Anda di halaman 1dari 2

ASPEK HUKUM BLOKIR DALAM SENGKETA PERTANAHAN

LEGAL OPINION

BLOKIR DALAM SENGKETA PERTANAHAN


2014 by Hery Shietra, S.H.,
27 Agustus 2014, Jakarta
Sans Prejudice

Question: Apa yang dapat menyebabkan hak atas tanah suatu


pihak dapat diblokir oleh badan pertanahan? Apa kepastian
hukum bagi pemegang hak atas tanah tersebut? Bagaimana
upaya yang dapat kami lakukan untuk mencabut blokir
tersebut?

Answer: Sebetulnya istilah blokir kurang tepat, meski Kantor

Pertanahan setempat seringkali mengartikan catatan sebagai


blokir. Ini adalah salah kaprah yang dilakukan oleh BPN dan
jajaran dibawahnya. Mengenai blokir dan ketentuan hukum
pertanahan yang mengaturnya, lihat ketentuan hukum dalam
penjelasan di bawah.

EXPLANATION:
Pasal 126 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (PMNA 3 tahun 1997):
(1) Pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa suatu hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun akan dijadikan obyek gugatan di
Pengadilan dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang bersangkutan.
(2) Catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila pihak yang minta pencatatan telah
mencabut permintaannya sebelum waktu tersebut berakhir.
(3) Apabila hakim yang memeriksa perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memerintahkan status quo atas hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun yang bersangkutan, maka perintah tersebut dicatat dalam buku tanah.
(4) Catatan mengenai perintah status quo tersebut pada ayat (3) hapus dengan
sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kecuali apabila diikuti dengan putusan

sita jaminan yang salinan resmi dan berita acara eksekusinya disampaikan kepada
Kepala Kantor Pertanahan.
Putusan Pengadilan Negeri Banyuwangi No. 127/PDT.G/2012/PN.BWI tgl 31 Januari
2013: Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 126 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN No.3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa Blokir yang
dilakukan oleh Turut Tergugat II atas permintaan Tergugat terhadap SHM No.
948/Karangrejo tersebut, karena tidak dilampiri dengan gugatan dan putusan sita jaminan
dari Pengadilan, maka blokir tersebut sudah hapus pada tanggal 30 Maret 2003 (jangka
waktu 30 hari sejak tanggal pencatatan yaitu sejak tanggal 20 Pebruari 2003) dan blokir
hapus tanpa perlu dilakukan pencabutan blokir oleh pihak yang memblokir tersebut,
karena blokir tersebut sudah otomastis hapus demi hukum. Tidak ada blokir lanjutan atas
SHM No. 948/Kel. Karangrejo a.n. Suyono (Penggugat).
Pasal 55 PP Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Pendaftaran Tanah:
(1) Panitera Pengadilan wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pertanahan
mengenai isi semua putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan penetapan Ketua Pengadilan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pada data mengenai bidang tanah yang sudah didaftar atau satuan rumah susun
untuk dicatat pada buku tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin pada
sertifikatnya dan daftar-daftar lainnya.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan juga atas
permintaan pihak yang berkepentingan,berdasarkan salinan resmi putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau salinan
penetapan Ketua Pengadilan yang bersangkutan yang diserahkan olehnya kepada
Kepala Kantor Pertanahan.
(3) Pencatatan hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan dan hak milik alas satuan
rumah susun berdasarkan putusan Pengadilan dilakukan setelah diperoleh surat
keputusan mengenai hapusnya hak yang bersangkutan dari Menteri atau Pejabat yang
ditunjuknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1). ***
Demikian salah satu contoh legal product yang kami hasilkan untuk permasalahan
corporate, namun tidak terbatas pada pelayanan hukum dibidang Perbankan, Asuransi,
Penanaman Modal Asing maupun Dalam Negeri, Tambang Mineral Batubara, Energi,
Hukum Jaminan, Manufacture, Industri, Perdagangan, Perikanan Kelauan, Pertanahan
Agraria, Hukum Konstruksi, Transportasi Pengangkutan, Ketenagakerjaan, Isu Lingkungan,
Real Estate, Perkebungan, Pasal Modal, dan segala bidang lainnya. berupa legal opinion,
legal research, legal due dilligence (legal audit), membuat konsep surat gugatan, surat
jawaban, replik, duplik, banding, maupun memori kasasi. Sub-bidang yang menjadi
pelayanan kami diantaranya namun tidak terbatas pada bidang-bidang diatas dan segala
isu hukum yang melingkupinya hingga jasa pengurusan pembuatan izin perusahaan, legal
drafting, contract review, etc. kami pun menyediakan jasa konsultasi hukum pidana,
disamping jasa freelance legal coporate serta mengisi berbagai seminar dan pembicara
pada pelatihan-pelatihan terkait hukum Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai