Oleh
Kelompok 9 :
1.
2.
3.
4.
1414051028
1414051062
1414051091
1114051063
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kopi (Coffea spp.) merupakan tanaman berbentuk pohon yang termasukdalam
famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman kopi tumbuh tegak, dantingginya
mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Kopi
merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuhdimana saja. Mutu kopi yang baik
sangat tergantung
dengan
mempertimbangkan
internasional
juga
perkembangan
memperhatikan
pasar
sebagian
global
Resolusi
dan
ICO
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah pada akhir praktikum ini
diharapkan mahasiswa terampil dalam melakukan sortasi biji kopi berdasarkan
nilai cacat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari Afrika,
yaitu daerah pegunungan di Etiopia. Kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat
dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman
di bagian Selatan Arab melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012). Di Indonesia
kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC (Vereenigde
Oostindische Compagnie). Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau
Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan
dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka
VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya
(Danarti dan Najiyati, 2004).
Tanaman kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang
termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi ada sekitar 60
spesies di dunia. Sistematika tanaman kopi menurut(Rahardjo,2012) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea spp
Dari sekian banyak jenis kopi yang dijual dipasaran, secara umum ada dua jenis
kopi yang dibudidayakan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi
arabika memiliki citarasa lebih baik dibandingkan kopi robusta (Siswoputranto,
1992). Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah
tempat tumbuh dan pengolahan kopi (Ridwansyah, 2003). Angka konsumsi kopi
dunia 70% berasal dari spesies kopi arabika, 26% berasal dari spesies kopi robusta
dan sisanya 4% berasal dari spieses kopi liberika (Siswoputranto, 1992).
B. Jenis-Jenis kopi
Kopi arabika berasal dari Etiopia dan Abessinia, kopi arabika dapat tumbuh pada
ketinggian 700 - 1700 meter diatas permukaan laut dengan temperatur 10-160 C,
dan berbuah setahun sekali (Ridwansyah, 2010). Ciri-ciri dari tanaman kopi
arabika yaitu, tinggi pohon mencapai 3 meter, cabang primernya rata-rata
mencapai 12,3 cm, sedangkan ruas cabangnya pendek. Batangnya tegak, bulat,
percabangan monopodial, permukaan batang kasar, warna batangnya kuning
keabu-abuan. Kopiarabika juga memiliki kelemahan yaitu, rentan terhadap
penyakit karat daun oleh jamur HV (Hemiliea Vastatrix), oleh karena itu sejak
muncul kopi robusta yang tahan terhadap penyakit HV, dominasi kopi arabika
mulai tergantikan (Prastowo, 2010).Kopi arabika menguasai pasar kopi di dunia
hingga 70%. Kopi arabika cenderung menimbulkan aroma fruity karena adanya
senyawa aldehid, asetaldehida, dan propanal (Wang, 2012). Kadar kafein biji
mentah kopi arabika lebih rendah dibandingkan biji mentah kopi robusta,
kandungan kafein kopi Arabika sekitar 1,2% (Spinale dan James, 1990).
Arabika juga memiliki kelemahan yaitu, rentan terhadap penyakit karat daun oleh
jamur HV (Hemiliea Vastatrix), oleh karena itu sejak muncul kopi robusta yang
tahan terhadap penyakit HV, dominasi kopi arabika mulai tergantikan
(Prastowo,2010). Kopi arabika menguasai pasar kopi di dunia hingga 70%. Kopi
arabika cenderung menimbulkan aroma fruity karena adanya senyawa aldehid,
asetaldehida, dan propanal (Wang, 2012). Kadar kafein biji mentah kopi arabika
lebih rendah dibandingkan biji mentah kopi robusta, kandungan kafein kopi
Arabika sekitar 1,2 % (Spinale dan James, 1990).
C. Standar mutu kopi
Menurut
kebijakan
standar mutu
pemerintah
terlepas
dari
jenis kopi
(robusta atau arabika) dan metode pengolahan proses basah atau proses kering,
kopi indonesia
pada nilai individu cacat kopi .Standar mutu ini didasarkan pada sistem cacat,
yang telah diadopsi secara nasional sejak kopi tahun 1984/85 untuk menggantikan
sistem triase, dan tarakhir diperbarui dengan SNI 01-2907-2008.
Grade sistem nilai cacat
Grade
Nilai Cacat
Grade 1
0 11
Grade 2
12 25
Grade
4 dibagi
menjadi Grade
air
4a
maksimum
olahan kering
dan
26 44
Grade 4a
45 60
Grade 4b
61 80
Grade 5
81 150
Grade 6
151 225
biji
R/WP diklasifikasikan
menurut diameter kecil (5,5-6,5 mm),
sedang, (6,5-7,5 mm),
dan besar
III.
