Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan atas kehadirat Allah SWT sehingga pada akhirnya
Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Informasi Obat dan Konseling di RSUD
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu dapat terselesaikan dengan baik. Pedoman ini
disusun dengan maksud untuk menjamin pelayanan farmasi dalam meningkatkan
keselamatan pasien terutama dalam penggunaan obat, maka perlu dilakukan
pemberian informasi dan edukasi terkait obat.
Pedoman ini bersifat dinamis dan dapat ditinjau kembali seiring dengan
perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta penyempurnaan peraturan
yang berlaku untuk meningkatkan pelayanan di RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar
Makkatutu. Dengan demikian, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak demi penyempurnaan pedoman ini.

Tim Penyusun

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING i


SAMBUTAN DIREKTUR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat Nya
sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Informasi Obat dan Konseling RSUD
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih dan apresiasi besar kami sampaikan kepada Tim Penyusun
Pedoman Pelayanan Informasi Obat dan Konseling RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar
Makkatutu yang telah memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan
penyusunan buku pedoman ini.
Kami berharap dengan disusunnya Pedoman ini dapat dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan pelayanan farmasi yang bermutu. Untuk meningkatkan
mutu pelayanan di RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu.

Ditetapkan di : Bantaeng
Pada tanggal : 18 Januari 2021

DIREKTUR,

Dr. H. Sultan, M.Kes


Pangkat : Pembina
NIP : 19710206 200312 1 011

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
SAMBUTAN DIREKTUR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Tujuan Pedoman....................................................................................................................2
C. Pengertian.............................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................5
RUANG LINGKUP...............................................................................................................................5
A. Pelayanan Informasi Obat..........................................................................................................5
B. Konseling................................................................................................................................6
BAB IV...................................................................................................................................................9
TATA LAKSANA..................................................................................................................................9
A. Pelayanan Informasi Obat..........................................................................................................9
B. Konseling....................................................................................................................................12
BAB V..................................................................................................................................................17
DOKUMENTASI.................................................................................................................................17
BAB VI.................................................................................................................................................18
EVALUASI KEGIATAN.....................................................................................................................18
BAB VII................................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan. Pelayanan kefarmasian ini merupakan wujud pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian. Yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pemngadaan, penyimpanan, dan distribusi obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu dan selalu baru


up to date mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan, termasuk adanya
spesialisasi dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah
sakit pada dasarnya adalah untuk menjamin dan memastikan penyediaan dan
penggunaan obat yang rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman
bagi pasien. Pelayanan kefarmasian tersebut memerlukan informasi obat yang
lengkap, objektif, berkelanjutan, dan selalu baru up to date pula.

Untuk itu diperlukan upaya penyediaan dan pemberian informasi yang


(1) lengkap, yang dapat memenuhi kebutuhan semua pihak sesuai dengan
lingkungan masing masing rumah sakit, (2) memiliki data cost effective obat,
informasi yang diberikan terkaji dan tidak bias komersial (3) disediakan
secara berkelanjutan oleh institusi yang melembaga, dan (4) disajikan selalu
baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kefarmasian dan kesehatan.

Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung


jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related problem).

Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non


corcondance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab
kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan
dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah
penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan
berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses
penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien
dan keluarga melalui konseling obat. Pasien yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 1


regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula.
Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien.

Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara


tatap muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan
kefarmasian dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pasien dalam penggunaan obat. Apoteker baik di rumah sakit maupun di
sarana pelayanan kesehatan lainnya berkewajiban menjamin bahwa pasien
mengerti dan memahami serta patuh dalam penggunaan obat sehingga
diharapkan dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Untuk itu
Apoteker perlu mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan informasi
dan memberi motivasi agar pasien dapat mematuhi dan memahami penggunaan
obatnya terutama untuk pasien-pasien geriatri, pediatri dan pasien-pasien yang
baru pulang dari rumah sakit serta pasien-pasien yang menggunakan obat
dalam jangka waktu lama terutama dalam penggunaan obat-obat tertentu
seperti obat-obat cardiovasculer, diabetes, TBC, asthma, dan obat- obat untuk
penyakit kronis lainnya.

Konseling obat diharapkan tidak hanya memberikan informasi tentang


obat tetapi sekaligus memberikan pendidikan dan pemahaman tentang
pengobatannya dan memastikan bahwa pasien dapat menggunakan obat
dengan benar.

B. Tujuan Pedoman
1. Tersedianya pedoman dalam rangka pelayanan informasi obat dan
konseling yang bermutu dan berkesinambungan dalam rangka
mendukung upaya penggunaan obat yang rasional di rumah sakit.

2. Tersedianya acuan dalam rangka pelayanan informasi obat dan


konseling di RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

3. Tersedianya landasan hukum dan operasional penyediaan dan


pelayanan informasi obat dan konseling di RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng.

4. Terlaksananya penyediaan dan pelayanan informasi obat dan


konseling di RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng

5. Terlaksananya pemenuhan kompetensi apoteker dalam hal pelayanan


kefarmasian.

C. Pengertian
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 2


oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan di
RS
2. Konseling adalah Kegiatan aktif apoteker dalam memberikan penjelasan
kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan
proses pengobatan
3. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan undang- undang yang berlaku,
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

4. Data adalah bukti yang ditemukan dari hasil penelitian yang dapat dijadikan
dasar kajian atau pendapat.

5. Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan


penyimpanan informasi di bidang ilmu pengetahuan.

6. Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat


dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

7. GPP (Good Pharmacy Practice) adalah pedoman pelayanan kefarmasian


yang baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
pasien.

8. Interaksi obat adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kerja obat.

9. Keracunan adalah zat yang termakan yang dapat menyebabkan sakit atau
mati tetapi bukan bunuh diri.

10. Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang


sebaik baiknya.

11. Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam


menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.

12. Over dosis adalah dosis yang diberikan melebihi dosis


maksimum/memberikan dosis yang berlebihan.

13. Pelayanan adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani.

14. Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan


dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

15. Pasien/Penderita adalah orang sakit/orang yang menjalani


pengobatan untuk kesembuhan penyakitnya.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 3


16. KFT (Komite Farmasi dan Terapi) adalah suatu komite di rumah sakit yang
merupakan badan penasehat dan pelayanan melalui garis organisatoris yang
berfungsi sebagai penghubung antar staf medis dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.

17. Pustaka adalah sumber informasi yang digunakan untuk melayani persyaratan
informasi mencakup buku teks, majalah ilmiah, monografi dan lain lain.

18. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

19. Stabilitas obat adalah keseimbangan atau kestabilan obat secara


farmakodinamik dan farmakokinetik.

20. Terapi obat adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit.

21. Penggunaan Obat Rasional : Penggunaan obat yang menganut pada tepat
obat, tepat indikasi , tepat pasien, tepat waktu dan waspada terhadap efek
samping

22. Penggunaan Obat yang salah ( drug misuse ) : Kesalahan penggunaan obat
oleh pasien yang disebabkan karena ketidaktahuan pasien dalam penggunaan
obat yang benar. Penggunaan obat yang salah dapat berupa kesalahan dalam
waktu pemberian, kesalahan dalam cara memberikan, terjadinya interaksi
antara obat dan makanan ataupun obat dengan obat.

23. Compliance ( Kepatuhan ) : Kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi obat


yang diberikan, baik berupa kepatuhan jadwal minum obat maupun cara
penggunaan yang benar

24. Drug Related Problem ( DRP ) : Masalah terkait obat adalah segala
permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
menyebabkan menurunnya adherence.

25.Swamedikasi : Pengobatan yang dilakukan pasien sendiri tanpa


berkonsultasi dengan dokter, penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter

26. Adherence : Keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya baik


melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi, maupun dalam
ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung terapi.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 4


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pelayanan Informasi Obat


Ruang lingkup kegiatan meliputi :

1. Pelayanan

a. Menjawab pertanyaan

b. Menerbitkan bulletin

c. Membantu unit lain dalam mendapatkan informasi obat

d. Menyiapkan materi untuk brosur/leaflel informasi obat

e. Mendukung kegiatan Komite Farmasi dan Terapi dalam menyusun dan


merevisi formularium.

2. Pendidikan

a. Mengajar dan membimbing mahasiswa.

b. Memberi pendidikan pada tenaga kesehatan dalam hal informasi obat.

c. Mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan di bidang


informasi obat.

d. Membuat/menyampaikan makalah seminar/symposium

e. Melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat.

f. Melakukan penelitian penggunaan obat baru yang ditambahkan dalam


formularium

g. Memberi jawaban atas pertanyaan spesifik melalui telepon, surat atau


tatap muka.

h. Dukungan Komite Farmasi dan Terapi seperti tinjauan terhadap obat-


obatan yang baru yang diajukan untuk dimasukkan dalam formularium
rumah sakit.

Sasaran Pelayanan Informasi Obat

1. Pasien dan atau keluarga pasien

2. Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten


apoteker, dan lain lain.

3. Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 5


Sumber Daya Manusia

Pelayanan informasi obat merupakan bagian integral dari instalasi farmasi


rumah sakit. Persyaratan SDM yaitu :

1. Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan berkelanjutan

2. Menunjukkan kompetensi professional dalam penelusuran,


penyeleksian dan evaluasi sumber informasi

3. Memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun


tulisan

Metode Pelayanan Informasi Obat

1. Pelayanan Informasi Obat dilayani oleh Apoteker selama 24 jam


atau on call

2. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja,


sedang diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang
sedang tugas jaga

Sarana dan Prasarana

Sarana pelayanan informasi obat menggunakan ruangan instalasi


farmasi beserta perangkat pendukungnya.

B. Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi
antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku
pasien secara sukarela.

Sasaran Konseling

1. Konseling Pasien Rawat Jalan

Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada


saat pasien mengambil obat di apotek. Konseling pasien di rawat
jalan diutamakan pada pasien yang :

a. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka


panjang (diabetes, TBC, epilepsy, HIV/AIDS, dll)

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 6


b. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan
cara pemakaian yang khusus, seperti : suppositoria, enema,
inhaler, injeksi insulin

c. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yang khusus


seperti injeksi insulin, suppositoria

d. Mendapatkan obat dengan aturan pakai yang rumit,. Misalnya :


pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.

e. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya :


geriatri, pediatric

f. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoxin,


phenytoin)

g. Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak


(polifarmasi)

2. Konseling Pasien Rawat Inap

Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akan
melanjutkan terapi dirumah. Selain pemberian konseling pada saat
pasien akan pulang, konseling pada pasien rawat inap juga
diberikan pada kondisi berikut :

a. Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah

b. Adanya perubahan terapi berupa penambahan terapi, perubahan


regimen terapi, maupun perubahan rute pemberian.

Sumber Daya Manusia

Kegiatan konseling obat dilakukan oleh apoteker. Apoteker harus


memahami baik aspek farmakoterapi obat dan teknik berkomunikasi
dengan pasien.

Sarana Penunjang

Ruang atau tempat konseling sebaiknya disiapkan ruang khusus


dengan kriteria sebagai berikut :

a. Tertutup dan tidak banyak orang keluar masuk, sehingga privacy


pasien terjaga dan pasien lebih leluasa menanyakan segala
sesuatu tentang pengobatan

b. Tersedia meja dan kursi yang cukup untuk konselor maulun


pasien

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 7


c. Mempunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara bagus

d. Letak ruang konseling tidak terlalu jauh dari tempat pengambilan


obat

Perlengkapan poteker dalam melaksanakan konseling :

a. Panduan konseling, berisi daftar check list untuk mengingatkan


apoteker point-point konseling yang penting

b. Literature pendukung

c. Brosur tentang obat-obatan tertentu, memberikan kesempatan


kepada pasien untuk membaca lagi jika lupa

d. Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar-gambar,


poster, maupun sediaan yang berisi placebo

e. Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan


lanjutan pengobatan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 8


BAB IV
TATA LAKSANA

A. Pelayanan Informasi Obat


1. Pelayanan

Berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau
pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan
secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur,
leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker
pelayanan informasi obat mernberikan informasi obat sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diterima.

Menjawab Pertanyaan

Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon,


tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-mail).

ALUR MENJAWAB PERTANYAAN DALAM


PELAYANAN INFORMASI OBAT

PENANYA

PIO

ISI FORMULIR
KLASIFIKASI :
PENANYA
PERTANYAAN

UMPAN BALIK
INFORMASI
LATAR BELAKANG

KUMPUL DATA &


EVALUASI DATA

DOKUMENTASI FORMULIR JAWABAN

KOMUNIKASI

2. Prosedur Penanganan Pertanyaan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 9


a. Menerima Pertanyaan

Pertanyaan dapat datang langsung dari pasien atau melalui petugas


kesehatan di ruang rawat. Semua ini membutuhkan komunikasi yang efektif..

b. Identifikasi Penanya

Identit as penanya dan alasan mereka mengajukan pertanyaan


perlu diketahui segera karena hal ini akan mempengaruhi petugas dalam
mengambil langkah selanjutnya. Misalnya bila pertanyaan datang melalui
petugas kesehatan di ruang rawat, perlu diketahui identitas baik
pasien maupun petugas yang menyampaikan. Bila pertanyaan datang
dari pihak diluar rumah sakit seperti dari masyarakat, media masa, pabrik
obat, atau badan resmi lainnya, otoritas memberikan informasi dapat
berbeda dibandingkan dengan menjawab pertanyaan dari lingkungan
rumah sakit, untuk itu diperlukan ijin dari direktur rumah sakit.

c. Identifikasi Masalah

d. Menerima Permintaan Informasi

e. Informasi Latar Belakang Penanya

- Informasi Latar Belakang Bersifat Dasar

Informasi Umum antara lain : Nama dan pekerjaan penanya, Nomor


telepon/alamat yang dapat dihubungi, Tujuan permintaan, Rincian
permintaan, Urgensi permintaan

Informasi Pasien antara lain : Nama pasien, Ruang rawat, Demografi


pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, ras dan lain lain), Riwayat
penyakit (termasuk fungsi organ, dan hasil laboratorium terkait),
Riwayat pengobatan (yang diresepkan maupun dibeli bebas,
dosis, lama pengobatan dan pemberian obat yang lalu)

