1. BAB I Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
Pasal 1 dengan:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud den 1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang
gan: terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya
manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri prosedur untuk penyelenggaraan transportasi
atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, kereta api.
serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
2. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga 2. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
ataupun sedang bergerak di jalan rei yang terkait dengan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
perjalanan kereta api. jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.
6. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan 15. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara atau
Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang badan hukum Indonesia yang memiliki
khusus didirikan untuk perkeretaapian. kewenangan untuk melakukan perawatan dan
pengoperasian atas prasarana perkeretaapian.
(tidak sesuai UU)
11. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian 4. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas
petak jalan rei yang meliputi ruang manfaat jalur kereta rangkaian petak jalan rei yang meliputi ruang
api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta
jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya api, dan ruang pengawasan jalur kereta api,
yang diperuntukkan bagi lalu Iintas kereta api. termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu Iintas kereta api.
12. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan 5. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan
pemberhentian kereta api. dan pemberhentian kereta api.
13. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala fasilitas 6. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala
yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat
dioperasikan.
14. Tenaga perawatan prasarana perkeretaapian adalah 10. Tenaga perawatan prasarana perkeretaapian
tenaga yang memenuhi kualifikasi kompetensi dan diberi adalah tenaga yang memenuhi kualifikasi
kewenangan untuk melaksanakan perawatan prasarana kompetensi dan diberi kewenangan untuk
perkeretaapian. melaksanakan perawatan prasarana
perkeretaapian.
15. Petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian adalah 11. Petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian
orang yang ditugaskan untuk mengoperasikan adalah orang yang ditugaskan untuk
prasarana perkeretaapian oleh penyelenggara prasarana mengoperasikan prasarana perkeretaapian oleh
perkeretaapian. penyelenggara prasarana perkeretaapian.
2. BAB II
RUANG LINGKUP PEDOMAN PERHITUNGAN BIAYA
PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN PRASARANA
PERKERETAAPIAN
MILIK NEGARA
Bagian Pertama
Umum
Pasal 2
4. Pasal 4 Pasal 4
(1) Biaya perawatan prasarana perkeretaapian
Dalam rangka penyelenggaraan perawatan dan dihitung berdasarkan kebutuhan biaya perawatan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik negara per kegiatan yang diperoleh dari hasil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah melalui pemeriksaan lapangan, bahan perawatan berkala
dan/ atau perawatan ideal yang terdiri dari :
Menteri menyediakan biaya perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian milik negara yang dialokasikan a. Biaya perawatan jalan rel
dalam APBN dan/atau APBN-P sesuai dengan ketentuan
b. Biaya perawatan jembatan
peraturan perundang-undangan.
c. Biaya perawatan sinyal, telekomunikasi dan
LAA
d. Biaya langsung tetap perawatan prasarana
(1) Penetapan badan usaha penyelenggara perawatan Biaya atas pengoperasian prasarana perkeretaapian
dan/atau pengoperasian prasarana perkeretaapian milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dihitung
negara dilaksanakan melalui pelelangan umum. berdasarkan kebutuhan personil pengoperasian
prasarana perkeretaapian, terdiri dari :
(2) Pelaksanaan pelelangan sebagaimana dimaksud pada a. Biaya pegawai berdasarkan standar gaji/ upah
ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pegawai Badan Usaha yang telah disetujui oleh
peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan Pemerintah; dan/atau
barang/jasa Pemerintah. b. Biaya tenaga kerja yang dialihkan kepada pihak
penyedia jasa tenaga kerja/ pemborong pekerjaan.
(3) Menteri menetapkan badan usaha pemenang pelelangan
umum sebagai penyelenggara perawatan dan/atau
prasarana perkeretaapian milik negara.
