Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula
yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan
pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau
lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000о C. Intan
mempunyai hablur dengan sistem kubus, umumnya berwarna bening tetapi
kadang-kadang berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis
3,52 dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom 1,54оA, kekerasan 10
skala Mohs atau 8000-8500 knop. Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata
intan yang dalam bahasa Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan
dari bahasa Belanda, diamant sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti
tidak terhancurkan. Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat
arah kelemahan atau bidang belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal
ini akan terbelah meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan
bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi
intan berbutir besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam membuat
bentuk dan mengasahnya. Sifat lain yang penting adalah mempunyai ciri bahwa
mineral olivin yang berasosiasi telah mengalami proses serpentinisasi. Intan yang
diketemukan di Kalimantan dan berukuran paling besar adalah intan Trisakti
dengan 166,72 karat diketemukan di Kab. Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok
di Amsterdam. Menyusul penemuan intan Galuh Cempaka berukuran 29,75 karat
pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan intan Galuh Bulan
berukuran 27,5 karat, sedang pada 27 November 1967 ditemukan intan Galuh
Badu berukuran 26,50 karat di Kec. Bati-Bati, Kab. Tanah Laut dan pada tahun
1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning.
Walaupun penelitian tentang intan tidak pernah berhenti, tetapi orang tidak pernah

1
menemkan batuan asal intan. Meskipun semula Koolhoven 1936 menduga
asalnya dari Breksi Pemali, tetapi hingga saat ini pendapat itu belum dapat
diyakini oleh semua orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan
Pleistosen (dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan berumur Eosen
bahkan dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas. Dengan demikian
jelas intan setidaknya berumur Pra-Manunggal. Hingga kini intan digali dari
endapan sungai berumur Pleistosen hingga sekarang yang terdiri dari ukuran
kerakal sampai lanau. Dengan makalah ini maka akan membahas lebih lanjut
tentang intan mulai dari genesanya, eksplorasi, penambangan, pengolahan,
pemanfaatannya, dan prospek pengembangannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana genesa (pembentukan) dari intan ?
2. Bagaimana lokasi penyebaran intan di Indonesia ?
3. Bagaimana proses kegiatan pertambangan intan ?
4. Bagaimana prospek pengembangan intan dalam ekspor ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana genesa (pembentukan) intan.
2. Mengetahui lokasi penyebaran intan di Indonesia.
3. Mengetahui proses kegiatan pertambangan intan.
4. Mengetahui prospek pengembangan intan dalam ekspor.

1.4. Manfaat Penulisan


Untuk memberikan pengetahuan mengenai pembentukkan intan, lokasi
penyebarannya, proses kegiatan pertambangannya, serta prospek
pengembangannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. GENESA INTAN

Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami
di kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Intan terbentuk pada kedalaman 100
mil (161 km) di bawah permukaan bumi, pada batuan yang cair pada bagian
mantel bumi yang memiliki temperature dan tekanan tertentu yang
memungkinkan untuk merubah (mineral) carbon menjadi intan.

Hingga saat ini terdapat beberapa teori pembentukkan intan yaitu :

2.1.1. Deep Source Eruption


Kebanyakan deposit intan yang bersifat komersil berasal dari erupsi
gunung api yang memindahkan intan dari bawah hingga ke atas permukaan
bumi, membentuk pipa Kimberlite, penamaan Kimberlite berasal dari
penemuan pertama pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley,
Afrika Selatan. Lapisan pada mantel tempat terdapatnya deposit berlian
dinamakan Diamond Stability Zone. Deposit intan tersebut dapat mengalir

3
hingga ke atas permukaan kerak bumi dengan cepat ketika erupsi terjadi. Jenis
batuan yang mengandung intan adalah xenolith.

2.1.2. Subduction Zone Diamonds


Zona subduksi terdapat di batas pertemuan lempeng samudera dan
lempeng benua, dimana salah satu lempeng masuk ke dalam lapisan mantel
bumi. Ketika lempeng tersebut masuk ke mantel, maka tekanan dan suhu akan
meningkat dan membentuk mineral intan. Mineral intan yang bersifat komersil
jarang ditemukan pada proses pembentukkan seperti ini. Deposit intan jenis ini
sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah menjadi perhiasan komersil.

