Anda di halaman 1dari 36

MATRIK SANDINGAN

PERMEN LAMA DAN RANCANGAN PERMEN BARU

NO. RANCANGAN PERMEN PERMEN LAMA

1. BAB I Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
Pasal 1 dengan:

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud den 1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang
gan: terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya
manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri prosedur untuk penyelenggaraan transportasi
atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, kereta api.
serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.

2. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga 2. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
ataupun sedang bergerak di jalan rei yang terkait dengan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
perjalanan kereta api. jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.

3. Pengawasan Penyelenggaraan Perkeretaapian adalah


kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan perkeretaapian agar sesuai dengan
peraturan perundang-undangan termasuk melakukan
tindakan korektif dan penegakan hukum.
4. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, 3. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api
kereta api dapat dioperasikan. agar kereta api dapat dioperasikan.

5. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak 7. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah


yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. pihak yang menyelenggarakan prasarana
perkeretaapian.

6. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan 15. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara atau
Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang badan hukum Indonesia yang memiliki
khusus didirikan untuk perkeretaapian. kewenangan untuk melakukan perawatan dan
pengoperasian atas prasarana perkeretaapian.
(tidak sesuai UU)

7. Standar keselamatan adalah ketentuan yang digunakan


sebagai acuan agar terhindar dari risiko kecelakaan.

8. Perawatan prasarana perkeretaapian adalah kegiatan 8. Perawatan prasarana perkeretaapian adalah


yang dilakukan untuk memulihkan dan/atau kegiatan yang dilakukan untuk memulihkan
mempertahankan keandalan prasarana perkeretaapian dan/atau mempertahankan keandalan prasarana
agar tetap laik operasi. perkeretaapian agar tetap laik operasi.

9. Pengoperasian prasarana perkeretaapian adalah


kegiatan yang terkait dengan operasional prasarana
perkeretaapian.

10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli


atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.

11. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian 4. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas
petak jalan rei yang meliputi ruang manfaat jalur kereta rangkaian petak jalan rei yang meliputi ruang
api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta
jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya api, dan ruang pengawasan jalur kereta api,
yang diperuntukkan bagi lalu Iintas kereta api. termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu Iintas kereta api.

12. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan 5. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan
pemberhentian kereta api. dan pemberhentian kereta api.

13. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala fasilitas 6. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala
yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat
dioperasikan.

14. Tenaga perawatan prasarana perkeretaapian adalah 10. Tenaga perawatan prasarana perkeretaapian
tenaga yang memenuhi kualifikasi kompetensi dan diberi adalah tenaga yang memenuhi kualifikasi
kewenangan untuk melaksanakan perawatan prasarana kompetensi dan diberi kewenangan untuk
perkeretaapian. melaksanakan perawatan prasarana
perkeretaapian.

15. Petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian adalah 11. Petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian
orang yang ditugaskan untuk mengoperasikan adalah orang yang ditugaskan untuk
prasarana perkeretaapian oleh penyelenggara prasarana mengoperasikan prasarana perkeretaapian oleh
perkeretaapian. penyelenggara prasarana perkeretaapian.

16. Sertifikat kecakapan adalah tanda bukti telah memenuhi


persyaratan kompetensi sebagai awak sarana
perkeretaapian atau tenaga operasi prasarana
perkeretaapian.

17. Sertifikat keahlian adalah tanda bukti telah memenuhi


persyaratan kompetensi sebagai tenaga penguji, tenaga
pemeriksa, dan tenaga perawatan.
18. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung 16.Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perkeretaapian. jawabnya di bidang perkeretaapian

19. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas


dan tanggung jawabnya di bidang perkeretaapian.

