FISIK
(Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar)
Oleh
kelompok 9 :
1.
2.
3.
4.
1414051028
1414051062
1414051091
1114051063
I.
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah diharapkan mahasiswa terampil
membuat kopi bubuk
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
Penyangraian
mesin dan didinginkan secara cepat. Akan tetapi beberapa kasus terjadi
yaitu terlalu lamanya penyangraian yang menyebabkan overroast. Untuk
itu proses penyangraian perlu dikendalikan (Sivetz, 1963).
II.3
Penggilingan
III.
III.1
METODELOGI
III.2
Cara Kerja
IV.
IV.1
Data Pengamatan
Adapun data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Pengolahan Kopi Bubuk
Perlakuan
Berat
Berat akhir
(menit)
awal
(gram)
(gram)
260,456
231,026
10
113,42
97,881
Warna
Aroma
Rendemen
(%)
Coklat
Tidak khas
gelap
kopi
Coklat
Tidak khas
kehitaman
kopi
88,70
86,30
15
115,46
81,183
Hitam
Khas kopi
70,31
20
178,990
132,260
Hitam
Tidak khas
86,30
kopi
25
151
114,980
Hitam
Tidak khas
kecoklatan
kopi
76,15
IV.2
Perhitungan
Berdasarkan data yang diperolah dari praktikum diatas maka diperoleh
nilai rendemen sebagai berikut :
Rumus : Rendemen = Berat kopi sangrai x 100%
Berat kopi awal
Perlakuan (5 menit)
231,026
x 100
Rendemen
260,456
88,70%
Perlakuan (10 menit)
97,881
x 100
Rendemen
113,42
86,30%
Perlakuan (15 menit)
81,183
x 100
Rendemen
115,46
70,31%
Perlakuan (20 menit)
Rendemen
97,881
x 100
113,42
86,30%
Perlakuan (25 menit)
114,980
x 100
Rendemen
151
76,15%
IV.3
Pembahasan
Biji kopi adalah biji dari tumbuhan kopi dan merupakan sumber dari
minuman kopi. Warna bijinya adalah putih dan sebagian besar
berupa endosperma. Setiap buah umumnya memiliki dua biji. Buah yang
hanya mengandung satu biji disebut dengan peaberry dan dipercaya
memiliki rasa yang lebih baik.Penilaian karakteristik kopi secara
organoleptik meliputi penilaian biji beras, biji hasil sangrai, dan seduhan.
Penilaian terhadap karakter biji kopi beras dan biji hasil sangrai belum
dapat menggambarkan karateristik suatu kopi sesungguhnya; sehingga
biasanya hanya digunakan sebagai pelengkap dari penilaian citarasa
seduhan (Clarke,. And Macrae, 1985).
Proses penyangraian dilakukan dengan menggunakan suhu yang tinggi.
Biji kopi disangrai pada suhu 180-2400C, biasanya memerlukan waktu 15
sampai 20 menit.Selama penyangraian biji kopi diaduk agar uap air cepat
terbawa keluar dan panas terdistribusi secara seragam secara keseluruhan.
Ketika penyangraian selesai maka biji kopi harus segara dikeluarkan dari
mesin dan didinginkan secara cepat. Akan tetapi beberapa kasus terjadi
yaitu terlalu lamanya penyangraian yang menyebabkan overroast. Untuk
itu proses penyangraian perlu dikendalikan.
Selama proses penyangraian berlangsung, terjadi perpindahan panas dari
permukaan pemanas ke dalam bahan. Panas yang masuk ke bahan
menyebabkanperubahan suhu dalam bahan. Panas yang menyebabkan
bau-bau
asing
atau
menyimpang
dari
bau
kopi
flavor pada kopi dapat dibedakan menjadi snyawa volatile dan non valatile
(Sari, 2001).
Menurut Sivets (1979), senyawa volatile yang menentukan flavor pada
kopi adalah golongan aldehida, keton, heterosiklik, senyawa sulfur, ester,
nitril, dan alkohol, sedangkan senyawa non volatile yaitu kafein, asam
klorogenat, golongan fenol, protein golongan amin, gula dan golongan
asam lainnya. Selama proses penyangraian, zat-zat volatil pada kopi akan
hilang sebesar 14-19%. Asam klorogenat pada kopi sangrai sebesar 4,5%.