- Informasi Latar Belakang Bersifat Spesifik

Reaksi obat yang tidak diinginkan Adverse :Drug Reactions/ADR,


reaksi: tanda tanda, gejala-gejala dan diagnose, tingkat keparahan,
waktu mula/timbulnya reaksi, pola berkembangnya, keterkaitan
(sementara) dengan riwayat pengobatan, riwayat alergi atau ADR
terrnasuk riwayat dalam keluarga, penanganan selama ini, pabrik,
tanggal kadaluarsa, nomor batch dari obat yang diduga

Keracunan. overdosis, dan akibat bisa binatang : nama zat, label,


pabrik, ukuran wadah, bentuk (padat, cairan, gas), cara terpapar:
topikal, inhalasi, tertelan, melalui gigitan/sengatan, perkiraan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 10


jumlahnya, waktu terpapar, lama terpapar, demografi pasien, status
pasien, rincian penanganan yang telah dilakukan

Kehamilan dan Menyusui : nama obat, lama penggunaan obat (akut


atau kronik), dosis dan cara pemberian, usia janin, usia bayi/frekuensi
menyusui perhari, apakah obat diresepkan? Oleh siapa?, riwayat
pengobatan terkait, riwayat penyakit terkait

Dosis : diagnosa atau Indikasi, usia, jenis kelamin, berat badan


pasien, riwayat penyakit, fungsi ginjal, fungsi hati, terapi yang diterima,
riwayat alergi, ADR, bentuk sediaan yang diinginkan atau cara
pemberian yang diinginkan

Interaksi Obat : nama obat yang diduga, dosis, lama terapi, lamanya
pemberian secara bersamaan, aturan pakai, status pasien,
penanganan yang telah dilakukan , pengobatan terkait/data
laboratorium

Obat obat yang mengganggu pemeriksaan laboratorium : rincian


gangguan, rincian riwayat pengobatan (obat, dosis, lama pengobatan,
aturan pakai), rincian test laboratorium, waktu pemberian

Ketercampuran secara in vitro : spesifikasi obat (nama obat, aturan


pakai dan lama pengobatan, cara pemberian, kadar), akses ke intra
vena (jumlah lines, larutan infus, obat lainnya), status pasien
(kebutuhan untuk pemberian secara parenteral, pembatasan cairan,
ketersediaan intra vena akses, alternatif cara pemberian, rincian
inkompatibilitas yang diduga),

Stabilitas Obat : nama obat, formulasi, pabrik, nomor batch tanggal


kadaluarsa, kondisi penyimpanan (temperatur, cahaya, lamanya)

Terapi Obat : riwayat penyakit terkait, Fungsi ginjal, fungsi hati, hasil
test sensitivitas terhadap antibiotika, cara pemberian, riwayat
pengobatan (interaksi obat, kegagalan terapi), riwayat alergi, ADR

Identifikasi obat : nama obat (Nama dagang, nama generik dan nama
kimia), sumber informasi (resep, wadah, tanya jawab, artikel jurnal),
negara asal obat, pabrik, indikasi, bentuk sediaan, alasan permintaan
informasi

Farmakokinetik : nama obat, bentuk sediaan, cara pemberian, aturan


pakai, riwayat pasien terkait (umur, ungsi ginjal, fungsi hati, berat
badan), obat lainnya, alas an permintaan informasi (eliminasi pada
keracunan, kemungkinan interaksi, perubahan cara pemberian
lainnya)

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 11


Pasien Anak (Pediatri) : usia, jenis kelamin dan berat badan pasien,
riwayat penyakit, riwayat pengobatan, riwayat alergi/ADR, hasil
laboratorium terkait

Penetapan dosis pada pasien dengan penyakit ginjal : demografi


pasien, indikasi, tipe dan penyebab gangguan fungsi ginjal, perkiraan
fungsi ginjal (serum kretinin, klirens kreatinin), penanganan termasuk
tipe, frekuensi dan lama dialisa, riwayat penyakit

Penetapan dosis pada pasien dengan penyakit hati : demografi


pasien, indikasi, tipe dan penyebab gangguan fungsi hati, hasil tes
fungsi hati, riwayat penyakit

B. Konseling
1. Proses Konseling

Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling :

a. Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri, pasien pediatri, dll)

b. Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes, dll)

c. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus


(Penggunaan kortikosteroid dengan ”tappering down” atau ”tappering
off” )

d. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapi sempit


(digoxin, phenytoin, dll)

e. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi rendah.

2. Persiapan Dalam Melakukan Konseling

Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka Apoteker harus


memiliki persiapan. Apoteker sebaiknya melihat dahulu data rekam medik
pasien. Ini penting agar apoteker dapat mengetahui kemungkinan masalah
yang terjadi seperti interaksi obat maupun kemungkinan alergi pada obat-
obatan tertentu. Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri dengan
informasi informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang
diterima oleh pasien.