9. Perawatan berkala adalah tindakan pencegahan


(preventif) dan/ atau penggantian sesuai dengan
umur teknis yang terdiri dari perawatan harian,
bulanan, dan tahunan
Akan dimasukkan apabila dalam norma memuat istilah 12. Pemecokan adalah kegiatan pemadatan dan
tersebut memprofil balas dan geometric track yang
dilaksanakan menggunakan Kereta Pemeliharaan
Jalan Rel (KPJR) mekanik ringan/ manual.

13. Perbaikan geomatri adalah kegiatan perawatan


yang meliput pekerjaan opname, perhitungan
hasil opname dan perbaikan termasuk pekerjaan
drainase, konstruksi perkuatan tubuh baan, balas
stopper dan pagar sterilisasi jalur kereta api.

14.Barang Milik Negara adalah semua barang yang


dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
18. Fasilitas Perawatan Prasarana adalah segala
fasilitas untuk melaksanakan kegiatan perawatan
dan perbaikan prasarana perkeretaapian.
19. Pegawai adalah pegawai badan usaha yang
melaksanakan kegiatan perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara.
20. Biaya umum kantor adalah beban untuk
mendukung operasional unit unit di kantor
untuk melaksanakan kegiatan perawatan
dan/atau pengoperasian prasarana
perkeretaapian milik Negara.

2. BAB II
RUANG LINGKUP PEDOMAN PERHITUNGAN BIAYA
PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN PRASARANA
PERKERETAAPIAN
MILIK NEGARA

Bagian Pertama
Umum

Pasal 2

Pedoman perhitungan biaya perawatan dan pengoperasian


prasarana perkeretaapian Milik Negara mencakup
pengaturan:

a. Tata cara penyelenggaraan perawatan dan


pengoperasian prasarana perkeretaapian; dan

b. Tata cara penghitungan biaya penyelenggaraan


perawatan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian.
3. Pasal 3

Tata cara penyelenggaraan dan penghitungan biaya


penyelenggaraan perawatan dan pengoperasian prasarana
perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
meliputi proses pelaksanaan:

a. Penyusunan perencanaan perawatan dan pengoperasian


prasarana perkeretaapian;
b. perawatan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian;
c. pengawasan terhadap penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan perawatan dan pengoperasian prasarana
perkeretaapian; dan
d. pembangunan sistem informasi manajemen (SIM-KA)
penyelenggaraan perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian.

4. Pasal 4 Pasal 4
(1) Biaya perawatan prasarana perkeretaapian
Dalam rangka penyelenggaraan perawatan dan dihitung berdasarkan kebutuhan biaya perawatan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik negara per kegiatan yang diperoleh dari hasil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah melalui pemeriksaan lapangan, bahan perawatan berkala
dan/ atau perawatan ideal yang terdiri dari :
Menteri menyediakan biaya perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian milik negara yang dialokasikan a. Biaya perawatan jalan rel
dalam APBN dan/atau APBN-P sesuai dengan ketentuan
b. Biaya perawatan jembatan
peraturan perundang-undangan.
c. Biaya perawatan sinyal, telekomunikasi dan
LAA
d. Biaya langsung tetap perawatan prasarana

e. Biaya tidak langsung tetap perawatan


prasarana

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d dan


e atas biaya personil dihitung berdasarkan
kebutuhan personil perawatan, dan perencanaan
dan pengawasan prasarana perkeretaapian, terdiri
dari :

a. Biaya pegawai berdasarkan standar gaji/ upah


pegawai Badan Usaha yang telah disetujui
oleh Pemerintah; dan/atau
b. Biaya tenaga kerja yang dialihkan kepada
pihak penyedia jasa tenaga kerja/
pemborongan pekerjaan.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d dan
e adalah presentase dari biaya langsung.

