Proses Terbentuknya Intan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Proses Terbentuknya Intan >> Diamond

Posted by idiot on duty 25 Agustus 2012 0 comments

Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami di kedalaman
tertentu dari permukaan bumi, termasuk dalam kelompok mineral Carbon sebagai mineral
utama penyusun intan (diamond).
Mineral Carbon terdapat di alam dengan 3 bentuk dasar, yaitu sebagai :
1. Diamond (Intan)- Sangat Keras, dengan kristal (berwarna) jernih
2. Graphite- Lunak, berwarna hitam, tersusun dari (unsur) carbon murni, struktur
molekulernya tidak padat sekuat diamond (intan), hal tersebutlah yang menjadikan
graphite lebih lunak dibandingkan diamond.
3. Fullerite, merupakan mineral yang terbuat dari molekul yang berbentuk bulat
sempurna yang tersusun dari 60 atom Carbon
Intan terbentuk pada kedalaman 100 mil (161 Km) di bawah permukaan bumi, pada batuan
yang cair pada bagian mantel bumi yang memiliki temperature dan tekanan tertentu yang
memungkinkan untuk merubah (mineral) carbon menjadi intan

Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan hasil pembentukan proses jutaanmilyar tahun yang lalu, erupsi magma yang sangat kuat membawa intan-intan tersebut ke
permukaan, membentuk pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari penemuan pertama
pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.

Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan yang kita sebut sebagai endapan
intan alluvial, pada dasarnya intan type alluvial juga berasal dari pipa Kimberlite purba yang
kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa pengangkutan oleh air atau glacier yang
berlangsung pada jutaan-milyar tahun yang lalu, sehingga intan-intan yang berasal dari pipa
kimberlite tersebut terbawa bermil-mil jauhnya dari tempat asalnya dan kemudian
terendapkan di dasar sungai.

Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu yang masih kasar, sehingga harus melalui
beberapa proses terlebih dahulu agar tercipta sebagai perhiasan yang berkilau untuk
kemudian menjadi barang yang komersil.
Keterdapatan Intan di Kalimantan
plume tectonics dan pipa intan kimberlite: Kalimantan case.

Anthony Evans dalam bukunya, An Introduction to Economic Geology and Its


Environmental Impact (Blackwell Science, 1997) menulis kadar2 intan di pipa
kimberlite/lamproite di seluruh dunia. Yang paling miskin (kimberlit Lesotho : 0,309
karat/ton) - yang paling kaya (Argyle AK1 Lamproite di Australia Barat punya kadar intan 4
karat/ton). Bandingkan dengan kadar intan Pamali intrusive breccia yang hanya 0,0035
karat/ton. Bagaimana intan Martapura bisa punya kadar 0,47 karat/ton ? Rasanya, proses
enrichment pun tak akan mendongkrak kadar sampai 134 kali bukan ? Lalu, dari mana asal
intan Martapura ?
Melihat peta penyebaran intan di seluruh dunia (Evans, 1997), jelas tergambar di situ bahwa
deposit intan yang besar selalu berasosiasi dengan daerah continental craton (> 1500 Ma old).
Teori terbaru sekarang tentang origin of diamonds adalah bahwa intan bukanlah hasil
kristalisasi magma di intrusi ultrabasa (akan in-situ), tetapi bahwa intan adalah ex-situ,
mereka adalah mineral2 di upper mantle yang terbawa hot plume mantle yang sedang upwelling. Maka, intan bukanlah fenokris, tetapi xenokris.
Mengherankan, sejak Koolhoven (1935) menulis laporannya tentang asal intan Kalimantan
(Het Primaire Voorkomen van den Zuid-Borneo Diamant - Primary Occurrences of the
South Kalimantan Diamond), riset tentang ini tak mengalami kemajuan yang signifikan
sampai saat ini pun.
Prof. Adjat Sudradjat, di dalam bukunya, Teknologi dan Manajemen Sumberdaya MIneral
(ITB, 1999) masih menulis bahwa asal intan Kalimantan ini tak diketahui dari mana. Lima
puluh tahun sebelumnya (1949), van Bemmelen pun mengindikasikan hal yang sama.

