Anda di halaman 1dari 13

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif.
Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka
akan

berpengalaman

dalam

melakukan

pekerjaannya.

Sebaliknya

akan

memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan


kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin
banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja

B. Tekanan Panas
1. Pengertian Tekanan Panas
Tekanan panas merupakan jumlah beban panas yang merupakan hasil
kegiatan tenaga kerja dan kondisi lingkungan dimana tenaga kerja tersebut
bekerja. Heat stress adalah gejala akibat tubuh tidak mampu menyesuaikan
panas dengan keadaan lingkungan sekitar. Ketika panas bersamaan dengan
stres akibat tekanan kerja, kekurangan cairan, kondisi medis lainnya, kondisi
ini akan menimbulkan penyakit dan dapat mengakibatkan kematian.
2. Pengukuran Tekanan Panas
Pengukuran temperatur lingkungan kerja maupun pajanan panas
personal dilakukan dengan memperhatikan alasan berikut: (ACGIH, 2007)

11

a. Asesmen secara kualitatif terhadap pajanan panas di tempat kerja


b.

mengindikasikan adanya kemungkinan terjadinya tekanan panas.


Apabila terdapat informasi atau laporan tentang ketindaknyamanan

berkaitan dengan tekanan panas di tempat kerja.


c. Penilaian secara profesional (professional judgment) mengindikasikan
adanya kondisi terjadinya tekanan panas.
Pengukuran temperatur lingkungan dilakukan dengan mengukur
komponen temperatur yang terdiri dari suhu kering, suhu basah alami, dan
suhu radian. Disamping itu juga perlu dilakukan pengukuran terhdap
kelembaban udara relatif dan kecepatan angin. Temperatur lingkungan
umumnya dinyatakan dengan indeks Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)
atau dikenal juga dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Pengukuran
temperatur lingkungan bertujuan untuk:
a. Mengetahui besaran temperatur lingkungan. Umumnya dalam satuan
derajat Celcius.
b. Mengetahui sumber panas dan area kerja yang berisiko terhadap pajanan
panas.
Pada umumnya alat yang digunakan untuk pengukuran temperatur
lingkungan kerja dan pajanan panas personal bersifat langsung baca (direct
reading instrument).
a. Pengukuran temperatur lingkungan
Pengukuran untuk setiap komponen temperatur lingkungan dilakukan
dengan menggunakan alat sebagai berikut:
1) Suhu kering (dry bulb/air temperature) - Ta
Pengukuran suhu kering dilakukan dengan menggunakan
termometer yang terdiri dari termometer yang berisi cairan (liquid-inglass thermometer), thermocouples, termometer resisten (resistance
thermometer).
2) Suhu basah alami dan bola (Natural wet bulb temperature) - Tnwb

12

Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan


termometer yang dilengkapi dengan kain katun yang basah. Untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat, maka sebaiknya menggunakan
kain katun yang bersih serta air yang sudah disuling (distilasi).
3) Suhu Radian (Radiant/globe temperature)
Suhu radian diukur dengan menggunakan black globe
thermometer. Termometer dilengkapi dengan bola tembaga diameter 15
cm yang dicat berwarna hitam untuk menyerap radiasi infra merah.
Jenis termometer untuk mengukur suhu radian yang paling sering
digunakan adalah Vernon Globe Thermometer yang mendapat
rekomendasi dari NIOSH. Dalam pengukuran diperlukan waktu untuk
adaptasi bergantung pada ukuran bola tembaga yang digunakan. Untuk
termometer yang menggunakan bola tembaga dengan ukuran 15 cm
diperlukan waktu adaptasi selama 15 20 menit. Sedangkan untuk alat
ukur yang banyak menggunakan ukuran bola tembaga sebesar 4,2 cm
diperlukan waktu adaptasi selama 5 menit
4) Kelembaban relatif (Relative humidity)
Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena
merupakan salah satu faktor kunci dari iklim yang mempengaruhi
proses perpindahan panas dari tubuh dengan lingkungan melalui
evaporasi. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan evaporasi
menjadi rendah.
Alat yang umum digunakan untuk mengukur kelembaban udara adalah
hygrometer atau psychrometer yang bersifat direct reading. Alat ini
mempunyai sensitivitas yang rendah khususnya pada suhu diatas 50 oC
dan kelembaban relatif di bawah 20%.
5) Kecepatan Angin