(4) Perhitungan biaya perawatan per kegiatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
sesuai jenis kegiatan perawatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dengan
menggunakan standard dan tata cara dan
perawatan prasarana perkeretaapian.
5. Bagian Kedua Bagian Pertama
Tata Cara Penyelenggaraan Perawatan dan Pengoperasian Parameter Kinerja Prasarana Perkeretaapian
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara Pasal 2

Paragraf 1 (1) Setiap Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian


Tata Cara Penetapan wajib melaksanakan Perawatan Prasarana
Penyelenggara Perawatan dan Pengoperasian Perkeretaapian dengan tujuan untuk
menjaga/menjamin keselamatan prasarana
Pasal 5 perkeretaapian agar laik operasi sesuai dengan
kelas jalur kereta api.
Perawatan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian
milik negara dilakukan oleh badan usaha penyelenggara (2) Keandalan Prasarana Perkeretaapian dinilai dari
perawatan dan/atau badan usaha pengoperasian prasarana parameter kinerja prasarana perkeretaapian.
perkeretaapian milik negara.
(3) Parameter Kinerja Prasarana Jalan rei dan
Jembatan adalah:
a. pencapaian terhadap kecepatan yang telah
ditentukan;
b. pengendalian pembatasan kecepatan,
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
perawatan prasarana jalan rei dan jembatan.
(4) Parameter Kinerja Prasarana Sinyal,
Telekomunikasi dan Listrik Aliran Atas adalah
keandalan (realibility) dan ketersediaan
(availibility).
6. Pasal 6 Pasal 6

(1) Penetapan badan usaha penyelenggara perawatan Biaya atas pengoperasian prasarana perkeretaapian
dan/atau pengoperasian prasarana perkeretaapian milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dihitung
negara dilaksanakan melalui pelelangan umum. berdasarkan kebutuhan personil pengoperasian
prasarana perkeretaapian, terdiri dari :
(2) Pelaksanaan pelelangan sebagaimana dimaksud pada a. Biaya pegawai berdasarkan standar gaji/ upah
ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pegawai Badan Usaha yang telah disetujui oleh
peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan Pemerintah; dan/atau
barang/jasa Pemerintah. b. Biaya tenaga kerja yang dialihkan kepada pihak
penyedia jasa tenaga kerja/ pemborong pekerjaan.
(3) Menteri menetapkan badan usaha pemenang pelelangan
umum sebagai penyelenggara perawatan dan/atau
prasarana perkeretaapian milik negara.

(4) Dalam hal pelelangan umum tidak dapat dilaksanakan,


Menteri menugaskan BUMN penyelenggara prasarana
perkeretaapian untuk melaksanakan perawatan
dan/atau prasarana perkeretaapian milik negara.

(5) Dalam hal belum terbentuk BUMN penyelenggara


prasarana perkeretaapian, Pemerintah dapat
menugaskan BUMN penyelenggara sarana
perkeretaapian untuk melaksanakan perawatan
prasarana perkeretaapian milik negara.

(6) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan


ayat (5), disampaikan paling lambat pada akhir Januari.
7. Paragraf 2 Pasal 7A
Jenis Perawatan dan Pengoperasian Prasarana
(1) Pelaksanaan perawatan dan/ atau pengoperasian
Perkeretaapian prasarana perkeretaapian milik Negara
Yang Dilelang Umum dilaksanakan sesuai ketentuan perundang
undangan yang mengatur tentang Perawatan dan
Pasal 7 Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik
Negara.
Pelelangan umum terhadap penyelenggaraan perawatan
(2) Dalam hal kegiatan perawatan dan/ atau
prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
terhadap proses penyelenggaraan yang meliputi antara lain: Negara ditugaskan kepada badan usaha milik
a. proses perencanaan dalam hal pertama kali pelaksanaan Negara (BUMN), maka biaya perawatan dan
inventarisasi prasarana BMN dan up dating data dapat pengoperasian perkeretaapian milik Negara
dilakukan dengan swakelola; diberikan keuntungan (margin), maksimal
b. proses pelaksanaan perawatan prasarana BMN; dan sebesar 10% (sepuluh persen)
c. proses pelaksanaan pembangunan SIM-KA dan up
(3) Biaya perawatan dan/ atau pengoperasian
dating dan/atau maintenance SIM KA dapat dilakukan
prasarana perkeretaapian milik Negara
dengan swakelola. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung
berdasarkan realisasi biaya setelah dilakukan
verifikasi dokumen dan lapangan.
(4) Rincian komponen biaya pegawai dan biaya
umum kantor yang dapat diperhitungkan dalam
hal penugasan terhadap perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara sebagaimana tercantum dalam lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.
Pasal 7B
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara verifikasi
dan pengajuan tagihan biaya perawatan dan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara diatur oleh Direktur Jenderal.

