1
Ind
p
PEDOMAN KONSELING
PELAYANAN KEFARMASIAN
DI SARANA KESEHATAN
1. DISASTER-HEALTH SERVICES
Lampiran 9
KATA PENGANTAR
Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbats hanya pada penyiapan
obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi dengan
pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan melaksanakan pelayanan
Pharmaceutical Care secara menyeluruh oleh tanaga farmasi. Konseling pasien
merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi. Konseling adalah memberi
nasehat kepada pasien atau sebagai upaya membantu pasien memecahkan masalah.
Buku Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan ini merupakan
pedoman untuk meningkatkan hasil terapi dengan mendorong penggunaan obat
yang tepat.
IA
ES
RE
UB
DEPA
N K E SE
NDERAL
RAT JE
DIREKTO RMASIAN DAN
FA
BINA KE KESEHATAN
ALAT
38
ME
AN
AT
TE
LIK IN D
O Drs. Abdul
Muchid, Apt
NIP. 140 088 411
Lampiran 8
Gambar
37
Lampiran 7
SAMBUTAN
Gambar
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas segala karunia dan
petunjukNya sehingga penyusunan buku Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan telah dapat diselesaikan pada waktunya,
yang merupakan perwujudan dalam upaya meningkatkan mutu dan paradigma
baru pelayanan farmasi.
Pelayanan farmasi yang baik akan mendukung keberhasilan suatu terapi,
sehingga berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan
pemilihan obat yang tepat, tetapi juga kepatuhan (compliance) pasien untuk
mengikuti terapi yang telah di tentukan. Kepatuhan pasien ditentukan oleh
beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati
sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman dan keluarga),
adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, interaksi dengan tenaga kesehatan
(dokter, apoteker dan perawat), serta informasi penggunaan obat dari apoteker.
Akibat dari ketidakpatuhan pasien pada terapi obat yang diberikan antara lain
adalah kegagalan terapi, terjadinya resistensi antibiotika, dan yang lebih
berbahaya adalah terjadinya toksisitas. Hal tersebut akibat dari kurangnya
informasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Konseling merupakan proses pemberian kesempatan bagi pasien untuk
mengetahui tentang terapi obatnya dan meningkatkan kesadaran penggunaan
obat dengan tepat. Pemberian informasi obat dapat diberikan melalui proses
konseling. Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari pelayanan
farmasi, karena konseling merupakan jembatan arus komunikasi antara apoteker
dengan pasien atau keluarga sehingga pada akhirnya baik tenaga farmasi
maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling.
Dalam pelayanan konseling sangat dibutuhkan kemampuan berkomunikasi
selain dasar keilmuan lainnya. Tenaga farmasi harus memiliki kemampuan
36
iii
Lampiran 6
Untuk itulah diperlukan adanya suatu buku pedoman konseling bagi para apoteker
yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, apotek, puskesmas
dan sarana kesehatan lainnya.
Dengan tersusunnya buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan konseling pada pasien atau keluarga sehingga hasil terapi obat dan
tujuan medis dari terapi obat dapat tercapai dengan optimal.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam proses penyusunan
buku ini.
iv
35
TI
Gambar
AD
BA
Lampiran 5
HUS
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
Nomor :HK.01.DJ.II.004
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN PEDOMAN KONSELING
PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan
Program Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, perlu dilakukan dengan berbagai
upaya;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
farmasi yang berazaskan Pharmaceutical Care perlu dibuat
Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana
Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang
Pembentukan Tim Penyusunan Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(lembaran negara nomor 100, tambahan lembaran negara
nomor 3495)
34
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
AD
BA
TI
HUS
Lampiran 4
KARTU MINUM OBAT MANDIRI
Waktu
minum
Tanggal
PAGI
SIANG
SORE
MEMUTUSKAN
Menetapkan : K E P U T U S A N D I R E K T U R J E N D E R A L B I N A
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN PEDOMAN
KONSELING PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA
KESEHATAN
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
MALAM
33
CATATAN/
KELUHAN
Tanggal
Waktu
AD
TI
BA
Lampiran 3
HUS
Keterangan :