13

Kecepatan angin sangat penting perannya dalam proses


pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan khususnya melalui
proses konveksi dan evaporasi. Kecepatan angin umumnya dinyatakan
dalam feet per minute (fpm) atau meter per second (m/sec).
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Terdapat
dua jenis anemometer vane anemometer dan thermoanemometer
3. Dampak Tekanan Panas
Tekanan panas dapat menimbulkan dampak bagi tubuh yaitu:
a. Heat rash (ruam panas)
Ruam panas disebut juga dengan biang keringat yang diakibatkan oleh
lingkungan panas. Keringat yang dihasilkan tidak dapat menguap karena
udara lembab sehingga menimbulkan ruam panas. Gejala yang ditimbulkan
adalah adanya iritasi di permukaan kulit berupa benjolan merah dan biasanya
gatal. Penanganan yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan pakaian,
menghindari panas lingkungan, membilas kulit dengan air dingin.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah secara teratur menjaga kulit agar
tetap bersih dan kering.
b.

Heat cramps (kram panas)


Kram panas adalah kram berupa kejang otot (lelah otot). Kram panas
disebabkan oleh beban aktivitas yang berat dan mengakibatkan tubuh
kehilangan banyak garam maupun air. Gejala yang ditimbulkan kram otot
biasanya pada lengan, kaki, atau perut. Penanganan yang dapat dilakukan
adalah pindah ke tempat yang sejuk, melonggarkan pakaian, lembut pijat dan
peregangan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi tingkat
aktivitas dan / atau paparan panas, minum secara teratur.

14

c.

Fainting (pingsan)
Pingsan adalah kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan
disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pingsan
yaitu sebagai berikut kehilangan kesadaran, berkeringat, temperatur tubuh
normal, penglihatan menjadi gelap, dan pusing. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah berbaring di tempat yang lebih sejuk, melonggarkan
pakaian, jika telah sadar dari pingsan segera berikan seteguk air. Pencegahan
yang dapat dilakukan adalah mengurangi tingkat aktivitas dan paparan
terhadap panas, minum secara teratur, menghindari berdiri di satu tempat
terlalu lama.

d.

Heat exhausting
Heat exhausting adalah masalah kesehatan ketika seseorang yang
memiliki banyak aktivitas mengeluarkan banyak keringat dan merasa
kelelahan. Gejala yang ditimbulkan adalah berkeringat, lemah dan merasa
lelah, pusing dan mual, kelihatan lebh pucat, kulit berwarna kemerahan.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah istirahat di tempat yang lebih sejuk,
meminum larutan.

e.

Heat stroke
Heat stroke adalah gangguan medis yang disebabkan oleh kegagalan
dalam pengaturan panas tubuh. Gejala yang ditimbulkan pingsan atau kejang,
kulit badan sangat tinggi, kulit berwarna kemerahan dan kebiruan.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah penanganan medis. Pencegahan

15

yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas, mengurangi papran


terhadap panas, minum cairan secara teratur.

C. Sikap Kerja
1.

Pengertian Sikap Kerja


Sikap kerja dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan
yang dilakukan. Masing masing sikap kerja mempunyai pengaruh berbeda
beda terhadap tubuh. Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja
dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya
sebanding dengan usaha yang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap
berdiri secara bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal
ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis
diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian
tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan
sirkulasi darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat

2.

mengganggu aktivitas (Tarwaka, 2010).


