Anda di halaman 1dari 5

Bayu Bagus Mahendra

14/365251/SA/17474

Sebuah Esensi Keindahan

Judul asli

: Kinkakujin

Judul

: Kuil Kencana

Pengarang

: Yukio Mishima

Penerjemah

: Asrul Sani

Penerbit

: PT Dunia Pustaka Jaya

Tahun terbit

: 1978

Cetakan ke-

:1

Ketebalan

: 326 halaman

Novel Kuil Kencana merupakan novel yang juga berasal dari jepang dengan judul
asli Kinkaku-ji atau The Temple of The Golden pavilion karya Yukio Hashima pada tahun
1956. Cerita dari novel ini terinspirasi tentang sebuah kuil bersejarah dan tetap dilestarikan
keberadaannya di Jepang. Tokoh-tokoh dalam novel ini yaitu: Mizoguchi, Ayah dan ibu
Mizoguchi, Teman-teman Mizoguchi yaitu Tsurukawa, Kashiwagi, Uiko, Bapak Tayama
Dosen, Bapak Kuwai Zenkai, Tentara Amerika dan pacarnya, gadis di samping rumah
Kashiwagi, gadis yang tertipu oleh Kashiwagi, Kader Angkatan Laut, Mariko. Novel ini
menceritakan tokoh aku yang bernama Mizoguchi putra pendeta Budha yang terlahir gagap
dan mempunyai dunianya sendiri. Mizoguchi berasal dari desa di dekat tanjung Nairu. Tidak
seperti remaja lain yang menikmati masa remajanya yang penuh kebahagiaan, Mizoguchi
sebaliknya ia hidup dalam dunia yang hanya dirinya sendiri yang tau, tentang keinginannya
menjadi orang yang zalim, tentang menjadi seorang seniman besar, yang diberkati dengan
pandangan yang jernih, pikiran-pikiran itu sering bermain dalam pikiran Mizoguchi yang
jarang berinteraksi dengan temannya dan hanyut dalam dunianya sendiri karena
kegagapannya.

Bayu Bagus Mahendra


14/365251/SA/17474

Mizoguchi tidak peduli apa yang ada disekelilingnya yang dia tau dan yang paling
dia sukai adalah obsesinya terhadap kuil kencana. Kuil yang diceritakan oleh ayahnya yang
sudah tua dan sakit-sakitan, tentang keindahan kuil kencana dan gambaran keistimewaan
yang diceritakan oleh ayahnya yang mengatakan bahwa tidak ada yang seindah kuil kencana.
Karena Mizoguchi tidak dapat melihat langsung kuil kencana ia mengibaratkan kuil kencana
ibarat Laut. Pada saat liburan, Mizoguchi mengunjungi langsung kuil kencana ditemani
ayahnya, ternyata kuil kencana tidak seperti dalam bayangannya, keindahan, kekokohan, dan
keagungan yang ada dalam benak Mizoguchi semua berbeda dengan wujud asli kuil kencana
yang ada dihadapannya. Ia sangat kecewa akan hal tersebut. Namun ternyata tujuan sang
Ayah berkunjung ke kuil tersebut adalah tidak hanya untuk menunjukkan wujud asli kuil
tersebut, tapi juga untuk menitipkan anaknnya, Mizoguchi kepada kepala pendeta
dikarenakan sang Ayah sudah berfirasat usianya tidak lama lagi. Ternyata firasat sang Ayah
benar, setelah pulang dari kuil kencana, ayah Mizoguchi meninggal dan sehingga Mizoguchi
dititipkan ibunya di kuil kencana untuk belajar menjadi seorang pendeta seperti ayahnya
Pada mulanya, dia merasa senang karena bisa tinggal dan belajar di kuil karena
Mizoguchi tidak lagi diejek karena dia adalah pendeta. Hidup dengan kuil kencana yang
menjadi obsesinya, keindahan kuil kencana muncul dalam pikirannya dan menyangka bahwa
kuil kencana menyembunyikan keindahan yang asli dari mata orang-orang yang melihatnya
untuk melindungi dirinya. Hidup sebagai calon pendeta dikuil kencana ia bertemu seorang
yang sebaya dirinya bernama Tsurukawa. Tsurukawa adalah remaja yang baik dan periang,
hanya beberapa waktu mereka tinggal bersama Mizoguchi telah menjadikan Tsurukawa
sebagai sahabatnya. Mizoguchi merasa hidupnya tidak senegatif pikirannya saat ia bersama
Tsurukawa, bahkan Mizoguchi sendiri mengatakan bahwa Tsurukawa adalah sisi positif dari
dirinya yang negatif. Suatu hari ada sebuah tragedi yang menjadi awal pemicu pikiran negatif
Mizoguchi. Ketika musim salju, dia bertemu dengan tentara Amerika yang ingin melihat kuil
kencana. Tentara tersebut datang bersama gadis cantik. Gadis tersebut diinjak perutnya oleh
Mizoguchi karena perintah tentara tersebut. Sebagai imbalan, tentara tersebut memberikan
rokok Amerika kepada Mizoguchi, yang kemudian diserahkan kepada Kepala Pendeta
dengan maksud mencari perhatian. Hingga suatu hari, kuil kencana kedatangan gadis yang
dulu diinjak perutnya oleh Mizoguchi. Ia melapor bahwa, karena kejadian itu dia keguguran.
Meski mendapat laporan itu, Kepala Pendeta tidak mencurigai Mizoguchi dan memilih sikap
diam. Hal itu membuat dia bimbang dan terus merasuki pikirannya, Mizoguchi bingung
apakah harus mengakui kesalahannya atau membiarkannya karena Kepala Pendeta diam saja.