3. Pertanyaan Dalam Konseling

Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open-ended questions.


Dengan pertanyaan model ini memungkinkan apoteker memperoleh beberapa
informasi yang dibutuhkan dari satu pertanyaan saja. Pertanyaan dengan
jawaban ”ya” atau ”tidak", sebaiknya dihindari. Begitu juga dengan pertanyaan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 12


yang berasal dari pendapat Apoteker. Open-ended questions akan
menghasilkan respon yang memuaskan sebab pertanyaan ini akan
memberikan informasi yang maksimal. Kata tanya sebaiknya dimulai dengan
”bagaimana” atau ”mengapa”.

4. Tahapan Konseling

a. Pembukaan

Pembukaan konseling yang baik antara apoteker dan pasien dapat


menciptakan hubungan yang baik, sehingga pasien akan merasa percaya
untuk memberikan informasi kepada Apoteker. Apoteker harus
memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai sesi konseling.
Selain itu apoteker harus mengetahui identitas pasien (terutama nama)
sehingga pasien merasa lebih dihargai. Hubungan yang baik antara
apoteker dan pasien dapat menghasilkan pembicaraan yang
menyenangkan dan tidak kaku. Apoteker dapat memberikan pendapat
tentang cuaca hari ini maupun bertanya tentang keluarga pasien.
Apoteker harus menjelaskan kepada pasien tentang tujuan konseling
serta memberitahukan pasien berapa lama sesi konseling itu akan
berlangsung. Jika pasien terlihat keberatan dengan lamanya waktu
pembicaraan, maka apoteker dapat bertanya apakah konseling boleh
dilakukan melalui telepon atau dapat bertanya alternatif waktu/hari lain
untuk melakukan konseling yang efektif.

b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah

- Diskusi dengan pasien baru, Apoteker harus mengumpulkan informasi


dasar tentang pasien dan tentang sejarah pengobatan yang pernah
diterima oleh pasien tersebut.

- Diskusi dengan pasien yang meneruskan pengobatan, Apoteker


hanya bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan
kondisi maupun pengobatan baru yang diterima oleh pasien baik
yang diresepkan maupun yang tidak diresepkan.

- Mendiskusikan Resep yang baru diterima

Apoteker harus bertanya apakah pasien pernah menerima pengobatan


sebelumnya. Apoteker harus bertanya pengobatan tersebut diterima
pasien dari mana, apakah dari Apoteker juga, atau dari psikiater dan lain
sebagainya. Jika pasien pernah menerima pengobatan sebelumnya
maka dapat di tanyakan tentang isi topik konseling yang pernah diterima
oleh pasien tersebut.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 13


Apoteker sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentang penjelasan apa
yang telah diterima oleh pasien . Ini penting untuk mempersingkat
waktu konseling dan untuk menghindari pasien mendapatkan informasi
yang sama yang bisa membuatnya merasa bosan atau bahkan
informasi yang berlawanan yang membuat pasien bingung.

Regimen pengobatan, pasien harus diberitahu tentang guna obat dan


berapa lama pengobatan ini akan diterimanya.

Mendiskusikan pengulangan resep dan pengobatan, Apoteker


diharapkan memberikan penjelasan tentang guna pengobatan yang
diterima oleh pasien serta bertanya tentang kesulitan-kesulitan apa
yang dihadapi oleh pasien selama menerima pengobatan. Apoteker
harus bertanya pada pasien apakah pengobatan yang diterima telah
membantu keadaan pasien menjadi lebih baik.

Efek samping pengobatan, Apoteker harus mengetahui dengan pasti


efek samping pengobatan dan kemungkinan terjadinya efek samping
kepada pasien.

c. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan


mempelajarinya.

Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan dengan


pasien. Apoteker juga harus mencatat terapi dan rencana untuk
monitoring terapi yang diterima oleh pasien. Baik pasien yang menerima
resep yang sama maupun pasien yang menerima resep baru, keduanya
harus diajak terlibat untuk mempelajari keadaan yang memungkinkan
tercipta masalah. Sehingga masalah terhadap pengobatan dapat
diminimalisasi.

d. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh

Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan selama


konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta
kembali pasien untuk mengulang informasi yang sudah diterima. Dengan
cara ini pula dapat diidentifikasi adanya penerimaan informasi yang
salah sehingga dapat dilakukan tindakan pembetulan.

e. Menutup diskusi

Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk Apoteker bertanya kepada


pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang
tidak dimengerti oleh pasien. Mengulang pernyataan dan
mempertegasnya merupakan hal yang sangat penting sebelum

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 14


penutupkan sesi diskusi, pesan yang diterima lebih dari satu kali dan diberi
penekanan biasanya akan diingat oleh pasien.

f. Follow-up diskusi

Fase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasien mendapatkan


Apoteker yang berbeda pada sesi konseling selanjutnya. Oleh sebab itu
dokumentasi kegiatan konseling perlu dilakukan agar perkembangan
pasien dapat terus dipantau.