Jenis - jenis sikap kerja
a. Sikap kerja duduk
Grandjean berpendapat bahwa bekerja dengan posisi kerja duduk
mempunyai keuntungan antara lain ; pembebanan pada kaki, pemakaian
energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun

16

demikian bekerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan


otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga
cepat lelah.
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena
hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang
operator bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat
dan secara potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja
sehingga lebih cekatan dan mahir. Sikap duduk paling baik yang tidak
berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah
sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit mungkin
kifosa pada punggung ( Sumamur, 2013)
b. Sikap kerja berdiri
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini
akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai.
Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga
kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap
kerja duduk
c. Membungkuk
Membungkuk adalah posisi tubuh dimana tulang punggung melengkung
ke depan melebihi batas normal yaitu lebih dari 40 derajat. Berdasarkan
penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan
posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran

17

dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat


perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok. Yang mana
posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi
berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi
duduk (Romanenko dalam Sumamur, 2013).

D. Kelelahan Kerja
1. Pengertian Kelelahan
kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah
istirahat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja (Tarwaka, 2010).
Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan
adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan
atau kebosanan.
2. Fisiologi Kelelahan Kerja
Bila terjadi kelelahan, temperatur tubuh, detak jantung, tekanan
darah, pernapasan dan produksi adrenalin akan turun. Sedangkan komponen
psikologis adalah berhubungan dengan perasaan (mood) dan motivasi yang
merupakan fungsi dari psikomotor. Perasaan lelah adalah reaksi fungsionil
dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem
antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak
(aktivasi). Sistem penghambat terdapat di thalamus yang mampu menurunkan
kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur.
Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang dapat
merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan

18

dalam tubuh untuk bekerja. Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat
tergantung kepada hasil kerja diantara dua sistem antagonistis tersebut.
Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang berada dalam kelelahan.
Sebaliknya, manakala sistem aktivasi lebih kuat seseorang dalam keadaan
segar untuk bekerja (Sumamur, 2010).
Penyediaan oksigen yang ada dalam tubuh turut berperan dalam
kecepatan pemulihan fungsi otot. Kekurangan oksigen dan adanya
penimbunan hasil metabolisme otot yang tidak masuk dalam aliran darah akan
menimbulkan kelelahan. Kelelahan juga diatur oleh saraf pusat yang ada di
otak. Pada susunan saraf pusat ini terdapat aktivasi (penggerak) dan inhibisi
(penghambat). Sistem aktivasi bersifat simpatis yang merangsang saraf untuk
bekerja. Sedangkan inhibisi bersifat parasimpatis yang menghambat
kemampuan seseorang untuk bereaksi.
3. Jenis jenis Kelelahan
Jenis jenis kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
a. Kelelahan berdasarkan proses
1) Kelelahan Umum
2) Kelelahan Otot ( muscular fatigue )
b. Kelelahan berdasarkan waktu
1) Kelelahan akut
2) Kelelahan kronis
c. Kelelahan berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan
1) Kelelahan fisiologis
2) Kelelahan psikologis
4. Faktor faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu :
a. faktor internal
1) Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis
kelamin, usia.
2) Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan
stress.

19

b. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu :


1) Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan.
2) Faktor kimia, seperti : zat beracun
3) Faktor biologis, seperti : bakteri jamur
4) Faktor ergonomi
5) Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan,
disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial,
posisi kerja
5. Gejala-gejala Kelelahan Kerja
a. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat,
menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan
canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin
berbaring.
b. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak
dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
c. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan
merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak
mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.
E. Kebosanan Kerja
1. Pengertian Kebosanan Kerja
kebosanan adalah suatu reaksi fisik dan emosi yang menyerang orang-orang
yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan orang lain untuk suatu periode
waktu yang lama. Biasanya kebosanan juga diartikan dengan kondisi
kekurangan sesuatu seperti kedamaian, kepuasan dan perasaan ingin lari dari
sesuatu, meskipun perasaan ini bukan saja disebabkan semata-mata oleh
kebosanan
2. Fisiologi Kebosanan Kerja
Secara fisiologis Kebosanan terjadi karena stimulus yang rendah, berulangulang atau dengan tuntutan fisik dan mental yang rendah akan menimbulkan

20

stimulus yang kecil pula pada daerah kesadaran di otak manusia.