Bayu Bagus Mahendra


14/365251/SA/17474

Selama masa kuliah, Mizoguchi yang merasa perlu untuk mencari teman baru karena
selama ini teman dekatnya hanya Tsurukawa, memutuskan untuk mendekati Kashiwagi bocah
laki-laki yang mengalami cacat kaki. Mizoguchi merasa Kashiwagi adalah orang yang
senasib dengannya. Tidak disangka, dibalik kecacatannya, Kashiwagi dengan perilakunya
yang sedemikan rupa mampu merubah pandangan Mizoguchi terhadap sebuah kecacatan.
Pada ditengah-tengah cerita Tsurukawa meninggal akibat tabrakan dengan Truk waktu
mngunjungi pamannya di Asakuza. Meninggalanya Tsurukawa membuat kepedihan yang
sangat dalam diri Mizoguchi kehilangan sahabat sekaligus sosok yang dijadikannya sisi
positif untuk mengimbangi dirinya yang negatif. Perilaku buruknya semakin bertambah
ketika Tsurukawa meninggal.
Kehidupannya semakin kacau, ia berkelana sepanjang hari untuk mencari jati diri.
Dengan meminjam uang pada Kashiwagi ia bepergian ke berbagai tempat seperti Kuil
Kenkun dimana dia mencaritahu nasibnya melalui undian suci mikuji dan pantai laut Jepang
dia mendaptkan ide untuk membakar Kuil Kencana. Ia berkeinginan untuk membakar kuil
kencana yang selama ini telah menjadi bayangan-bayangannya pada saat ingin melakukan
kesalah-kesalahan hidup dan seakan-akan kuil kencana menghalanginya untuk melakukan itu,
karena ingin melindungi kuil yang telah bersemayam dalam dirinya ia mempunyai keinginan
untuk menyelamatkannnya dari orang-orang yang hanya mengambil keuntungan dari kuil
kencana dengan cara membakarnya. Pembakaran itupun berhasil dan setelah itu Mizoguchi
pun ingin hidup dalam damai.
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama dan alur
ceritanya maju. Pikiran dan ide yang ingin disampaikan dapat diuraikan secara sempurna
melalui sudut pandang orang pertama. Pemikiran tokoh Aku dalam memaknai keindahan
sebagai suatu yang berbeda menjadi ciri khas novel ini.
Dalam novel ini, penulis banyak menggambarkan kondisi psikologis tokoh Aku
melalui kondisi sekitar yang menjadi latar cerita. Hal-hal sederhana menjadi sebuah
gambaran yang mendalam mengenai kondisi Mizoguchi dalam cerita. Sebagai contoh, salju
memberi makna tersendiri bagi Mizoguchi (Kuil Kencana:92) seperti dalam kutipan berikut.
Aku merasakan salju itu menyebar dalam lobang mulutku yang hangat hingga ia
lumer begitu ia menyentuh permukaan daging yang merah. Di saat itu aku
membayangkan mulut burung funiks yang berada di puncak Kukyocho. Mulut burung
berwarna emas dan penuh rahasia, yang panas, licin.