5. Aspek Konseling Yang Harus Disampaikan Kepada Pasin

a. Deskripsi dan kekuatan obat

Apoteker harus memberikan informasi kepada pasien mengenai :

- Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya

- Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya

- Kekuatan obat (mg/g)

b. Jadwal dan cara penggunaan

Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti ”minum


obat sebelum makan”, ”jangan diminum bersama susu” dan lain
sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku
sosial ekomoninya.

c. Mekanisme kerja obat

Apoteker harus mengetahui indikasi obat, penyakit/gejala yang sedang


diobati sehingga Apoteker dapat memilih mekanisme mana yang harus
dijelaskan, ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi.
Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh
pasien

d. Dampak gaya hidup

Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup.
Apoteker harus dapat menanamkan kepercayaan pada pasien mengenai
manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien.

e. Penyimpanan

Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama


obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar, adanya cahaya

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 15


dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari
jangkauan anak-anak.

f. Efek potensial yang tidak diinginkan

Apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasan terjadinya


toksisitas secara sederhana. Penekanan penjelasan dilakukan terutama
untuk obat yang menyebabkan perubahan warna urin, yang menyebabkan
kekeringan pada mukosa mulut, dan lain sebagainya. Pasien juga
diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 16


BAB V
DOKUMENTASI

Pendokumentasian adalah hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan


pelayanan farmasi. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelayanan informasi dan konseling obat kegiatan
pendokumentasian sangat diperlukan. Tujuan pendokumentasian pelayanan
informasi obat dan konseling obat adalah :

1. Mendapatkan data / profil pasien

2. Mengetahui riwayat penyakit pasien

3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat

4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobaan

5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat

6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian.

7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi

Pendokumentasian berupa lembar pelayanan informasi obat (lampiran 1) dan


kartu konseling (lampiran 2) yang berisi data pasien dan kegiatan konseling yang
dilakukan dan buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat volume kegiatan.
Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan PIO dan
konseling.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 17


BAB VI
EVALUASI KEGIATAN

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat dan konseling di


rumah sakit, harus dilakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan secara
berkala. Evaluasi ini digunakan untuk menilai/mengukur keberhasilan pelayanan
informasi obat dan konseling itu sendiri dengan cara membandingkan tingkat
keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat dan
konseling.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari


awal dan mendokumentasikan pertanyaan pertanyaan yang diajukan, serta
jawaban dan pelayanan yang diberikan kemudian dibuat laporan tahunan.
Laporan ini dievaluasi dan berguna untuk memberikan masukan kepada pimpinan
dalam membuat kebijakan di waktu mendatang.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan tersebut harus ada indikator yang


digunakan. Indikator tersebut bersifat dapat diukur dan valid (tidak cacat). Indikator
keberhasilan pelayanan informasi obat dan konseling mengarah kepada
pencapaian penggunaan obat secara rasional di rumah sakit itu sendiri.

Indikator dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan


pelayanan informasi obat dan konseling antara lain:

- Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan.


- Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.
- Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan
- Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, buletin,
ceramah).

- Meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan tingkat


kesulitan.

- Menurunnya keluhan atas pelayanan

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 18


BAB VII
PENUTUP

Dengan adanya Pedoman Pelayanan Informasi Obat di RSUD Prof.


Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng, diharapkan apoteker mulai melaksanakan
pelayanan informasi obat dan , sehingga masyarakat pada umumnya dan
khususnya pasien serta pihak-pihak terkait lainnya akan lebih merasakan peran
dan fungsi pelayanan kefarmasian yang semakin bermutu.

Ditetapkan di : Bantaeng
Pada tanggal : 31 Januari 2017

DIREKTUR,

Dr. H. Sultan, M.Kes


Pangkat : Pembina
NIP : 19710206 200312 1 011

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 19


Lampiran 1 11
PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG
RSUD PROF.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU
Jl. Teratai No.20 Telp (0413) 21004 Fax (0413) 21786

LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT

No :…………… Tanggal : Waktu : ……….. Metode :


………………… Lisan/pertelp/
tertulis
1. Identitas Penanya
Nama : …………………….. Status : ……………………….
No. Telp : …………………….
2. Data Pasien
Nama Pasien :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Berat Badan : ……… kg
Tinggi Badan : ……… cm
Kehamilan : Ya / Tidak
Menyusui : Ya / Tidak Umur Bayi :
3. Pertanyaan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