1. Minumlah obat pada jam yang telah ditentukan
2. Isilah tanda V setiap anda selesai minum obat kolom sesuai jadwal
3. Catatlah setiap penggunaan dosis tambahan dan keluhan yang anda
rasakan
4. Bawalah kartu catatan ini setiap anda berkunjung ke dokter.
32
:
:
:
:
:
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
AD
BA
TI
HUS
Sekretariat
KEDUA
: 1. Siti Martati
2. Badrun Samsi
3. Vitri Sariati
Lampiran 2
KARTU KONSELING
INSTALASI FARMASI RS. MEDIKA
JAKARTA
NAMA PASIEN
UMUR
DIAGNOSA
Tgl
Kunjungan
R. Inap/
R. Jalan
:
: ....
:
Nama Obat
Aturan Pakai
Pemahaman Pasien
(B/C/K)*
Nama Obat
Indikasi
KETIGA
Aturan Pakai
Efek Samping
Nama Obat
Indikasi
Aturan Pakai
:J A K A RTA
: Desember 2006
Efek Samping
Nama Obat
Indikasi
Aturan Pakai
Efek Samping
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
31
Materi Konseling
Apoteker
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Sambutan Dirjen Binfar dan Alkes ....................................................................... iii
Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes tentang Tim Penyusun......................... v
Daftar Isi
ix
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Tujuan ...........................................................................................
1.3 Sasaran..........................................................................................
1.4 Pengertian .....................................................................................
BAB II
PELAYANAN KONSELING............................................................... 4
II.1 Pengertian Konseling..................................................................... 4
II.2 Tujuan dan Manfaat Konseling...................................................... 5
2.2.1 Tujuan Konseling................................................................ 5
2.2.2 Manfaat Konseling ............................................................. 5
II.3 Prinsip Dasar Konseling ............................................................... 7
II.4 Sasaran Konseling ........................................................................ 8
2.4.1 Konseling Pasien Rawat Jalan............................................ 8
2.4.2 Konseling Pasien Rawat Inap ............................................. 9
II.5 Masalah dalam Konseling ............................................................ 9
2.5.1 Penyebab ketidakpatuhan - ketidaksepahaman dalam
penggunaan obat ................................................................. 9
2.5.2 Cara Pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan kesepahaman....................................................................... 10
Pasien : Ya, obat ini adalah velocef, saya harus minum obat ini 2 kali sehari
1 capsul pada pukul 7 pagi dan pukul 7 malam satu jam sebelum makan atau
2 jam sesudah makan, selama 7 hari harus dihabiskan.
Apoteker : Bagus, gejala efek samping apa yang mungkin timbul dan harus
anda perhatikan selama minum obat ini ?
Pasien : Kemungkinan akan timbul diare, mual, gatal-gatal, sesak napas.
Apoteker : Benar, anda sudah memahami tentang obat ini dan cara meminumnya.
Jangan lupa obat ini harus disimpan ditempat yang aman dari jangkauan anakanak, dan terlindung dari cahaya atau panas. Jangan memberikan obat ini pada
orang lain yang mempunyai gejala penyakit yang sama, karena jika tidak cocok
akan berakibat fatal. Apakah anda ada pertanyaan lain ?
Pasien : Tidak, saya rasa cukup
Apoteker : Baik, semoga lekas sembuh, jangan ragu-ragu menghubungi kami
jika anda mendapat kesulitan tentang pengobatan ini.
Pasien : terima Kasih
Apoteker : Sama-sama.