8. Pasal 8

Pelelangan umum terhadap penyelenggaraan pengoperasian


prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan
terhadap proses penyelenggaraan yang meliputi
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik negara.

9. Bagian Ketiga
Tata Cara Penghitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara

Pasal 9

Biaya penghitungan perawatan dan pengoperasian


prasarana perkeretaapian dilakukan terhadap:
a. penyelenggaraan perawatan prasarana perkeretaapian;
dan
b. penyelenggaraan pengoperasian perkeretaapian.

10. Pasal 10

Biaya penghitungan penyelenggaraan perawatan prasarana


perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
a, harus mempertimbangkan:
a. jenis perawatan;
b. cara dan/atau waktu perawatan;
c. personil perawatan; dan
d. alat perawatan (suku cadang penghitungan).

11. Pasal 11

Biaya penghitungan penyelenggaraan pengoperasian


prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf b, harus mempertimbangkan:

a. dokumen penerapan standar pelayanan minimum; dan


b. maklumat pelayanan.

12. BAB III


PENYUSUNAN PENGHITUNGAN BIAYA
PENYELENGGARAAN PERAWATAN DAN
PENGOPERASIAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK
NEGARA

Bagian Pertama
Tata Cara Penyusunan Penghitungan Biaya Perencanaan
Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
Milik Negara (P4-MN)

Paragraf 1
Penyusunan Penghitungan Biaya Perencanaan
P4-MN
Pasal 12

(1) Penyusunan penghitungan biaya P4-MN sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, paling sedikit terdiri
atas:
a. Inventarisasi aset prasarana Barang Milik Negara (I-
BMN);
b. Dokumentasi aset prasarana Barang Milik Negara (D-
BMN);
c. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Pengelolaan
(RAB-P); dan
d. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja pengelolaan
(KAK-P).

(2) Penyusunan I-BMN dan D-BMN dijadikan dasar untuk


menyusun RAB-P dan KAK-P disesuaikan dengan
standar waktu perawatan dan pengoperasian.

(3) KAK-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,


harus disertai dengan lampiran rencana jadwal
perawatan dan pengoperasian.

13. Pasal 13

Penyusunan RAB-P dan KAK-P sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c dan d, meliputi:

a. KAK-P dan RAB-P Perencanaan;


b. KAK-P dan RAB-P Perawatan prasarana;
c. KAK-P dan RAB-P Pengoperasian prasarana;
d. KAK-P dan RAB-P Pengawasan prasarana; dan
e. KAK-P dan RAB-P SIM-KA.

14. Paragraf 2
Tim Penyusunan P4-MN

Pasal 14

(1) Pelaksanaan penyusunan P4-MN sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 12, dilakukan oleh Tim yang
disusun dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

(2) Tim penyusunan P-4 sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), paling sedikit terdiri atas anggota:
a. 1 (satu) ASN yang memiliki kemampuan dan
pengalaman 1 (satu) tahun di bidang SIMAK-BMN
prasarana perkeretaapian;
b. 1 (satu) ASN yang memiliki kemampuan dan
pengalaman 2 (dua) tahun di bidang RKA-KAL
perkeretaapian;
c. 1 (satu) ASN yang memiliki kemampuan dan
pengalaman 2 (dua) tahun di bidang perawatan
prasarana;
d. 1 (satu) ASN yang memiliki kekampuan dan
pengalaman 2 (dua) tahun di bidang pengoperasian
prasarana;
e. 1 (satu) ASN yang memiliki kemampuan dan
pengalaman 2 (dua) tahun di bidang pengawasan;
dan
f. 1 (satu) ASN yang memiliki kemampuan dan
pengalaman di bidang pengelolaan anggaran.