Bayu Bagus Mahendra


14/365251/SA/17474

Salju memberikan rasa muda kepada kita semua. Apa salah kalau ku katakan
bahwaaku yang belum lagi berumur belas tahun kini merasakan suatu getaran penuh
kemudaan dalam diriku
Dalam kutipan tersebut, salju yang mencair dalam mulut yang merupakan hal
sederhana, mampu digambarkan sebagai suatu hal yang memberikan semangat. Selain itu,
penulis juga sangat rinci dalam mendiskripsikan suatu hal sehingga pemaknaan kondisi
sekitar yang menjadi latar cerita tadi dapat dimaknai secara baik.
Contoh lainnya adalah, penggambaran tokoh Aku yang terdiam (Kuil Kencana:80),
dalam kutipan berikut.
Aku diam membisu, bagai sebuah perabot yang bagus tapi tidak berguna, dengan
lapisan emas antik bagian dalamnya terlindung oleh pernis matahari musim panas
yang melapisi dinding-dinding luar
Kutipan diatas menunjukkan Mizoguchi yang benar-benar terdiam dan terkejut karena
mendengar berita bahwa peperangan telah berakhir dan Kuil Kencana tidak menerima
serangan udara dari tentara Amerika.
Pandangan Mizoguchi dalam hal memaknai keindahan membuat novel ini menjadi
berbeda dan menarik. Novel ini seolah-seolah mengajak pikiran pembaca untuk menganggap
suatu hal yang berbeda dari keindahan itu sendiri. Dengan pemikiran yang berbeda itu,
pembaca dapat memahami sisi lain antara kerusakan dan keindahan. Seperti, ketika
Mizoguchi lari meninggalkan rumah bergaya Spanyol dan menuju Kuil Kencana (Kuil
Kencana:141-142), penulis menggambarkan keindahan dalam kutipan berikut.
Kuil itu tidak menolak suara-suara riang para pelancung itu, tapi ia menyaring suarasuara itu begitu rupa, hingga mereka masuk ke antara tiang-tiang yang menyerap dan
akhirnya menjadi bagian dari keheningan dan kebeningan. Demikianlah ia berbuat di
bumi ini tepat seperti yang dibuat oleh bayang-bayang kolam yang tenang itu di air.
Hatiku jadi tenang, lalu akhirnya rasa takutku surut. Bagiku, keindahan tentu
bersifat seperti ini dapat memisahkan aku dari hidup dan melindungi aku terhadap
hidup
Mizoguchi yang menemani Kashiwagi dan mengantarnya ke rumah gadis tersebut
diibaratkan seperti Kuil yang tidak menolak suara riuh pelancong. Kemudian, Mizoguchi
yang memilih pergi dan tidak ingin terlibat lebih jauh dalam tipu daya Kashiwagi diibaratkan
tiang-tiang kuil yang mampu membuat sebuah ketenangan.

Bayu Bagus Mahendra


14/365251/SA/17474

Dalam bab enam, penulis sekali lagi memaknai sebuah keindahan dengan sudut
pandang yang berbeda, yaitu ketika Mizoguchi melihat buah dada (Kuil Kencana 193-194).
Diungkapkan dalam kutipan berikut.
Aku ingat malam topan pada permulaan musim gugur waktu aku lagi berjalan-jalan
di kuil. Biarpun sebagian besar dari gedung itu terbuka untuk cahaya bulan, suatu
kegelapan yang berat dan mewah bertengger di atasnya dan kegelapan itu telah masuk
ke dalam kuil malam itu, ke dalam kisi-kisi, ke dalam pintu kayu, ke bawah atap
dengan lapisan-lapisan emas yang sudah terkelupas. Dan ini wajar sekali. Karena Kuil
Kencana itu sendiri sebetulnya sesuatu yang dibangun sangat teliti sekali.
Sungguhpun begitu, biarpun bentuk lahir buah dada ini menyinarkan cahaya daging
yang cerah, dalamnya penuh dengan kegelapan
Pertemuan berujung hubungan badan antara Mizoguchi dan gadis tersebut yang
merupakan tipu daya Kashiwagi adalah sebuah hal yang akan membawa petaka, namun buah
dada yang dilihat Mizoguchi memiliki sebuah keindahan. Seperti yang dituliskan bahwa
Hakikat sebenarnya terdiri dari kegelapan yang berat dan mewah yang sama (Kuil
Kencana:194)
Novel Kuil Kencana sebagai karya ideologis dengan keindahan abstraksi, sarat akan
kritik dan penjiwaan diri. Nilai-nilai tradisi tanpa adanya pergeseran akan budaya Jepang.
Tempat wisata ternyata juga menyimpan banyak cerita dan permasalahan didalamnya.
Publikasi buku kepada masyarakat umum semakin membuat banyak khalayak ingin
mengetahui cerita dan keindahan Kuil Kencana

Anda mungkin juga menyukai