Anda di halaman 1dari 4

SASARAN PENELITIAN SOSIOLOGI SASTRA

DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

KARYA HAMKA

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA)

FUNGSI SASTRA

A. PEMBAHARUAN / TRANSFORMASI
Hasil pengamatan yang telah kami lakukan terhadap novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck dengan film yang telah ditayangkan menghasilkan beberapa pembaharuan, antara
lain:
 Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dan film karya sutradara
Sunil Soraya menghasilkan proses ekranisasi yang menunjukkan adanya aspek
penciutan, penambahan, maupun perubahan bervariasi pada alur, tokoh dan
penokohan, serta latar. Aspek penciutan terjadi dikarenakan adanya keterbatasan
teknik dalam film yang tidak memungkinkan semua unsur intrinsik pada novel
dapat dimasukkan ke dalam film. Aspek penambahan terjadi dikarenakan adanya
penafsiran dalam proses kreatif dalam sutradara yang ikut dimasukkan selama
pembuatan film. Aspek perubahan bervariasi terjadi dikarenakan adanya media
yang berbeda antara novel dan film, sehingga memungkinkan adanya penambahan
bervariasi yang dilakukan saat cerita di adaptasi ke dalam film.
Contoh penciutan yang terdapat pada alur awal dapat dilihat pada kutipan berikut
ini. “Terangkanhlah, Mak, terangkanlah kembali riwayat lama itu, sangat ingin
aku hendak mendengarkannya.” Ujar Zainuddin kepada Mak Base, orang tua yang
telah bertahun-tahun mengasuhnya (Hamka, 2012:16).
Contoh penambahan, “Keenam belas tokoh tersebut meliputi Mak Ipih, Upiak
Banun, Datuk Garang, Sekumpulan pemuda, Sutan Makmur, Engku Labay, Sofyan,
Maria, Sutan Mudo, Rusli, Tuan Iskandar, Haji Kasim, Susilo, Laras, Pegawai
Bank”.
Contoh perubahan bervariasi, “Lebih baik kau diam saja, hai perempuan muda!
Kau telah jadi korban hawa nafsu syaitan suamimu. Janji apakah yang akan
engkau cari lagi? Padahal barang-barang perhiasanmu telah habis, hidupmu telah
melarat. Barang dalam rumah tangga ini di beslag!” (Hamka, 2012:180).

B. PENGHIBUR
 Kisahnya yang romantis, sedih, sekaligus menyentuh dapat membuat pembaca
terhibur dan terbawa perasaan. Hamka merupakan pengarang hebat yang memiliki
jiwa kritikus sastra Indonesia. Novel yang mendobrak pintu sastra ini mengangkat
tema yang sangat menarik yaitu kasih yang tak sampai. Perjuangan dua insan yang
saling mencintai dalam landasan jiwa keikhlasan dan kesucian. Warisan budaya
yang masih dipercayai dapat membuat orang berselisih dalam ikatan hati dan rasa
yang dimiliki dua insan tersebut, itulah yang dialami mereka.
Dapat dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Ia diusir, meskipun dengan cara halus. Perbuatannya dicela, namanya
dibusukkan. Seakan-akan tersuci benar negeri Minangkabau ini dari dosa.
Seorang anak muda, yang berkenalan dengan seorang anak perempuan, dengan
maksud baik, maksud hendak kawin, dibusukkan, dipandang hina.”(hal.41)
 Menariknya dalam novel ini adalah karakter tokohnya. Tokoh utama dalam cerita
ini merupakan laki-laki yang memiliki kepribadian bijaksana, penyabar, dan suka
menolong. Pemuda ini selalu menderita sejak kecil namun masih tetap sabar dalam
menghadapi setiap masalah dalam hidupnya. Seperti dalam kutipan beerikut.
“Berangkat Encik lebih dahulu pulang ke Batipuh, marah mamak dan ibu Encik
kelak jika terlambat benar akan pulang, pakailah payung ini, berangkatlah
sekarang juga.”(hal.20)
“Sikap Zainuddin yang lemah lembut, matanya penuh dengan cahaya yang muram,
cahaya dari tanggungan batin yang begitu hebat sejak kecil…”(hal.25)
“Ini adalah sebagai ganjaran Tuhan atas kesabaran hatinya menanggung
sengsara setelah bertahun-tahun”.(hal.31)

C. PENGAJARAN
Banyak hal pengajaran yang dapat diperoleh dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck ini. Novel ini ditulis oleh pengarangnya sebagai cerita bersambung dalam sebuah
majalah. Isi dalam novel ini, Hamka mengkritik adat istiadat yang masih kental dianut oleh
masyarakat sekitar, terutama dalam tradisi pernikahan. Novel ini kisahnya tak lekang oleh
waktu, walaupun merupakan novel terbitan zaman dulu, namun situasi dan ceritanya masih
relevan dengan zaman sekarang.
 Dapat dilihat bahwa Zainuddin sangat penyabar, apalagi saat cintanya dengan
Hayati diuji dan dirundung berbagai masalah. Hayati merupakan perempuan asli
Minangkabau yang tegar dan sangat mencintai Zainuddin sampai akhir hayatnya.
Ia merupakan primadona dusun Batipuh, kecantikannya memikaat banyak hati
lelaki, bahkan saat Zainuddin pertama melihatnya langsung jatuh hati. Hayati
memiliki sifat yang sabar, lemah lembut dan baik hati.
“Hayati, gadis remaja puteri, ciptaan keindahan alam, lambaian gunung merapi,
yang terkumpul padanya adat istiadat yang kokoh dan keindahan model sekarang,
itulah bunga di dalam adat itu.”(hal.19)
“Karena hayati adalah seorang perempuan lemah lembut, yang lebih suka
berkorban harta jiwanya sendiri…”(hal.112)
 Beliau tidak merestui hubungan antara Zainuddin dan Hayati, alasannya hanya
karena Zainuddin tidak memiliki adat yang jelas, apalagi buikan adat Minang.
Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh begitu pun Hayati, perempuan
yang sangat dicintainya itu.
“Muka Hayati kelihatan pucat dan jahitannya terlepas dari tangannya. Zainuddin
telah pergi dari Batipuh.”(hal.38)
”Setelah itu, dia diusir dari sana. Diusir dari tanah asal keturunannya. Tetapi
meskipun dia diusir, hatinya tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan
menurut keterangannya sendiri yang telah memberi bujukan kepadanya, yang telah
berjanji akan menunggunya…”(hal.41)
 Zainuddin digambarkan memiliki kemampuan sastra yang sangat baik, apalagi
dalam menulis buku. Setelah membaca dan mempelajari profil penulis, ternyata
tokoh utama dalam cerita ini yaitu Zainuddin memiliki kemiripan seperti penulis,
Buya Hamka. Buya Hamka merupakan politikus dan sastrawan yang terkenal
dengan kemampuan yang sangat baik dalam menulis, maka dari itu novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini banyak mengulas tentang proses
Zainuddin dalam mengarang buku.
“Seorang pengarang buku, walaupun bagaimanapun putus asa hidupnya, kalau
pada suatu hari dilihatnya orang sedang membaca buku itu dengan asyiknya, dia
lupa kepayahan dan keputus-asaannya itu”(hal.98)
“Namanya kian lama kian harum, pencahariannya pun maju. Dia termasyhur
dengan nama samaran letter “Z” pengarang hikayat, regisseur dari perkumpulan-
sandiwara “Andalas”(hal.98)

Anda mungkin juga menyukai