Jenis Pertanyaan
 Identifikasi Obat  Dosis
 Antiseptik  Interaksi Obat
 Stabilitas  Farmakokinetik/Farmakodinamik
 Kontra Indikasi  Keracunan
 Ketersediaan Obat  Penggunaan Terapetik
 Harga Obat  Cara Pemakaian
 ESO  Lain-lain
4. Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………

5. Referensi
…………………………………………………………………………………………………………

6. Penyampaian Jawaban: Tanggal : ………… Waktu : …………..


 Segera
 dalam 24 jam

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 20


 > 24 jam
Metode Jawaban: Lisan/pertelp/tertulis

Lampiran 2

KARTU KONSELING
INSTALASI FARMASI RSUD PROF.Dr.H.M. ANWAR MAKKATUTU
BANTAENG

NAMA PASIEN : ………………. NO. REGISTRASI : …………….


UMUR : ………………. ALAMAT/TELP :
…………….
DIAGNOSA : ………………. RIWAYAT ALERGI : …………….

Tgl R. Inap/ Nama Obat Aturan Pemahaman Pasien Materi Apoteker


Kunjungan R. Jalan Pakai (B/C/K)* Konseling
Nama Obat :
Indikasi :
Aturan Pakai :
Efek Samping :
Nama Obat :
Indikasi :
Aturan Pakai :
Efek Samping :
Nama Obat :
Indikasi :
Aturan Pakai :
Efek Samping :

Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 21


Lampiran 3

Check List Konseling


Gunakan kata kerja
1. Apoteker memperkenalkan diri (member batasan tentang konseling yang akan
diberikan)\
2. Identifikasi: apakah yang dating pasien sendiri atau bukan
3. Menanyakan kepasien apakah dia mempunyai waktu untuk diberi penjelasan
dan menjelaskan kegunaan konseling
4. Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan tentang obat
yang diberikan
5. Dengarkan semua keterangan pasien dengan baik dan empati
6. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
7. Jelaskan kepada pasien nama obat, indikasi dan cara pemakaian
8. Jelaskan kepada pasien tentang dosis, frekuensi dan lama penggunaan obat
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian pasien, dan
tanyakan apakah pasien kesulitan mengikuti jadwal tersebut.
10. Menjelaskan tindakan yang perlu jika lupa minum obat
11. Menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari selama minum obat
12. Menjelaskan kemungkina interaksi obat-obat, obat-makanan dan cara
mengatasinya
13. Menjelaskan efek samping dan cara menanggulangi efek samping
14. Menjelaskan cara penyimpanan yang benar
15. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan dengan
meminta pasien mengulang kembali
16. Mendokumentasikan semua informasi penting

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 22


Lampiran 4

CARA PENGGUNAAN OBAT

1. TETES TELINGA

a. Bersihkan telinga dengan lap basah kemudian keringkan

b. Hangatkan obat tetes telinga dengan cara menggeggam di tangan

c. Jika bentuk sediaan berupa suspensi kocok dahulu sekitar sepuluh detik

d. Periksa apakah pipet penetes tidak tersumbat

e. Tarik obat dengan menggunakan pipet sesuai dosis yang dianjurkan

f. Miringkan telinga yang dikehendaki atau berbaringlah

g. Jangan sentuhkan ujung pipet dengan bagian telinga

h. Teteskan jumlah obat yang dikehendaki dan goyang-goyang telinga


dengan perlahan untuk memasukkan obat yang diteteskan

i. Tutup telinga dengan kapas untuk beberapa saat agar obat tidak keluar.

2. TETES HIDUNG

a. Cuci tangan sebelum menggunakan

b. Periksalah apakah ujung tempat meneteskan tidak tersumbat

c. Miringkan kepala kebelakang atau berbaringlah di tempat yang datar

d. Teteskan sesuai dosis yang dianjurkan

e. Goyangkan kepala kedepan dan kebelakang kemudian kesamping kiri dan


kanan

f. Bersihkan ujung penutup dan tutup kembali

3. TETES MATA

a. Cuci tangan lebih dahulu.


b. Jangan menyentuh ujung penetes.
c. Mata melihat ke atas.
d. Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian “penampungan”.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 23


e. Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan
diteteskan tanpa menyentuh mata.
f. Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
g. Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
h. Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
i. Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya
diberikan.
j. Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.

4. TETES MATA PADA ANAK

a. Minta anak bersandar dengan kepala lurus.


b. Mata anak dalam keadaan tertutup.
c. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan ke dalam sudut dalam mata.
d. Jaga agar kepala tetap tegak.
e. Bersihkan cairan yang berlebih.

5. SALEP MATA

a. Cuci tangan terlebih dahulu.


b. Ujung tube salep jangan tersentuh apapun.
c. Kepala sedikit menengadah.
d. Pegang tube dengan satu tangan, dan tarik kelopak mata bagian bawah
dengan tangan lain sehingga terbentuk cekungan.
e. Oleskan sejumlah dosis yang telah ditentukan.
f. Tutup mata selama dua menit.
g. Bersihkan kelebihan salep dengan kertas tissu.
h. Bersihkan bagian tepi tube dengan kertas tissu lain.