30
ix
1
1
2
2
2
12
12
13
13
14
16
16
16
16
17
17
20
Apoteker : Benar, obat ini adalah antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan,
nama obat ini adalah velosef yang mengandung cephradine. Obat ini harus
diminum dua kali sehari satu tablet selama 7 hari. Minumlah obat ini setiap
12 jam , dan tentukan jam minum obat yang tidak mengganggu jadwal kegiatan
anda. Sebaiknya obat ini diminum pada saat perut kosong jadi sekitar 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, dengan air minum yang banyak.
Apakah anda mengalami kesulitan meminum obat ini setiap pukul 7 pagi dan
pukul 7 malam
DOKUMENTASI ................................................................................. 22
BAB VI EVALUASI........................................................................................... 23
VI.1 Evaluasi Kegiatan Pelayanan ....................................................... 23
VI.2 Evaluasi Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan ............................ 23
BAB VII PENUTUP ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
1. Chek List Kegiatan Konseling ...................................................................
2. Contoh Kartu Konseling ............................................................................
3. Kartu Catatan Penggunaan Obat Khusus ...................................................
4. Kartu Minum Obat Mandiri .......................................................................
5. Cara Menggunakan Inhaler dengan Benar .................................................
6. Cara Menggunakan Rectal Suppositoria ....................................................
7. Cara Menggunakan Tetes Hidung yang Benar...........................................
8. Cara Menggunakan Tetes Mata yang Benar...............................................
9. Cara Menggunakan Tetes Telinga yang Benar...........................................
27
27
31
32
33
34
35
36
37
38
Pasien : Tidak, saya biasa berangkat bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5
sore, sehingga saya bisa minum pada jadwal tersebut. Tetapi saya biasa makan
pagi pukul 7, jadi saya harus merubah waktu makan pagi saya.
Apoteker : baik, obat ini setelah habis tidak dapat dibeli lagi tanpa resep baru
dari dokter, minumlah obat ini selama 7 hari meskipun anda merasa sudah
sembuh setelah 3 hari minum obat ini, hal ini untuk mencegah kekambuhan
penyakit. Apakah anda mempunyai riwayat allergi terhadap penicillin
Pasien : Saya tidak tahu .
Apoteker : Apakah anda pernah minum amoxicillin atau ampicillin jika pernah
apakah ada reaksi alergi
Pasien : Ya, saya pernah minum amoxicllin sebulan yang lalu, dan tidak terjadi
apa-apa.
Apoteker : Baik, berarti anda tidak ada riwayat alergi penicillin. Jika anda
merasa mual karena minum obat ini, makanlah snack atau biskuit sebelum
memakan obat ini. Setiap obat memiliki efek camping dapat bersifat ringan
atau berat, jika timbul diare lebih dari 2 hari estela minum obat ini, gatal-gatal,
29
BAB I
PENDAHULUAN
28
Lampiran 1
Check List Kegiatan Konseling
Gunakan kata kerja
1. Apoteker memperkenalkan diri (memberi batasan ttg konseling yg
akan diberikan)
2. Identifikasi : apakah yang datang pasien sendiri atau bukan
3. Menanyaakan kepasien apakah dia mempunyai waktu untuk diberi
penjelasan dan menjelaskan kegunaan konseling.
4. Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan tentang
obat yang diberikan.
5. Dengarkan semua keterangan pasien dengan baik dan empati.
6. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
7. Jelaskan kepada pasien nama obat, indikasi, cara pemakaian.
8. Jelaskan kepada pasien tentang dosis, frekuensi dan lama penggunaan
obat.
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian
pasien, dan tanyakan apakah pasien kesulitan mengikuti jadwal tersebut.
10. Menjelaskan tindakan yang perlu jika lupa minum obat
11. Menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari selama minum obat
12. Menjelaskan kemungkinan interaksi obat-obat, atau obat-makanan
dan cara mengatasinya
13. menjelaskan efek samping dan cara menanggulangi efek samping
14. Menjelaskan cara penyimpanan yang benar
15. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan
dengan meminta pasien mengulang kembali.
