat-obat

sedatif,

akan

memengaruhi

kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari


benzodiazepin

adalah

sedasi,

hipnosis,

penurunan

kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta


antikonvulsan.

Beberapa

obat

golongan

ini

yang

sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan


klonazepam.
f)

Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat
kanal kalsium di dalam sistem vestibuler, sehingga akan
mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat
kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal
kalsium

yang

diindikasikan

untuk

penatalaksanaan

vertigo; kedua obat ini juga digunakan sebagai obat


migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium,
ternyata fl unarizin dan sinarizin mempunyai efek
sedatif,

antidopaminergik,

serta

antihistamin-1.

Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin


mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar
mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat
dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4
bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping
jangka pendek dari penggunaan obat ini terutama
adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan. Efek
jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi
dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih
banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
g) Simpatomimetik

Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin,


harus digunakan secara hati-hati karena adanya efek
adiksi.
h) Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme
kerja obat ini sebagai antivertigo tidak diketahui dengan
pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai prekrusor
neuromediator yang memengaruhi aktivasi

vestibuler aferen, serta diperkirakan mempunyai efek


sebagai antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa
efek samping penggunaan asetilleusin ini di antaranya
adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di
tempat injeksi.
i)

Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan
mempunyai efek antivertigo di antaranya adalah ginkgo
biloba,

piribedil

(ago-nis

dopaminergik),

dan

ondansetron.
Penatalaksanaan vertigo sentral:
1) Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui sebabnya,
kalau

penyebabnya

diketahui

pengobatan

kausal

merupakan pilihan utama.


2) Terapi simtomatik
Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu
rasa verigo (berputar, melayang) dan gejala otonom
(mual, muntah) gejala yang paling berat pada vetigo
vestibular fase akut, menghilang beberapa kali karena
ada

kompensasi.

bekerja

sebagai

Obat-obat
supresan,

anti

vertigo

maka

biasanya

pemberiannya

secukupnya untuk mengurangi gejala supaya tidak


menghambat adaptasi/ kompensasi sentral.
3) Terapi rehabilitasi: menggunakan metode brandt-daroff
Untuk menimbulkan dan meningkatkan
sentral. Mekanisme kerjanya melalui:

kompensasi

a.

Substitusi sentral oleh sistem visual dan


somatosensorik untuk fungsi vestibular yang
terganggu

b. Mengaktifkan kembali pada inti vestibular


oleh serebelum sistem visual dan somatosensorik
c.

Menimbulkan
respon

habituasi

berkurangnya

terhadap stimulasi sensorik.

Untuk pengobatan rehabilitative ini diberikan latihan


yang disebut latihan vestibuler:
a) Metode brandt-daroff, untuk pengobatan
benign paroxysmal positional vertigo.

b) Latihan visual vestibuler


Pada pasien yang masih berbaring:
1)

Melirik ke atas, ke bawah, ke samping, ke


kiri, kanan, selanjutnya

gerakan

serupa

sambil menatap jari yang digerakkan pada


jarak 30 cm, mula-mula lambat makin lama
makin cepat.
2)

Gerakan kepala fleksi dan ekstensi makin


lama makin cepat, mata buka dan mata
tutup.

Untuk pasien yang sudah bisa duduk:


1) Gerakkan kepala dengan cepat ke atas dan
ke bawah sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10
detik sampai vertigo hilang, ulangi latihan
sebanyak 3 kali

2)

Gerakkan kepala menatap ke kiri, kanan,


atas, bawah selama 30 detik, kembali ke
posisi biasa selama 30 detik, ulangi latihan
sebanyak 3 kali

3)

Sambil

duduk

membungkuk

dan

mengambil benda yang diletakkan dilantai


Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/ berjalan:

1)

Sambil

berdiri

gerakan

mata,

kepala, seperti latihan diatas.


2) Duduk dikursi lalu berdiri dengan mata
terbuka dan tertutup.
3) Latihan berjalan (gait exercise) (Jalan
menyeberang ruangan dengan mata
terbuka

dan

mata

tertutup,

Berjalan tandem dengan mata terbuka


dan tertutup bergantian.
tandem

dengan

Lalu

jalan

kepala menghadap

ke atas, Jalan turun naik pada lantai


miring atau undakan, mata tertutup
dan

terbuka

mengelilingi
melempar

bergantian,
seseorang

bola,

Olahraga

Jalan
sambil
bowling,

basket, jogging dll)


4) Terapi operasi : prosedur operasi dilakukan bila
proses reposisi kanalis tidak berhasil.

Anda mungkin juga menyukai