Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rico Mahendra Harefa (28)

Kelas : XI MIPA 7

Resensi buku non-fiksi

Judul resensi : Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Identitas Buku :

Judul : Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Pengarang : HAMKA ( Haji Abdul Malik Karim Amrullah )

Penerbit : Gema Insani

Tahun Terbit : 2017 ( cetakan 1 )

Tebal Buku : 255 halaman

Harga : Rp. 141.000,-

Pendahuluan :

Novel yang ditulis oleh HAMKA ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di daerah
Minangkabau ( Sumatera Barat ). Selain masalah adat, dalam novel ini juga digambarkan tentang
adanya diskriminasi yang terjadi di masyarakat Minangkabau pada waktu itu dan Perbedaan latar
belakang / status sosial yang menghalangi kisah cinta antara Hayati dan Zainudin hingga
berakhir dengan kematian.

Isi Resensi :

Dalam kisahnya diceritakan, Zainudin pergi ke kampung halaman ayahnya, di Batipuh ( Padang
Panjang ). Di sana lah ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Hayati. Akhirnya
muncullah rasa cinta kasih kedua insan tersebut. Namun percintaan keduanya terhambat karena
adat istiadat yang masih kuat di daerah Minangkabau. Zainudin dari keturunan biasa dan miskin,
ibunya berdarah Bugis, ayahnya keturunan Minang. Di daerah Minangkabau yang menganut
matrilineal maka status Zainudin tidak diakui. Oleh karena itu, ia dianggap tidak memiliki
pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati keturunan
bangsawan.

Akhirnya lamaran Zainudin ditolak oleh keluarga Hayati karena perbedaan status tadi. Hayati
dipaksa menikah dengan Aziz, laki-laki kaya dan terpandang serta berpendidikan Eropa.
Zainudin kecewa, akhirnya ia memutuskan untuk merantau di Jawa. Dalam perantauannya
Zainudin meraih kesuksesan.

Dalam sebuah pertunjukan opera, Zainudin dipertemukan lagi dengan Hayati yang didampingi
oleh suaminya. Kehidupan Hayati dengan suaminya tidak bahagia karena tidak didasari rasa
cinta, demikian juga sifat Aziz yang suka mabuk-mabukan dan suka main perempuan. Akhirnya
Aziz bangkrut dan jatuh miskin. Hayati diserahkan kepada Zainudin, Aziz mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri. Zainudin tidak bisa menerima Hayati dengan sepenuh hati karena sudah
pernah dikhianati cintanya. Hayati dipulangkan ke kampung halamannya oleh Zainudin dengan
menaiki kapal Van der Wijck. Dalam perjalanannya menuju ke Minangkabau, tenggelam lah
kapal yang dinaiki Hayati.

Keunggulan Buku :

- Alur ceritanya sangat memikat dan menyentuh hati, ketika lamaran Zainudin ditolak
keluarga Hayati, bahkan sampai Zainudin sakit parah seperti orang yang kehilangan
keseimbangan.
- Latar tempat dan budaya yang ditampilkan sangat menarik dan deskripsinya mengajak
pembaca ke daerah Minangkabau yang sangat indah alam pedesaannya.
- Majas yang ditampilkan banyak, sehingga pembaca bisa menikmati keindahan gaya
bahasa yang ditampilkan dalam novel tersebut.

Kekurangan Buku :

- Adanya diskriminasi pada kehidupan masyarakat yang menggolongkan ada bangsawan


dan masyarakat jelata/miskin.
- Dari segi bahasa agak susah dipahami karena banyak menggunakan Bahasa Melayu.

Penutup :

Kesimpulan :

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini mengisahkan tetang cinta, adat, keturunan, dan
kekayaan. Semua itu masuk dalam kisah yang dibungkus oleh BUYA HAMKA dalm novel
Tenggelmanya Kapal Van Der Wijck ini. Kisah cinta abadi dari Zainuddin dan Hayati yang tak
lekang oleh waktu, tak terpisah oleh dunia dan pincangnya adat di negeri Minang. Minang kabau
sebagai salah satu suku yang memegang tegus adat dan tradisi. Keturunan dan kekayaan menjadi
segala-galanya.

Anda mungkin juga menyukai