(3) Selain jumlah anggota sebagaimana tersebut pada ayat


(2), Direktur Jenderal dapat menambahkan jumlah
keanggotan dengan pertimbangan teknis antara lain
jumlah lokasi dan/atau jumlah jenis pekerjaan yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan perawatan prasarana perkeretaapian.

(4) ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib


mengikuti kegiatan untuk peningkatan atau
pengembangan kompetensi dengan diusulkan kepada
Bagian Kepegawaian

15. Paragraf 3
Biaya Penyusunan P4-MN

Pasal 15

(1) Tim penyusunan P-4 sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 ayat (2), bertugas selama 1 (satu) tahun
anggaran berjalan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

(2) Seluruh biaya dalam pelaksanaan tugas Tim


Penyusunan P-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimuat dalam RAB-P perencanaan.

16. Bagian Kedua Bagian Kedua


Tata Cara dan Penghitungan Pelaksanaan Kegiatan Perawatan Prasarana Perkeretaapian
Perawatan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara Pasal 3

Paragraf 1 (1) Kegiatan perawatan prasarana perkeretaapian


Penghitungan Biaya Pelaksanaan terhadap jenis terdiri dari kegiatan perawatan berkala dan
perbaikan untuk mengembalikan fungsinya agar
Pasal 16 laik operasi.
(2) Kegiatan perawatan prasarana perkeretaapian
(1) Penghitungan biaya atas pelaksanaan perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
terhadap jenis prasarana perkeretaapian sebagaimana a. perawatan jalur kereta api, terdiri atas:
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, meliputi: 1) Perawatan rei; Kegiatan perawatan rei
termasuk penggantian rei baru dan
a. Perawatan Jalur kereta api; cascading rei bukan baru untuk
b. Perawatan stasiun; dan penggantian serta kegiatan perbaikan
c. Perawatan fasilitas pengoperasian kereta api; geometri reI.
2) Perawatan bantalan; Kegiatan perawatan
(2) Perawatan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat bantalan (besi,kayu dan beton) termasuk
(1), dilaksanakan berdasarkan lokasi prasarana penggantian bantalan baru lengkap (biasa,
perkeretaapian. wesel dan jembatan), cascading bantalan
dan penggantian suku cadang perawatan.
(3) Daftar lokasi prasarana perkeretaapian yang akan 3) Perawatan balas; Kegiatan perawatan balas
dilakukan perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat termasuk penambahan, penggantian,
(1) dan (2), harus disampaikan kepada Direktur Jenderal dan/atau penanganan akibat pumping
disertai justifikasi yang jelas. (kecrotan) dan balas mati.
4) Perawatan wesel; Kegiatan perawatan wesel
pengadaan wesel, cascading suku cadang.
termasuk penggantian wesel dan
penggantian
5) Perlintasan; Kegiatan perawatan perlintasan
meliputi perawatan konstruksi perlintasan
sebidang dan gardu perlintasan.
b. Perawatan Jembatan, antara lain:
1) Perawatan jembatan; Kegiatan perawatan
yang meliputi pekerjaan perawatan baja,
beton, pasangan batu.
2) Perawatan terowongan; Kegiatan perawatan
yang meliputi pekerjaan konstruksi, gardu
penjaga, drainase.
d. Perawatan Fasilitas Operasi Kereta Api terdiri atas:
1) Perawatan seluruh peralatan sinyal dan
telekomunikasi;
2) Perawatan instalasi listrik.
(3) Kegiatan perawatan prasarana
perkeretaapian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini
mengacu pada standar dan tata cara
perawatan prasarana perkeretaapian yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri.
(4) Pelaksanaan perawatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan dan
disertai dengan bukti berupa dokumen yang
dapat