2.1.3. Asteroid Impact Diamonds


Keterdapatan intan ditemukan di sekitar lubang bekas tabrakan asteroid.
Bumi telah dijatuhi banyak asteroid selama sejarah pembentukkannya pada
masa lampau. Tekanan dan panas yang dihasilkan tumbukan asteroid cukup
untuk membentuk mineral intan. Mineral intan tipe ini tidak bagus untuk diolah
secara komersil.

4
2.1.4. Diamond Formed in Space
Keterdapatan intan juga ditemukan pada meteorit. Para ahli berpendapat
intan tersebut terbentuk di luar angkasa akibat tabrakan sesama asteroid atau
kejadian lainnya. Intan pada meteorit sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah
secara komersil.
Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan yang kita sebut
sebagai endapan intan alluvial, pada dasarnya intan type alluvial juga berasal dari
pipa Kimberlite purba yang kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa
pengangkutan oleh air atau glacier yang berlangsung pada jutaan-milyar tahun
yang lalu, sehingga intan-intan yang berasal dari pipa kimberlite tersebut terbawa
bermil-mil jauhnya dari tempat asalnya dan kemudian terendapkan di dasar
sungai. Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu yang masih kasar, sehingga
harus melalui beberapa proses terlebih dahulu agar tercipta sebagai perhiasan
yang berkilau untuk kemudian menjadi barang yang komersil.

Keterdapatan intan di Kalimantan plume tectonics dan pipa intan kimberlite


Kalimantan Case.

5
2.1.5. LOKASI KETERDAPATAN INTAN

Intan yang diketemukan di Indonesia baik untuk permata, banyak


ditemukan di daerah tersebut antara lain :

  Riau : S.Siabu, Kamper, Bangkinang (berupa indikasi pada endapan aluvial).


 Kalimantan Barat : Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada
endapan aluvial), Ngabang (sebagai rombakan pada endapan aluvial).

 Kalimantan Tengah : Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan,
Purukcahu, Murung Raya, Sei Pinang (semuanya merupakan endapan intan
letakan pada aluvial), Pujon, cabang S.Bohot (berupa indikasi pada komplek
batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batupasir dan serpih yang
mengandung batubara).

 Kalimantan Selatan : Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara
kampung Mataram dan Sungkai, pinggir Jl. Raya Banjarmasin – Kandangan
(terdapat dalam endapan kerikil pada daerah dataran banjir, telah diusahakan
oleh masyarakat).

 Kalimantan Timur : Sekatak bunyi (berupa indikasi pada endapan aluvial),


Kabupaten Kutai, Kecamatan Longiran, S. Babi, Kabupaten Kutai sekitar
Kp. Tiongohan cabang sungai sebelah kanan.

6
2.2. KEGIATAN PERTAMBANGAN

2.2.1. Metode Eksplorasi


Teknik eksplorasi yang digunakan adalah dengan pemetaan geologi dan
pengambilan contoh tipe paritan tegak dengan pemilihan daerah endapan
intan yang kemudian dilakukan perhitungan kadar intan.
2.2.2. Metode Penambangan

2.2.3. Metode Penambangan Modern


Kegiatan diawali dengan pembersihan lokasi penambangan dari
semak-semak belukar dan pohon-pohon kecil dengan menggunakan cangkul
(menggali tanah), tirak (membongkar akar-akar pohon), dan parang
(penebasan pohon-pohon) untuk pembuatan muka kerja.

2.2.4. Persiapan Penambangan

Kemudian dilakukan penggalian, penggalian ini terus dilakukan maju


sedikit demi sedikit menuju endapan intan. Setelah menemukan endapan
intan, dilanjutkan penambangan endapan intan dengan cara menyemprotkan
air menggunakan selang sehingga menghasilkan lubang tambang.