16. Mendokumentasikan semua informasi penting
Contoh Kegiatan Konseling
Seorang pasien wanita 21 tahun terdiagnosa menderita infeksi saluran pernapasan.
27
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
26
BAB II
PELAYANAN KONSELING
II.1. PENGERTIAN KONSELING
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran,
melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu
kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien)
dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan
sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen kunci
dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya
melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus
berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu
pelayanan farmasi yang mempunyai tanggung jawab etikal serta medikasi
legal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan obat.
BAB VII
PENUTUP
Semakin tingginya pengetahuan dan pengaruh globalisasi menyebabkan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan meningkat. Tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan pun meningkat, termasuk di bidang
pelayanan kefarmasian.
Oleh sebab itu dengan adanya buku Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian
di Sarana Kesehatan, diharapkan apoteker dapat melaksanakan pelayanan
Pharmaceutical Care secara menyeluruh .
Pelayanan konseling secara benar dan konsisten akan meningkatkan peran dan
citra tenaga farmasi di masyarakat luas dan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
25
24
2.Bagi Apoteker
Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai
tanggung jawab profesi apoteker.
Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan
penggunaan obat ( Medication error )
Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga
menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.
II.3 PRINSIP DASAR KONSELING
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara
pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara
sukarela.
Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan
model pendekatan dari pendekatan Medical Model menjadi Pendekatan
Helping model
Tabel. 1
Hal hal yg perlu diperhatikan oleh apoteker :
Medical Model
Helping Model
1. Pasien passive
BAB VI
EVALUASI
Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian ditujukan untuk mengukur kemampuan
dalam pelayanan dan mencari upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Evaluasi dalam konseling obat terdiri dari dua kegiatan, yaitu :
VI.1. EVALUASI KEGIATAN PELAYANAN
Bertujuan untuk melihat kapasitas pelayanan dan meningkatkan kinerja
petugas yang memberikan konseling (konselor).
Evaluasi kegiatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis data yang
ada dari kegiatan konseling yang sudah dilakukan maupun dengan
melakukan wawancara kepada pasien. Dalam melakukan wawancara
dapat dibuat kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Hal-hal yang didapatkan dalam evaluasi adalah :
a. Kapasitas kegiatan ( jumlah pasien, jumlah kasus, dll )
b. Macam kegiatan konseling ( rujukan dokter, pasien aktif bertanya,
kelompok pasien tertentu, dll )
c. Untuk pengobatan penyakit kronis, perlu dihitung jumlah pasien yang
rutin berobat dan jumlah pasien drop out pengobatan
d. Proses perubahan perilaku pasien sebagai hasil dari konseling
e. Pendapat pasien tentang kegiatan konseling (dlm bentuk kuisioner)
f. Pendapat pasien tentang petugas konseling ( konselor ) / kuisioner
g. Waktu tunggu / lamanya pelayanan konseling
h. Infrastruktur dalam kegiatan konseling (kebijakan, protap, SDM dll)
VI.2. EVALUASI KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN.
Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing-masing pasien.
Dengan mempunyai dokumen yang berisi riwayat pengobatan pasien,
apoteker yang memberikan konseling dapat melakukan pengamatan
apakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. Apoteker dapat
mengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalam
melaksanakan pengobatan. Kegiatan ini Sangat bermanfaat pada
23
BAB V
DOKUMENTASI
Pendokumentasian adalah hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan
farmasi. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan.
Dalam pelayanan konseling obat kegiatan pendokumentasian sangat diperlukan. Tujuan
pendokumentasian pelayanan konseling obat adalah :
1. Mendapatkan data / profil pasien
2. Mengetahui riwayat penyakit pasien
3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat
4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan
5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat
6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian.