17. Paragraf 2 Bagian Ketiga


Penghitungan Biaya Pelaksanaan Tolok Ukur Biaya Perawatan Prasarana Perkeretaapian
terhadap cara dan/atau waktu
Pasal 4
Pasal 17 (1) Biaya perawatan Prasarana perkeretaaian
dihitung berdasarkan kebutuhan biaya perawatan
(1) Penghitungan biaya atas pelaksanaan perawatan
per kegiatan yang diperleh dari hasl pemeriksaan
prasarana perkeretaapian terhadap cara sebagaimana
lapangan, beban perawatan berkala dan/ atau
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, meliputi paling
perawatan ideal yang terdiri dari :
sedikit:
a. Biaya perawatan jalan rel
b. Biaya perawatan jembatan
a. Melakukan pengamatan;
c. Biaya perawatan sinyal, telekomunikasi dan
b. Melakukan pengecekan;
LAA
c. Melakukan pembersihan;
d. Biaya langsung tetap perawatan prasarana
d. Melakukan perbaikan;
e. Biaya tidak langsung tetap perawatan
e. Melakukan pemadatan;
prasarana
f. Melakukan pelebaran;
(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d dan
g. Melakukan penggeseran; dan/atau
e atas biaya personil dihitung berdasarkan
h. Melakukan penghitungan.
kebutuhan personil perawatan, dan perencanaan
dan pengawasan prasarana perkeretaapian, terdiri
(2) Penghitungan biaya terhadap cara perawatan prasarana
dari :
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disesuaikan
dengan ketentuan peraturan di bidang ketenagakerjaan a. Biaya pegawau berdasarkan standard gaji/
yang meliputi Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) upah pegawai Badan Usaha yang telah disetujui
oleh Pemerintah; dan/ atau
b. Biaya tenaga kerja yang dialihkan kepada pihak
(3) Tata cara perawatan prasarana sebagaimana dimaksud penyedia jasa tenaga kerja/ pemborongan
pada ayat (1), harus disusun dalam pedoman perawatan pekerjaan.
oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian dan (3) Biaya sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal guna mendapat e adalah prosentase dari biaya langsung
(4) Perhitungan biaya perawatan per kegiatan
persetujuan. sebagaimana dimasud pada ayat (1) dihitung
sesuai jenis kegiatan perawatan sebagaimana
dimasud dalam pasal 3 ayat (2) dengan
menggunakan standard dan tata cara
perawatanan prasarana perkeretaapian.

18. Pasal 18

(1) Penghitungan biaya atas pelaksanaan perawatan


prasarana perkeretaapian terhadap waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, meliputi:

a. Berkala, yang terdiri atas:


1) Harian;
2) Bulanan; dan
3) Tahunan.

b. Perbaikan untuk mengembalikan fungsi, yaitu:


1) Klasifikasi berat (A);
2) Klasifikasi sedang (B); dan
3) Klasifikasi ringan (C).

(2) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), didasarkan pada skala prioritas
dan disampaikan oleh badan usaha penyelenggara
prasarana perkeretaapian kepada Diretur Jenderal.

19. Paragraf 3
Penghitungan Biaya Pelaksanaan
terhadap personil

Pasal 19

Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 huruf c, harus dilakukan oleh personil
perawatan, yang terdiri atas:
a. Tenaga perawatan yang telah memiliki sertifikat keahlian
sesuai dengan peraturan mengenai standar dan tata
cara perawatan prasarana perkeretaapian; dan/atau
b. Tenaga perawatan yang tidak memerlukan sertifikat
keahlian, yang antara lain tukang dan pekerja.

20. Pasal 20

(1) Penghitungan biaya atas pelaksanaan perawatan


prasarana perkeretaapian terhadap tenaga perawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, meliputi
komponen:

a. Jumlah dan jenis tenaga perawatan prasarana


perkeretaapian; dan
b. Jumlah waktu yang diperlukan dalam perawatan
prasarana perkeretaapian.