7
2.2.5. Lubang Tambang dengan Pompa Semprot

Selama kegiatan penambangan endapan intan sekunder berlangsung, dilakukan


kombinasi kerja mesin peyemprot dan mesin penyedot. Mesin menyedot
berfungsi menyedot material yang telah lepas akibat penyemprotan lewat selang
yang dialirkan melalui grizzly dan dilakukan pengayakan untuk memisahkan
tailing dan konsentrat. Konsentrat yang didapat kemudian dilakukan
pendulangan dan pencucian.

Proses Lanjutan Mengalirkan Material ke Grizzl

2.3. Pendulangan Untuk Mendapatkan Konsentrat

Setelah pendulangan dan pencucian dilakukan untuk mendapatkan


konsentrat, barulah dilakukan pendulangan akhir untuk mendapatkan intan.

2.3.1. Metode Penambangan Tradisional


Pencarian intan dilakukan dengan cara membuat atau menggali
lubang didalam tanah yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam
lubang yaitu lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut kedalamannya

8
antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat mencapai
sepuluh meter atau lebih. Untuk menghancurkan tanahnya dilakukan dengan
digali dengan tenaga manusia. Pemisahan tanah dengan intan dilakukan
dengan dulang (lingganan) yang terbuat dari kayu. Selanjutnya dulang yang
telah berisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga
sedikit demi sedikit material dari dalam diulang terbuang keluar dari dulang
terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat proses putaran tersebut, setelah
atau sesaat pendulang melakukan proses tersebut kemudian mengamati sisa
material yang berada dalam dulang, apakah terdapat intan atau tidak. Hal
tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam
dulang terbuang habis dari dulang.

2.4. Pendulangan Intan Tradisional

2.4.1. Pengolahan Intan


Intan yang berhasil ditemukan akan dibawa ke tempat pengolahan intan
(salah satu contohnya banyak terdapat di kota Martapura). Disini nantinya intan
akan dibersihkan, digosok dengan menggunkan alat scaif dengan ganggang yang
dinamakan dop, scaif digunakan untuk menghaluskan intan, memotong secara
simetris, dan membentuk intan dengan segi-segi yang memberikan efek berkilau
pada intan, dimana scaif dilapisi dengan serbuk intan dan dilumasi olive oil, dan
kemudian diolah menjadi berbagai macam bentuk perhiasan, membentuk intan
menggunakan alat gergaji intan yang terbuat dari bilah baja dan dilapisi serbuk
intan. Gergaji intan saat digunakan juga di berikan olive oil. Setelah itu intan siap
untuk diperjual belikan di pasar maupun di kirim ke berbagai wilayah Indonesia
maupun dunia.

9
Proses Penggosokkan Intan Menggunakan Scaif

Gergaji Intan

2.4.2 Pemanfaatan Intan


Pemanfaatan intan didasarkan pada jenisnya yaitu :
1. Intan mulia atau intan permata biasanya digunakan untuk perhiasan.
Intan yang digunakan untuk perhiasan didasarkan pada nilai karatnya
yang dikombinasikan dengan nilai kekerasannya, kilauan (cahaya), dan
dispersi (pelangi).

10
Intan Sebelum Diolah

2.4.3. Intan yang Dimanfaatkan Untuk Perhiasan Gelang dan Cincin

2. Intan industri atau intan sintetis digunakan sebagai alat pemotong dan
pemoles misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat bor, pemotong kaca.

2.5. Intan Sintesis yang Digunakan Untuk Industri Alat Pengeboran,


Pemotongan, dan Mata Gergaji

2.5.1. Mata Gergaji

11
2.5.2. Pahat Mata Bor

2.5.3. Pemotong Kaca

2.5.4. PROSPEK PENGEMBANGAN

Para pedagang intan memasarkan barang-barang tersebut dengan secara


langsung menawarkan kepada pembeli, mereka disebut penggurijaan. Para
penggurijaan ini umumnya hanya bermodal kecil, barang dagangan yang mereka
bawa seperti intan yang sudah berbentuk perhiasan, banyak pula para
penggurijaan yang membawa barang dagangan intan dan berlian ke kota-kota
besar di luar Kalimantan. Kota-kota yang banyak dikunjungi mereka umumnya
kota-kota di Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, Bandung, dan
Surakarta. Banyak pedagang batu permata dari berbagai negara lain, seperti dari
India, Birma, Thailand, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, bahkan dari negara
Eropa datang untuk membawa bahan baku batu intan. Beberapa pendulang intan
bahkan memilih untuk mengekspor intan mentah langsung tanpa melalui proses