Memang, Koolhoven (1935) menyebutkan bahwa a pipe of ultrabasic rock yang disebutnya
Pamali intrusive breccia adalah sumber intan di Kalimantan Selatan. Tetapi, semua buku
menuliskan bahwa kadar intan di breksi Pamali (bukan Pemali seperti di Jawa Tengah ya..)
sangat kecil, jauh di bawah kadar intan yang ditemukan di endapan placer-nya. Kata Pak
Soetarjo Sigit dkk di bukunya Mineral Deposits of Indonesia (1962), tidak ekonomis
menambang intan di breksi Pamali itu.
Ini kadar2 intan di Kalimantan Selatan (van Bemmelen, 1949 vol IB) : pipa ultrabasa breksi
intrusif Pemali : 0,0035 karat/ton (1 karat intan = 0,20 g), enriched top soil Pamali : 0,035
karat/ton, diamond bearing gravels placer deposits : 0,47 karat/ton. Nah, intan terbesar yang
pernah ditemukan di endapan plaser itu adalah yang ditemukan di desa Cempaka, Kal Sel
seberat 166 karat (33 gram). Cukup besar, hampir sebanding dengan intan Kohinoor
kepunyaan raja Lahore, India sebelum dibelah (186 karat), tetapi jauh lebih kecil
dibandingkan intan terbesar yang pernah ditemukan di Afrika Selatan, intan Cullinan (3024
karat - 602 gram) yang kata buku Munaf (1956) - Ensiklopedia Indonesia (termasuk
ensiklopedia Indonesia pertama) dihadiahkan pemerintah AfSel ke raja Inggris Edward VII.
Nah, benarkah Koolhoven bahwa breksi intrusif Pamali itu sumber primer intan di
Martapura ? Tidak tahu, sebab praktis tak ada riset ke arah situ yang serius. Kalau melihat
kadar2 intan antara placer deposits di Martapura dan primary deposits di breksi Pamali itu,
maka diragukanlah kebenaran Koolhoven itu. Koolhoven (1935) dan van Bemmelen (1949)
menyebutkan bahwa breksi intrusif Pamali itu adalah model kimberlitic pipe intrusive di
Afrika Selatan. Betulkah ? Kadar intan yang dilaporkan mereka tak mendukung analogi ini.
Bagaimana hubungan antara intan dan craton bagus dipelajari dari artikel Dante Canil
(University of Victoria, British Columbia, Canada) yang risetnya dalam 15 tahun terakhir
berhubungan dengan mantle listosphere, dalam GSA Today vol. 18, no. 6, June 2008, hal.
4-10, melaporkan kemajuan terbaru tentang pengetahuan ini.
Dalam artikel berjudul, Canadas craton : A bottoms-up view, Canil menulis tentang bagian
craton Canada di Archean Slave Province, Mackay Lake, yang disusun polymetamorphic
gneiss berumur sekitar 3300 juta tahun. Craton ini diintrusi banyak sekali pipa kimberlit yang
membawa intan. Pipa kimberlit ini membawa xenolith peridotit dan sedikit eklogit berasal
dari akar craton di wilayah mantel.
Penelitian ini beraplikasi kepada eksplorasi intan pada pipa kimberlit yang menembus craton,
dan keberadaan intra-cratonic basin yang bisa menjadi habitat hidrokarbon organik dan
anorganik.

Craton didefinisikan sebagai bagian stabil lempeng benua yang tidak lagi mengalami
deformasi tektonik dalam waktu yang lama (milyaran tahun) (Bleeker, 2003, the late Archean
record : puzzle in ca. 35 pieces, Lithos v. 71, p.99-134). Saat ini telah diidentifikasi sebanyak
35 segmen/provinsi kerak Bumi berumur Archean (> 2500 juta tahun, berdasarkan skala
waktu geologi terbaru dari Gradstein et al., 2004) yang diidentifikasi sebagai craton.
Bagian massa litosfer terbesar dari suatu craton adalah bagian litosfer yang terletak di bawah
diskontinuitas M (Mohorovicic) yang lazim disebut litosfer mantel. Kekuatan dan stabilitas
jangka panjang suatu craton bergantung kepada sifat litosfer mantelnya. Begitu
berpengaruhnya, sehingga sifat litosfer mantel ini akan menentukan asal benua. Dalam hal
ini, patut diperhatikan perbedaan definisi antara berapa tebal kerak benua, posisi
diskontinuitas M, tebal litosfer, dan tebal astenosfer (agar tak membingungkan, pengertian
dasar pembagian kerak-mantel-inti harus dibedakan dengan litosfer-astenosfer-mesosfer-inti).
Artikel Canil (2008) memberikan ringkasan tentang faktor-faktor termal, petrologi, dan
geologi untuk pehamaman evolusi cratonic lithosphere (meliputi kerak benua maupun mantle
lithosphere) berdasarkan xenoliths yang dibawa pipa kimberlit yang mengintrusi craton.
Canada berpusat di suatu craton yang besar dan bagian tersingkapnya merupakan singkapan
kerak Archean terluas di dunia. Kayanya pipa-pipa kimberlit yang membawa intan ke
permukaan menjadikan wilayah ini sebagai fokus utama riset eksplorasi intan selama 15
tahun terakhir.Survey geofisika dalam proyek-proyek bernama DeepProbe, Kaapvaal, dan
sebagainya selama beberapa tahun terakhir dilakukan di atas craton Canada. Tujuan survey
ini adalah untuk mendapatkan geophysical imaging litosfer di bawah craton. Penelitian
geologi dan geokimia atas singkapan batuan-batuan mantel berupa xenoliths yang dibawa
kimberlit seolah bagai jendela untuk masuk ke dalam mantel. Gambaran craton dan litosfer
mantel di bawahnya yang diperoleh dari geophysical imaging dan sifat komposisi serta ciri
termal bagian bawah craton berdasarkan xenoliths, bila digabungkan akan memberikan
gambaran lebih utuh tentang craton dan evolusinya. Xenoliths ini umumnya berupa peridotit.
Maka disimpulkan bahwa mantle lithosphere adalah residu leburan peridotit. Pada tekanan di
bawah 3 Gpa (giga pascal) sistem ini akan menghasilkan olivin.
Berdasarkan pemelajaran termal, diketahui bahwa struktur termal bagian craton Canada di
Slave Province mantle tak berubah secara signifikan selama 500 juta tahun terakhir. Struktur
termal yang tetap ini kontras dengan struktur petrologinya yang bervariasi baik secara lateral
maupun vertikal diikuti dengan tingkat depletion-nya yang berbeda-beda berdasarkan bukti