6. SEMPROT HIDUNG

a. Lebarkan lubang hidung.


b. Duduk dengan kepala sedikit menunduk.
c. Kocok obat.
d. Masukkan ujung sediaan di satu lubang hidung.Tutup mulut dan lubang
hidung yang lain
e. Semprotkan obat dengan cara menekan alat/wadah, dan hisap pelahan-lahan.
f. Cabut ujung sediaan dari hidung dan kepala dimiringkan ke depan sehingga
posisi kepala diantara lutut.
g. Kembali tegak setealh beberapa detik; obat akan mengalir ke kerongkongan.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 24


h. Bernafas melalui mulut.
i. Ulangi prosedur untuk lubang hidung yang lain, jika diperlukan.
j. Bilas ujung sediaan dengan air mendidih.

7. TRANSDERMAL PATCH

a. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan


obat atau konsultasikan dengan apoteker.
b. Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka.
c. Jangan ditempelkan dalam lipatan kulit atau di bawah pakaian ketat.
Pindahkan tempat patch setiap periode tertentu.
d. Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering.
e. Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch.
f. Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya.
g. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
h. Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk.
                                                           
8. AEROSOL

a. Batuk dan  keluarkan dahak sebanyak mungkin.


b. Kocok aerosol sebelum digunakan.
c. Pegang aerosol sesuai petunjuk pada instruksi (biasanya dibalik).
d. Tangkupkan bibir pada mulut sediaan.
e. Condongkan kepala ke belakang sedikit.
f. Keluarkan nafas pelan-pelan, kosongkan udara sebanyak mungkin dari
paru-paru.
g. Tarik nafas dalam-dalam  dan semprotkan aerosol, jaga agar lidah tetap
dibawah.
h. Tahan nafas selama sepuluh sampai lima belas detik.
i. Keluarkan nafas melalui hidung.
j. Berkumur dengan air hangat.

9. INHALER DENGAN KAPSUL

a. Batuk dan keluarkan dahak sebanyak mungkin.


b. Tempatkan kapsul dalam inhaler sesuai petunjuk.
c. Hembuskan nafas pelan-pelan dan kosongkan paru-paru semaksimal
mungkin.
d. Tempatkan mulut sediaan diantara bibir dengan rapat.
e. Condongkan kepala kebelakang sedikit.
f. Tarik nafas dalam-dalam melalui inhaler.
g. Tahan nafas selama 10 – 15 detik.
h. Keluarkan nafas melalui hidung.

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 25


i. Berkumur dengan air hangat.

10.   SUPOSITORIA

a. Cuci tangan terlebih dahulu.


b. Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak).
c. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi
masih dalam kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang
di bawah aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari
kemasannya.
d. Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan dihangatkan dalam
tangan.
e. Lembabkan supositoria dengan air dingin.
f. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan
dan angkat lutut (lihat gambar).
g. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
h. Tetap berbaring selama beberapa menit.
i. Cuci tangan.
j. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.

11.  TABLET VAGINA DENGAN APLIKATOR

a. Cuci tangan.
b. Keluarkan tablet dari pembungkus.
c. Tempatkan tablet ke bagian yang terbuka dari aplikator.
d. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
e. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina
sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
f. Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas.
g. Tarik aplikator.
h. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai.
i. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan
sabun dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai.
j. Cuci tangan

12.  TABLET VAGINA TANPA APLIKATOR

a. Cuci tangan terlebih dahulu.


b. Buka pembungkus tablet.
c. Celupkan tablet dalam air suam-suam kuku untuk sekedar melembabkan.
d. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 26


e. Sisipkan secara pelan-pelan tablet ke bagian depan vagina sedalam
mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
f. Cuci tangan.

13. PENGGUNAAN KRIM, SALEP DAN GEL VAGINA (umumnya obat-obat ini
disertai aplikator)

a. Cuci tangan terlebih dahulu.


b. Buka tutup tube yang berisi obat.
c. Pasang aplikator pada tube.
d. Tekan tube sampai diperoleh sejumlah yang dibutuhkan dalam aplikator.
e. Cabut aplikator dari tube, tahan silindernya.
f. Oleskan sedikit krim pada bagian luar aplikator.
g. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
h. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator ke bagian depan vagina sedalam
mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
i. Pegang silinder dengan tangan lain.
j. Pegang silinder dan dengan tangan lain dorong aplikator untuk
memasukkan obat ke dalam vagina.
k. Keluarkan aplikator dari vagina.
l. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih seluruhnya
dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali pakai.
m. Cuci tangan.
 

PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN KONSELING 27

Anda mungkin juga menyukai