12
pengrajinan sama sekali, di Eropa, batu mulia tersebut kemudian akan dipotong
menjadi berlian dan dijual kembali dengan harga puluhan kali lipat.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami
di kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Intan terbentuk pada kedalaman 100
mil (161 km) di bawah permukaan bumi. Intan terbentuk berdasarkan empat teori
yaitu :
1. Deep Source Eruption.
2. Subduction Zone Diamonds.
3. Asteroid Impact Diamonds.
4. Diamond Formed in Space.
Intan banyak ditemukan di daerah di Indonesia antara lain Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Metode eksplorasi yang digunakan untuk intan adalah dengan pemetaam
geologi dan pengambilan contoh tipe paritan tegak dengan pemilihan daerah
endapan intan yang kemudian dilakukan perhitungan kadar intan. Metode
penambangan dilakukan dengan dua metode yaitu metode penambangan modern
dilakukan dengan bantuan alat pompa semprot untuk membuat lubang tambang
dan metode penambangan tradisional dimana masih menggunakan peralatan
tradisional seperti cangkul untuk menggali lubang tambang.
Pengolahan intan dilakukan dengan sederhana yaitu dibersihkan kemudian
digosok dengan menggunakan alat scaif sehingga memberikan efek berkilau pada
intan, setelah digosok, untuk membentuk intan digunakan alat gergaji intan.
Pemanfaatan intan dimanfaatkan berdasrkan jenisnya yaitu intan mulia atau intan
permata digunakan untuk perhiasan sedangkan intan industri atau intan sintetis
digunakan sebagai alat pemotong dan pemoles misalnya sebagai mata gergaji,
mata pahat bor, pemotong kaca. Intan dalam bentuk perhiasan banyak dipasarkan
umumnya kota-kota di Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta,
Bandung, dan Surakarta. Banyak juga pedagang batu permata dari berbagai
negara lain, seperti dari India, Birma, Thailand, Singapura, Afrika Selatan,

13
Malaysia, bahkan dari negara Eropa datang untuk membawa bahan baku batu
intan. Beberapa pendulang intan bahkan memilih untuk mengekspor intan mentah
langsung tanpa melalui proses pengrajinan sama sekali, di Eropa, batu mulia
tersebut kemudian akan dipotong menjadi berlian dan dijual kembali dengan
harga puluhan kali lipat.

3.2. SARAN
Perlu adanya perhatian pemerintah setempat terhadap para pendulang intan
agar intan yang di temukan bisa di olah terlebih dahulu sehingga intan tidak di
ekspor dengan harga yang rendah akibat dari intan yang masih berbentuk bahan
mentah.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pusakaindonesia.org/kemilau-intan-bertaburan-di-martapura/

http://new.wongkentir.blogdetik.com/2014/10/20/berburu-intan-di-martapura

http://bubulemon.blogspot.com/2013/07/bahan-galian-industri-batu-mulia.html

http://www.diva-mutiaralombok.com/news/36/Jenis-dan-harga-batu-Intan-berlian-Diamond

http://planetcopas.blogspot.com/2012/08/proses-terbentuknya-intan.html

http://aimasturoh.blogspot.com/

http://yusufprdpt.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://www.slideshare.net/edypuitis/penelitian-tambang-intan-dengan-pengambilan-contoh-
tipe-paritan-tegak-di-daerah-pleihari-dan-sekitarnya-kalimantan-selatan

http://redrubyready.blogspot.com/2011/03/kota-intan-martapura.html

http://infotambang.com/kisah-martapura-si-kota-berlian-p225-119.htm

14

Anda mungkin juga menyukai