Rasa dari senyawa tersebut adalah pahit dari asam karena mengandung
ion-ion fenolat. Proses penyangraian pada kopi memebrikan efek penting
dalam pembentukan rasa pahit pada produk akhir kopi. Kadar pahit
menjadi tinggi pada jenis pengolahan kopi secara dark roast.
(Rouseff,1990).
Perlakuan yang digunakan pada praktikum ini masing-masing kelompok
berbeda dengan perlakuan waktu untuk kelompok 1 dan 2 selama 5 menit,
kelompok 3 dan 4 selama 10 menit, kelompok 5 dan 6 selama 15 menit, 7
dan 8 selama 20 menit, 9 dan 10 selama 25 menit. Adapun perubahan
warna yang terjadi selama penyangraian yaitu dari coklat gelap/kehitaman
sampai hitam/hitam kecoklatan. Hal ini menunjukkan selama proses
penyangraian terjadi reaksi Maillard yang mengakibatkan munculnya
senyawa bergugus karbonil (gugus reduksi) dan bergugus amino. Reaksi
Maillard adalah reaksi browning non enzimatik yang menghasilkan senyawa
kompleks dengan berat molekul tinggi. Ketidakseragaman warna biji kopi
sebelum penyangraian mengakibatkan pada saat penyangraian warna yang
diperoleh tidak seragam. Hal ini mengakibatkan tingkat kecerahan (lightness)
yang diperoleh tidak stabil. Namun secara umum data yang diperoleh dari
praktikum ini menggambarkan adanya perubahan warna kecerahan pada biji
kopi yang seragam selama penyangraian (Nugroho dkk, 2009).
Selanjutnya perubahan yang terjadi selama penyangraian yaitu perubahan
aroma yang diperoleh dari pengamatan praktikum menunjukkan bahwa aroma
yang dihasilkan yaitu tidak khas kopi pada perlakuan waktu 5,10,20,dan 25
pada kopi hal ini terjadi karena perbedaan yang terlihat dari setiap
tingkatan suhu dan lama penyangraian yang menunjukkan hasil yang
berbeda. Dari data diatas diperoleh nilai rendemen berturut-turut biji kopi
perlakuan 1 dan adalah 88,70% dan 86,30%. Tingginya rendemen pada
kopi bubuk perlakuan 1 dibandingkan dengan kopi bubuk 2 disebabkan
perbedaan jumlah air yang diuapkan pada perlakuan 2 karena luas
permukaan lebih besar maka lebih banyak air yang diuapkan oleh luas
permukaan bahan pada saat pengeringan. Selain itu, tingginya rendemen
yang dihasilkan disebabkan juga oleh faktor kehilangan (loss) pada saat
pembubukan sangat kecil (Hayati dkk, 2012).
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Lama pemanasan berpengaruh terhadap sifat organoleptik kopi biji sangrai
mulai dari warna, aroma, rasa dan rendemen.
2. Perubahan warna biji kopi coklat kayu manis-kehitaman yang terjadi
selama proses penyangraian disebabkan adanya Reaksi Maillard yang
mengakibatkan munculnya senyawa bergugus karbonil (gugus reduksi) dan
bergugus amino.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati R, Marliah A dan Rosita F,. 2012. Sifat Kimia Dan Evaluasi Sensori Bubuk
Kopi Arabika. Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh
Ismayadi, 1985. Kopi dan Mutunya di Mata Konsumen. Didalam Warta Balai
Penelitian Perkebunan Jember, No 1:19-21. Jember
Nugroho J, Lumbanbatu J dan Rahayoe S,. 2009 . Pengaruh Suhu Dan Lama
Penyangraian Terhadap Sifat Fisik-Mekanis Biji Kopi Robusta. Bidang
Teknik Produk Pertanian. Mataram
Ridwansyah, 2003. Pengolahan Kopi. http://www.library-usu.com Diakses pada
tanggal 7 April 2016
Rouseff,1990. Bitterness in Foods and Beverages. Elsevier. New York
Sari L, 2001. Mempelajari Proses Pengolahan Kopi Bubu (Coffea canephora)
Alternatif Dengan Menggunakan Suhu dan Tekanan Rendah. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sivetz, M. & H.E. Foote.1963. Coffee Processing Technology. The Avi Publishing
Company Inc, Conneticut. Sivets (1979
Soekarto, TS. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.