8. Pasal 8
9. Bagian Ketiga
Tata Cara Penghitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara
Pasal 9
10. Pasal 10
11. Pasal 11
Bagian Pertama
Tata Cara Penyusunan Penghitungan Biaya Perencanaan
Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
Milik Negara (P4-MN)
Paragraf 1
Penyusunan Penghitungan Biaya Perencanaan
P4-MN
Pasal 12
13. Pasal 13
14. Paragraf 2
Tim Penyusunan P4-MN
Pasal 14
15. Paragraf 3
Biaya Penyusunan P4-MN
Pasal 15
18. Pasal 18
19. Paragraf 3
Penghitungan Biaya Pelaksanaan
terhadap personil
Pasal 19
20. Pasal 20
21. Pasal 21
22. Paragraf 4
Penghitungan Biaya Pelaksanaan
terhadap alat (suku cadang)
Pasal 22
Pasal 26
Pasal 7A
Biaya pengoperasian prasarana sebagaimana dimaksud (1) Pelaksanaan perawatan dan/ atau pengoperasian
dalam Pasal 23, dilaksanakan berdasarkan Peraturan prasarana perkeretaapian milik Negara
Menteri Perhubungan tentang standar dan tata cara dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
pengoperasian prasarana perkeretaapian dan Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Menteri Perhubungan tentang Standar pelayanan minimum Perawatan dan Pengoperasian Prasarana
pengoperasian prasarana.
Perkeretaapian Milik Negara.
(2) Dalam hal kegiatan perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara ditugaskan kepada badan usaha milik
Negara (BUMN), maka biaya perawatan dan
pengoperasian perkeretaapian milik Negara
diberikan keuntungan (margin) maksimal sebesar
10% (sepuluh persen)
(3) Biaya perawatan dan/ atau pengoperasian
prasarana perkeretaapian milik Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung
berdasarkan realisasi biaya setelah dilakukan
verifikasi dokumen dan lapangan.
(4) Rincian komponen biaya pegawai dan biaya
umum kantor yang dapat diperhitungkan dalam
hal penugasan terhadap perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara sebagaimana tercantum dalam lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.
Pasal 7B
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara verifikasi
dan pengajuan tagihan biaya perawatan dan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara diatur oleh Direktur Jenderal.
27. Pasal 27
Pasal 28
29. Pasal 29
31. Pasal 31
33. Pasal 33
34. Pasal 34
35. Pasal 35
36. Pasal 36
a. Pengantar laporan;
b. Berita acara pengawasan;
c. Ringkasan pengawasan; dan
d. rekomendasi kepada pimpinan untuk perbaikan.
37. BAB V
TATA CARA PENGHITUNGAN BIAYA SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN
PENGOPERASIAN
PRASARANA PERKERETAAPIAN
Pasal 37
38. Pasal 38
39. Pasal 39
Proses pembentukan SIM-KA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, dikoordinasikan dengan unit kerja yang
menangani teknologi informasi dan komunikasi.
40. BAB VI Pasal 7
KETENTUAN LAIN-LAIN
(1) Formula perhitungan biaya perawatan prasarana
Pasal 40 perkeretaapian didasarkan pada sistem dan
metode perawatan, hasil pemeriksaan kerusakan
Formula penghitungan volume biaya perawatan dan peralatan dan material, umur teknis material dan
pengoperasian prasarana perkeretaapian dihitung kebutuhan gaji/upah tenaga kerja.
berdasarkan rumus dan rincian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan ini. (2) Formula perhitungan pembiayaan atas
pengoperasian prasarana perkeretaapian
didasarkan pad a kebutuhan tenaga pengaturan
dan pengendalian perjalanan kereta api,
pengoperasian prasarana perkeretaapian.
41. Pasal 9
(1) Penyelenggara prasarana segera melakukan
perbaikan terhadap prasarana perkeretaapian
dalam hal terjadi force majure yaitu kejadian
diluar kemampuan manusia atau dalam keadaan
kahar (banjir, kebakaran, longsor, gempa bumi
dan huru-hara) atau akibat terjadinya kecelakaan
(Peristiwa Luar Biasa HebatlPLH).
(2) Pasal 41
Pasal 42
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal
diundangkan. diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
Negara Republik Indonesia.
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Ditetapkan di Jakarta
Indonesia.
pada tanggal
MENTERI PERHUBUNGAN,
...................
(5) Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
.............