METODELOGI PERCOBAAN
C. Cara kerja
Kopi beras ditimbang terlebih dahulu sebanyak 300 gram.kemudian disiapkan
kertas manila berwarna putih yang sudah digambar 20 lingkaran di atasnya. Biji
kopi yang sudah ditimbang kemudian dihamparkan diata kertas manila tersebut.
Hamparan biji kopi diamati setiap biji kopi sesuai kriteria nilai cacatnya. Jika satu
biji mempunyai lebih dari satu jenis cacat,maka penentuan nilai cacat biji tersebut
didasarkan pada bobot nilai cacat yang terbesar. Setiap biji yang cacat
dikumpulkan sesuai kriteria cacat dan dihitung. Jumlah nilai cacat disesuaikan
dengan kriteria mutu berdasarkan tabel mutu nilai cacat.
IV.
A. Data Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan yang diperoleh dari hasil
pratikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan dan perhitungan
No
1.
Jenis
Jumlah
Cacat
Cacat
277
Biji
hitam
hitam sebagian
hitam pecah
kopi gelondong
coklat
2
3
4
5
Biji
Biji
Biji
Biji
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
Nilai
Cacat
Berat
(g)
Present
ase (%)
277
29,88
9,96
87
43,5
9,6
3,2
73
30
900
36,5
5,5
1,83
30
225
5,78
115,57
1,93
38,52
0,709
0,24
11
17
5,5
8,5
1,9
2,01
0,63
60
12
3,34
1,11
Biji pecah
329
65,8
30,3
10,1
Biji muda
339
67,8
27,64
9,21
53
10,6
5,92
1,98
320
32
7,1
2,37
6,7
1
8
1
9
2
0
14
0,27
0,09
0,709
0,24
836,
2
199
*Biji bagus
B. Perhitungan
Adapun perhitungan untuk mencari nilai cacat adalah sebagai
berikut :
Nilai cacat
Biji hitam
= 277 x 1
= 277
= 87 x 0.5
= 43,5
= 73 x 0.5
= 36,5
= 30 x 1
= 30
Biji coklat
= 900 x 0.25
= 225
=4x1
=4
= 0 x 0.5
=0
= 0 x 0.20
=0
Kulit tanduk
= 11 x 0.5
= 5,5
= 17 x 0.5
= 8,5
= 60 x 0.20
= 12
= 0 x 0.10
=0
Biji pecah
= 329 x 0.20
= 65,8
Biji muda
= 339 x 0.20
= 67,8
= 53 x 0.10
= 10,6
= 0 x 0.20
=0
Biji bertutul-tutul
= 320 x 0.10
= 32
=0
=4x1
=4
Persentase
Biji hitam
Biji coklat
= 0 g : 300 g x 100%
=0
= 0 g : 300 g x 100%
=0
Kulit tanduk
Biji pecah
Biji muda
= 0g : 300 g x 100%
=0
Biji bertutul-tutul
=0
C. Pembahasan
Biji kopi adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah,
kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi
beras (coffca beans) atau market koffie. Kopi beras berasal dari buah kopi basah
yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan
berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah
menjadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara
kering. Pengolahan buah kopi secara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische
Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische
Bereiding).
dan
Satuan
Persyaratan
Maks 12,5
Maks 0,5
Serangga hidup
Tidak ada
Tidak ada
Kriteria
Tidak lolos ayakan berdiameter 6.5 mm
(Sieve No.16)
Satuan
% Fraksi
massa
Persyaratan
Maks lolos
5
Kecil
% Fraksi
massa
Maks lolos
5
Kriteria
Tidak lolos ayakan berdiameter 7.5
mm (Sieve No.19)
Satuan
% Fraksi
massa
Persyarata
Maks
lolos 5
Sedang
Lolos ayakan
lolos ayakan
(Sieve No.16)
Lolos ayakan
lolos ayakan
(Sieve No.14)
% Fraksi
massa
Maks
lolos 5
% Fraksi
massa
Maks
lolos 5
Kecil
Kriteria
Tidak lolos ayakan berdiameter 6.5 mm
(Sieve No.16)
Satuan
% Fraksi
massa
Persyarata
nMaks
lolos 5
Sedang
Tabel 5. Syarat penggolongan mutu kopi robusta dan arabika berdasarkan sistem
nilai cacat
Mutu
Syarat Mutu
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
Mutu 4-a
Mutu 4-b
Mutu 5
Mutu 6
Untuk memperoleh angka-angka tersebut, sebanyak 300 gram contoh kopi biji
diberi nilai berdasarkan jenis cacatnya. Setiap biji cacat dari contoh kopi yang
diuji diberikan nilai cacat berdasarkan tabel dibawah ini berdasarkan tabel
dibawah ini. Jika satu biji mempunyai lebih dari satu jenis cacat, maka penetuan
nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.
Sedangkan untuk penentuan besarnya nilai cacat biji kopi didasarkan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 6. Prosedur Penentuan Nilai Cacat
No
Jenis cacat
Nilai Cacat
1( satu)
(setengah)
(setengah)
1( satu)
(seperempat)
1( satu)
(setengah)
1/5 (seperlima)
(setengah)
10
(setengah)
11
1/5 (seperlima)
12
1/10 (sepersepuluh)
13
1 (satu) pecah
1/5 (seperlima)
14
1 (satu) muda
1/5 (seperlima)
15
1/10 (sepersepuluh)
16
1/5 (seperlima)
17
1/10 (sepersepuluh)
18
5 (lima)
19
2 (dua)
20
1(satu)
Keterangan : jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. Jika
satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat
tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar
Dari hasil data pengamatan yang di atas diperoleh jumlah nilai cacat mutu kopi
dari 300 gram biji kopi yaitu sebesar 836,2. Nilai tersebut menunjukan bahwa
mutu kopi berada pada tingkat mutu 6 sesuai dengan SNI. Pada kriteria syarat
mutu kopi yang menunjukan mutu kopi semakin rendah hal ini disebabkan karena
banyak persentase biji yang pecah, hitam, muda dan masih bercampur dengan
kulit kopi. Apabila terdapat mutu kopi yang semakin rendah maka semakin
banyak pula kopi yang mempunyai cacat untuk lebih banyak menyerap air. Kopi
yang memiliki jaringan sel yang tidak sempurna menunjukkan bahwa kopi
tersebut memiliki nilai cacat sehingga kopi juga lebih banyak volume kosongnya.
Kopi yang memiliki jumlah sel yang lebih rendah akan lebih mudah mengalami
pengembangan volume biji kopi sehingga kadar air akan lebih tinggi (Primadia,
2009).
Pada data di atas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi ada pada biji coklat
(38,52%) dan biji hitam (9,98%) kemudian diikuti biji muda. Biji kopi hitam
biasanya disebabkan karena penyakit yang menyerang kopi, biji hitam akan
berpengaruh pada total keasaman (pH). Biji coklat adalah biji kopi yang setengah
atau lebih bagian luarnya berwarna coklat. Biji coklat umumnya terjadi karena
pengeringan yang tidak benar, buah terlalu masak atau fermentasi yang berlebihan
(over fermented). Menurut Yusianto dan Mulato (2002), kadar air awal biji yang
beragam akan menyebabkan proses pengeringan tidak sempurna, sehingga terjadi
cacat biji coklat. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya biji coklat,
sebaiknya kadar air biji kopi diseragamkan terlebih dahulu misalnya dengan
melakukan pengeringan awal (pre-drying) sebelum dimasukkan ke pengering
mekanis. Kulit kopi dapat terikut pada sampel sejak proses pengupasan buah kopi
(pulping) hingga proses pengupasan kulit tanduk (hulling) karena minimnya air
untuk pencucian.
Adapun kandungan ranting pada biji kopi dimungkinkan terjadi karena pada
pengolahan kering tidak ada perlakuan sortasi sebelum penjemuran. Kontaminasi
tanah dan batu dapat terjadi selama proses penjemuran yang umumnya
menggunakan terpal sebagai alas di atas permukaan tanah . Menurut Yusianto dan
Mulato (2002), penilaian biji kopi berdasarkan sifat fisik tidak sepenuhnya dapat
menjamin mutu seduhan, tetapi dapat mengantisipasi sebagian besar cacat citarasa
seduhan kopi. Oleh karena itu, mutu kopi dapat tingkatkan selama proses sortasi
yang baik setelah proses pengupasan kulit tanduk, kulit kopi umumnya dapat
dipisahkan dari biji kopi, sehingga tidak akan mempengaruhi rasa kopi seduhan.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah nilai cacat kopi beras yang diperoleh dari hasil praktikum yaitu
sebesar 836,2 menunjukkan mutu kopi tersebut semakin rendah karena
memiliki nilai mutu 6.
2. Persentase tertinggi ditunjukkan pada jenis cacat biji coklat yaitu sebesar
38,52% dan biji hitam sebesar 9,96% dan dilanjutkan dengan jenis cacat biji
muda 9,21%.
3. Jenis cacat biji coklat yang memiliki persentase tertinggi hal ini disebabkan
karena pengeringan yang tidak benar, buah terlalu masak atau fermentasi
yang berlebihan (over fermented) dan kadar air awal yang beragam.
4. Penanganan terhadap jumlah cacat yang semakin tinggi dapat ditangani
dengan melakukan proses pemutuan dari awal proses sortasi buah untuk
memisahkan buah yang diserang hama seperti rantung, tanah dan kerikil.
5. penilaian biji kopi berdasarkan sifat fisik tidak sepenuhnya dapat menjamin
mutu seduhan, tetapi dapat mengantisipasi sebagian besar cacat citarasa
seduhan kopi.
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.allbusiness.com/manufacturing/food-