Konsekuensinya, sistem limbik akan terpengaruh dan reaksi dari organisme
secara keseluruhan akan menurun. Dengan kata lain, daya tahan seseorang
untuk memberikan perhatian pada suatu stimulus yang monoton lama
kelamaan akan berkurang, sehingga dibutuhkan kehadiran stimulus lain untuk
meningkatkan kesiagaan.
3. Faktor faktor penyebab kebosanan
Para ahli menyebutkan secara luas faktor-faktor penyebab kebosanan sebagai
berikut (Irwanti, 2011) :
a. Pekerjaan kurang menarik.
b. Kurangnya motivasi terhadap pekerjaan.
c. Pekerjaan tidak membutuhkan ketrampilan yang tinggi.
d. Kecepatan kerja terlalu lambat.
e. Lingkungan tidak menarik atau suram.
f. Kurangnya kesempatan bagi tubuh untuk bergerak
g. Kondisi panas.
4. Sumber sumber kebosanan
Sumber kebosanan sebagai berikut
a. Individu.
Karakteristik orang berbeda-beda sehingga setiap orang memiliki
kerentanan yang berbeda-beda pula terhadap kebosanan sekalipun
melakukan kegiatan yang sama
b. Lingkungan
Kondisi lingkungan yang sifatnya mengganggu pemusatan perhatian dapat
meningkatkan kebosanan, demikian pula yang menimbulkan konflik antara
keinginan untuk berpaling ke aktivitas lain yang lebih menarik
c. Jenis kegiatan
Kegiatan yang membutuhkan sedikit perhatian, pekerjaan yang semi
otomatis, pekerjaan monoton dan pekerjaan yang menimbulkan minat
5.

intrinsik kecil adalah jenis-jenis kegiatan yang berakibat membosankan.


Akibat kebosanan kerja

21

Efek dari tugas-tugas monoton yang membosankan antara lain adalah


timbulnya rasa kesal, lemas, lelah dan berkurangnya kewaspadaan (Sommers,
2000) .
6. Landasan Teori
Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kapasitas
dalam bekerja yang dapat disebabkan oleh cara kerja atau posisi kerja yang
kurang baik. Kelelahan biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja fisik;
keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi.
Keadaan lingkungan fisik yang ekstrim dapat menyebabkan kelelahan seperti :
suhu yang ekstrim, pencahayaan yang kurang, dan kebisingan. Suhu yang ekstrim
menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga akan mengeluarkan banyak
keringat. Keringat mengandung bermacam macam elektrolit terutama ion
natrium dan klorida. Keluarnya ion natrium dan klorida akan menyebabkan
penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan.
Kebosanan adalah suatu reaksi fisik dan emosi yang menyerang orangorang yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan orang lain untuk suatu
periode waktu yang lama. Kebosanan kerja disebabkan perasaan tidak enak,
kurang bahagia, kurang istirahat dan perasaan lelah. Faktor faktor penyebab
kebosanan seperti ; pekerjaan kurang menarik, kurangnya motivasi terhadap
pekerjaan, pekerjaan tidak membutuhkan ketrampilan yang tinggi. kecepatan kerja
terlalu lambat. lingkungan tidak menarik atau suram, kurangnya kesempatan bagi
tubuh untuk bergerak, kondisi panas.
Masa kerja
Variabel Bebas
Sikap kerja
Kebosanan
Kerja
Tekanan panas

7. Kerangka Konsep
Variabel Terikat
Kelelahan Kerja

22

Variabel Pengganggu
Tingkat pendidikan
Umur
Jenis Kelamin
Gizi kerja
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Keterangan gambar:
: Diteliti
: Tidak diteliti

a.

8. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ada hubungan antara masa kerja dengan Kelelahan kerja pada pekerja

b.

binatu di RSUP Dr. Sardjito


Ada hubungan antara tekanan panas dengan Kelelahan Kerja pada pekerja

c.

binatu di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Ada hubungan sikap kerja dengan Kelelahan kerja kerja pada pekerja binatu

d.

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Ada Hubungan antara kebosanan kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

e.

binatu di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Ada hubungan masa kerja, sikap kerja, tekanan panas, dan kebosanan kerja
dengan kelelahan kerja pada pekerja binatu di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai