Health-care Associated Infections (HAIs) adalah penyakit infeksi yang pertama muncul
(penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara dua sampai
empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya yang
berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan baik melalui pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat.
Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari
proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya,
petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang lainnya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan
berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah
sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4. Sumber lainnya
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan
umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh
pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
b. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak penyebaran
pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,
hidung, mulut contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus
influenza type b (Hib), virus Influenza, mumps, rubella.
c. Airborne: partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang
mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang
luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor lain
yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
C. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi
(patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu
dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs),
baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen Kesehatan, 2009).
E. Hal Penting tentang PPI yang Harus Diketahui Oleh Pasien dan Keluarga Pasien:
1. Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat
Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan tangan
dengan cuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan
menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan
6 langkah. Dapat memakai sabun dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan
tubuh ke wajah. Selain itu, masker mencegah penularan kuman patogen melalui mulut dan
hidung.
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada
wajah (jenggot). Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan
hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-
selanya.
1. Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang
tipis).
2. Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali
melewati atas telinga.
3. Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
4. Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah sesuatu yang tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis
seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan. Penyimpanannya pada
tempat sampah berplastik hitam.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau. Fasilitas pelayanan kesehatan termasuk dalam Kawasan
Tanpa Rokok.
Tidak mungkin seseorang yang hanya sakit ringan diharuskan di inapkan di RS. Bila seseorang
sampai diharuskan di inapkan di RS berarti orang tersebut menderita suatu penyakit yang cukup
serius. Dan seperti anda tahu, hal yang menunjang penyembuhan bukanlah obat semata, istrahat
yang cukup juga menunjang penyembuhan. Dengan berkunjung hanya jam besuk, anda
memberikan waktu istrahat yang cukup bagi pasien untuk memulihkan kesehatannya.
6. Lebih baik tidak berkunjung ke Rumah Sakit bila dalam keadaan sakit
7. Tidak membawa anak <12 tahun untuk berkunjung/ menginap di Rumah Sakit
Anak-anak memiliki kekebalan tubuh yang belum sempurna, sehingga perlindungan tubuh
terhadap paparan bakteri, virus dan kuman-kuman lain yang ada dirumah sakit tidak sebaik
pada mereka para orang tua yang memiliki imunitas tubuh lebih baik. Itulah sebabnya anak
kecil biasanya mudah sakit karena lebih rentan untuk tertular penyakit.
Membawa anak, selain risiko tertular penyakit, kerugian lain yang mungkin didapat adalah
timbulnya trauma pada anak sehingga jika suatu saat anak sakit akan sulit/takut di bawa ke
dokter atau rumah sakit. Trauma itu timbul karena kesan menyeramkan dan menakutkan
kadang-kadang masih terdapat dibeberapa rumah sakit khusunya rumah sakit daerah dengan
bangunan-bangunan tua peninggalan belanda. Penyebab ketakutan/trauma lainnya bisa juga
akibat anak melihat pasien yang berdarah-darah pada kasus kecelakaan lalu lintas, atau melihat
pasien yang sedang merintih kesakitan, hingga mereka yang sedang mengalami sakaratul maut.
Bagi anak hal-hal semacam itu dapat selalu terngiang didalam pikiran mereka, sehingga
membuat mereka menjadi antipati/ phobia terhadap rumah sakit. Selain menyebabkan dampak
kerugian pada anak, membawa anak ke rumah sakit dikhawatirkan akan mengganggu istirahat
pasien. Seperti kita tahu anak sering mudah rewel/ menangis, lari ke sana kemari, teriak-teriak
sambil bermain. Hal semacam itu kelihatan sepele, namun dapat mempengaruhi kondisi
penyembuhan pasien.
Air liur atau ludah adalah cairan tubuh yang terdapat di mulut. Sebenarnya cairan ini sangat
bermanfaat bagi metabolisme tubuh karena membantu mulut tetap lembap dan membantu
pencernaan. Selain itu, air liur juga berfungsi untuk membersihkan makanan dari lapisan mulut
dan membantu menumbuhkan lapisan gigi yang rusak.
Meski demikian, dalam kondisi tertentu air liur atau ludah juga ternyata bisa menularkan
penyakit. Ada beberapa bakteri atau virus penyakit yang betah hidup di air liur misalnya
influenza, batuk, tuberculosis (TBC), herpes, hingga hepatitis B.
Anda perlu berhati-hati jika menemukan orang yang meludah sembarangan. Jangan sampai
ludah orang lain mengenai kita atau sebaliknya, karena bisa saja bakteri atau virus penyebab
jenis jenis penyakit ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Yayasan. Mutiara. Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2010. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok:
Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi
4. Vol 1. Jakarta : EGC
http://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/
http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/jangan-ajak-anak-anak-ke-rumah-
sakit_5520423aa333112745b65a6b