garnet geochemistry. Variasi ini juga sejajar dengan kejadian seismic anisotropy. Thermal
steady-state ini tidak diketahui apakah begitu juga untuk periode yang lebih tua, misalnya
pada ujung Archean (2500 juta tahun) saat Slave Province mulai stabil. Indikasi dari
paleogeothermal masih sulit untuk diduga-duga.
Untuk mengetahui umur cratonic mantle roots digunakan isotop Re-Os (Renium-Osmium)
dan isotop 187Osmium-188Osmium pada peridotit yang dibawa pipa kimberlit dari mantle
lithosphere. Hasilnya bervariasi dari 3500 juta tahun sampai 500 juta tahun. Disimpulkan
bahwa mantle lithosphere telah berperan dalam pembentukan craton pertama (3,5 Ga) juga
pengakaran-nya (cratonic mantle rooting) kembali pada periode berikutnya (0,5 Ga).
Geophysical imaging menunjukkan bahwa di bawah craton Archean ini ada tumpukan
mantle lithosphere yang membentuk sistem perakaran bagi craton. Berdasarkan buktibukti geologi dan geokronologi, diketahui bahwa pembentukan tahap akhir dan amalgamasi
mantle root ini terjadi 500-1000 juta tahun lebih kemudian daripada umur litosfer Archean
yang membentuk craton.
Demikian sedikit catatan dari artikel Canil (2008). Craton Canada adalah craton yang paling
banyak dipelajari di dunia. Banyak riset tentang craton yang dilakukan di sini menjadi model
untuk craton lain di seluruh dunia (seperti craton-craton di Australia, Afrika, Asia, Amerika).
Pengetahuan ini tidak hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan geologi, tetapi juga telah
bermanfaat untuk eksplorasi intan. Geophysical imaging-nya dapat dimanfaatkan untuk
eksplorasi migas di intra-crattonic basin, dan struktur termalnya dapat dimanfaatkan dalam
hal pengkajian pembentukan migas secara anorganik.
Nah,

di

Kalimantan

kita

punya

craton

kecil

(Schwaner)

yang

disebut

dan

disatukan dengan Laut Jawa sampai ke Malaya oleh Ian Metcalfe (1996) menjadi SW
Kalimantan craton. Dan di Kalimantan, intan tak hanya ada di Martapura, tetapi juga di
Purukcahu (KalTeng) dan Sanggau (KalBar). Mengapa kita tak mencoba mengkaji origin of
diamonds in Kalimantan secara lebih serius ? tetapi secara ringkas boleh disebutkan bahwa
belum ada bukti intrusi pipa kimberlite ditemukan di Kalimantan. Pak Dr. Ade Kadarusman
(INCO) yang pernah mempelajari asal intan di Kalimantan pernah menulis (2005) alternatif2
asal intan di Kalimantan sebagai berikut:

Ultrahigh pressure (UHP) metamorphic origin; source from Meratus Complex


-Peridotitic origin (Pearson et al., 1995); source from Bobaris peridotite (largely based
on Koolhoven and van Bemmelen description).

Meteoritic origin; presence of textites and impact-crater like structure in north


Martapura

Kimberlite/lamproite origin (Bergman et al, 1987;1988; Spencer et al, 1988); source


from the cratonic core of central Borneo (now eroded)

Lamproite origin (Parkinson et al, 2000); source from rifted Australian fragment
containing diamondiferous craton.

Anda mungkin juga menyukai