(Resensi Novel 1)
DATA BUKU
Judul Novel : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau disebut juga Hamka. Ia
lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat,
17 Februari 1908. Beliau masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia. beliau
juga banyak membikin karya literasi setidaknya ada 94 karya.
Buya Hamka merupakan anak sulung dari empat bersaudara dalam
keluarga ulama Abdul Karim Amrullah dari istri keduanya Siti Shafiah. Keluarga
ayahnya adalah penganut agama yang taat. Abdul Karim Amrullah yang berjulukan
Haji Rasul dikenang sebagai ulama pembaru Islam di Minangkabau dan sangat
terkenal dengan keberaniannya. keluarga ibunya lebih terbuka kepada adat. Setelah
Muhammad Amrullah meninggal, ayah Hamka pindah ke Padangpanjang.
Setelah perkawinannya dengan Sitti Raham, Buya Hamka aktif dalam
kepengurusan Muhammadiyah cabang Minangkabau, yang bermula dari
perkumpulan Sendi Aman yang didirikan oleh ayahnya pada tahun 1925 di Sungai
Batang.Selain itu, beliau juga sempat menjadi pimpinan Tabligh School, sebuah
sekolah agama yang didirikan Muhammadiyah.
Sejak menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Solo, Hamka tidak
pernah absen menghadiri kongres-kongres Muhammadiyah. Saat ia kembali dari
Solo, ia mulai menjabat beberapa jabatan, sampai akhirnya ia diangkat sebagai
Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang. Dalam Muktamar Muhammadiyah
ke-19 tahun 1930 di Bukittinggi, Hamka berpidato membahas hubungan adat
1
Nizaria Annisa Saad X IPS 1
RIWAYAT MENULIS
Sejak muda, kemampuan menulis Hamka sudah berkembang. Meski
tidak pernah mencapai pendidikan lebih tinggi, Hamka telah banyak membaca
banyak buku dari berbagai genre baik itu buku pemikiran hingga sastra. Meski
otodidak, bekal ini jugalah yang kemudian semakin dipertajam dengan
pergaulannya yang luas dengan banyak orang dan pengalaman bekerjanya.
Dia telah bertahun-tahun menjadi jurnalis aktif dan juga seorang novelis
populer. Novelnya tenggelamnya kapal van der wyck bisa dibilang novel romantis
2
Nizaria Annisa Saad X IPS 1
paling populer tahun 1930-an dan 1940-an, campuran sentimen, romansa, dan
moralitas rumahan menemukan daya tarik yang sangat luas.
Ada beberapa karya HAMKA yang diangkat menjadi fil seperti,
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Asma Nadia, dll. Berikut karya-karya nya:
1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3.
2. Si Sabariah. (1928)
3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937)
4. . Di Dalam Lembah Kehidupan 1939
5. Keadilan Ilahy 1939.
6. . Tashawwuf Modern 1939.
7. . Falsafah Hidup 1939.
8. . Lembaga Hidup 1940.
9. . dst.
SINOPSIS CERITA
Kisah dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini dimulai dengan
tokoh utama yaitu Zainuddin, seseorang laki-laki yatim piatu dari Mengkasar untuk
merantau ke Batipuh, Padang Panjang. Zainuddin bertemu dengan Hayati yang
merupakan putri dari salah satu orang yang dihormati di Batipuh dan setelah mereka
bertemu dan bertukar surat beberapa kali mereka jatuh cinta. Hubungan Zainuddin
dan Hayati tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya Hayati. Dengan alasan
Zainuddin tidak bersuku dan berbeda adat itulah mereka tidak menyetujuinya.
Zainuddin dianggap sebagai anak orang Mengkasar oleh orang-orang Minangkabau
sekalipun ayahnya asli orang situ karena ayahnya menikah bukan dengan orang
sesama sukunya. Begitu pula di Mengkasar Zainuddin dianggap orang padang oleh
warga tersebut karena ibunya bersuami ayahnya yang merupakan orang buangan
dari Minangkabau.
Hayati akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah
yang tinggal di Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya
yang sepakat menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang
berada yang masih sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya
Hayati. Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai
3
Nizaria Annisa Saad X IPS 1
4
Nizaria Annisa Saad X IPS 1
SARAN
Buku ini cocok dibaca oleh remaja dan dewasa, karena buku ini
mengandung banyak unsur percintaan dan kekerasan yang mungkin tidak cocok
dibaca untuk anak anak.
KALIMAT MUTIARA
“Walaupun kamu pergi, jiwamu akan selalu dekat dengan jiwaku.“
“Dengan surat kita lebih bebas menerangkan perasaan.“
“Tanganmu akan ku gandeng, dari hayatku, sampai matiku.“
“Semuda ini usiaku, sudah begitu berat duka yang harus ku tanggung.”
“Sejauh-jauhnya kita tersesat, pada kebenaran kita akan kembali.”