7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi
Pendokumentasian dapat berupa kartu konseling yang berisi data pasien dan kegiatan
konseling yang dilakukan dan buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat volume
kegiatan. Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan
konseling.
contoh Kartu Konseling : Lampiran 2
22
21
20
dll.
d. Rutinitas sehari-hari yang tidak sesuai dengan jadwal
penggunaan obat
3. Faktor Pasien
a. Merasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit
dan hasil yang didapat jika tidak diobati.
b. Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif
c. Motivasi ingin sembuh
d. Kepribadian / perilaku, misalnya orang yang terbiasa hidup
teratur dan disiplin akan lebih patuh menjalani terapi
e. Dukungan lingkungan sekitar / keluarga.
f. Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dll
4. Faktor Komunikasi
a. Pengetahuan yang kurang tentang obat dan kesehatan
b. Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya.
c. Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gaya
hidupnya.
d. Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli
kesehatan.
e. Apoteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan.
II.5.2 Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan
1. Berkomunikasi dengan pasien
2. Informasi yang tepat
3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan
Berkomunikasi dengan pasien
- Kepuasaan pasien dalam berkomunikasi
- Cara berkomunikasi yang baik
menumbuhkan pengertian
betapa pentingnya pengobatan ini
- Berkomunikasi secara alamiah
ikut melibatkan pasien
10
19
18
11
BAB III
INFRASTRUKTUR KONSELING
III.1. SUMBER DAYA MANUSIA
Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal ini
Apoteker yang mempunyai kompetensi dalam pemberian konseling obat.
Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling harus memahami baik
aspek farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien.
Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuan
komunikasi harus ditingkatkan. Ini penting agar terjalin komunikasi
yang efektif dan intensif antara apoteker dengan pasien .
Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut :
Membantu dengan cara bersahabat :
Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuat
kesepakatan dan memberikan bantuan pengobatan. Sangat penting
bagi apoteker untuk menciptakan suasana yang bersahabat dengan
pasien, ini akan mempengaruhi suasana hati pasien dan pasien menjadi
percaya kepada apoteker. Apoteker dapat memulai konseling dengan
menyapa pasien dengan namanya, memperkenalkan diri, memberikan
sedikit waktu untuk pembicaraan umum sebelum memulai pembicaraan
tentang pengobatan. Selama konseling berlangsung maka apoteker
harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh setiap perkataan
pasien. Selain itu apoteker juga harus memperhatikan bahasa tubuhnya
agar pasien merasa lebih dihargai.
Menunjukkan rasa empati pada pasien
Sangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesi
konseling dilakukan. Ketika apoteker menunjukkan rasa empati maka
pasien akan merasa apoteker peduli kepadanya. Penting bagi apoteker
untuk tahu tentang kebutuhan pasien, ketertarikan pasien, motivasi,
tingkat pendidikan agar dapat disesuaikan dengan informasi yang
akan diberikan oleh apoteker. Menunjukkan rasa empati berarti bahwa
komunikasi berjalan dengan baik.
12
17
BAB IV
KEGIATAN KONSELING
IV.1 PROSES KONSELING
IV.1.1 Penentuan Prioritas Pasien
Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sehari-hari, pemberian
konseling tidak dapat diberikan pada semua pasien mengingat
waktu pemberian konseling yang cukup lama. Oleh sebab itu
diperlukan seleksi pasien yang perlu diberikan konseling. Seleksi
pasien dilakukan dengan penentuan prioritas pasien-pasien yang
dianggap perlu mendapatkan konseling. Prioritas pasien yang
perlu mendapat konseling :
Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri, pasien pediatri,
dll)
Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes,
dll)
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(Penggunaan kortikosteroid dengan tappering down atau
tappering off )
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapi
sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi
rendah.
IV.1.2 Persiapan Dalam Melakukan Konseling
Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka Apoteker
harus memiliki persiapan. Apoteker sebaiknya melihat dahulu
data rekam medik pasien. Ini penting agar apoteker dapat
mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti interaksi
obat maupun kemungkinanan alergi pada obat-obatan tertentu.
Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri dengan informasi
informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang
diterima oleh pasien.
16
13
14
15