(2) Komponen penghitungan biaya terhadap jumlah dan jenis


tenaga perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus disesuaikan
dengan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar
dan Tata cara Perawatan Prasarana Perkeretaapian.

(3) Komponen penghitungan biaya terhadap jumlah waktu


perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
disesuaikan dengan peraturan menteri ketenagakerjaan.

(4) Komponen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


disampaikan oleh badan usaha penyelenggara perawatan
prasarana perkeretaapian kepada Direktur Jenderal.

21. Pasal 21

Komponen yang disampaikan kepada Direktur Jenderal


sebagaimana tersebut dalam Pasal 20, paling sedikit
mencakup:
a. Poto copy surat keputusan sebagai tenaga perawatan
pada penyelenggara prasarana perkeretaapian yang telah
dilegalisir pejabat berwenang;
b. Poto copy sertifikat keahlian tenaga perawatan sesuai
dengan jenis perawatan prasarana yang telah dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang; dan
c. Standar biaya tenaga perawatan sesuai dengan jenis dan
waktu perawatan prasarana perkeretaapian.

22. Paragraf 4
Penghitungan Biaya Pelaksanaan
terhadap alat (suku cadang)

Pasal 22

(1) Penghitungan biaya atas pelaksanaan perawatan


prasarana perkeretaapian terhadap alat (suku cadang)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, meliputi:

a. Jenis suku cadang;


b. Jumlah suku cadang; dan
c. Harga suku cadang.

(2) Rincian mengenai alat (suku cadang) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan oleh
penyelenggara perawatan prasarana perkeretaapian
kepada Direktur Jenderal.
23. Bagian Ketiga Bagian Pertama
Tata Cara Pelaksanaan Penghitungan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
Biaya Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
Pasal 5
Paragraf 1 (1) Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian meliputi
Jenis Penghitungan Biaya Pengoperasian kegiatan :
Prasarana Perkeretaapian a. Pengaturan dan pengendalian perjalanan kereta
api;
Pasal 23 b. Pengoperasian persinyalan, telekomunikasi dan
instalasi listrik aliran atas;
Penghitungan biaya atas pelaksanaan pengoperasian c. Pengaturan langsiran;
prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam d. Pemeriksaan dan penjagaan jalan rel, jembatan,
Pasal 11, meliputi: terowongan dan pintu perlintasan resmi dijaga
a. Biaya pengoperasian prasarana, yang terdiri atas proses: (2) Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
1) Pengaturan dan pengendalian perjalanan kereta api; sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
2) Pengoperasian persinyalan, telekomunikasi dan dilakukan oleh petugas pengoperasian prasarana
instalasi listrik aliran atas; perkeretaapian yang memenuhi persyaratan
3) Pengaturan langsiran; kualifikasi kecakapan.
4) Pemeriksaan dan penjagaan jalan rel, jembatan, (3) Untuk mendukung Pengoperasian Prasarana
terowongan dan pintu perlintasan resmi dijaga. Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diperlukan pendukung operasional
b. Biaya tenaga pengoperasian prasarana perkeretaapian, lainnya yang termasuk dalam Biaya Tidak
meliputi: Langsung Tetap Pengoperasian Prasarana.
1) Tenaga pengatur dan pengendali perjalanan kereta (4) Biaya Tidak Langsung Tetap pengoperasian
api; prasarana adalah prosentase biaya langsung
2) Tenaga persinyalan, telekomunikasi, dan instalasi
listrik aliran atas;
3) Tenaga pengaturan langsiran; dan
4) Tenaga pemeriksaan dan penjagaan jalan rel, jembatan,
terowongan dan pintu perlintasan resmi dijaga.

24. Pasal 24 Pasal 6


Biaya atas pengoperasian prasarana perkeretaapian
Pelaksanaan pengoperasian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dihitung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dilakukan oleh berdasarkan kebutuhan personil pengoperasian
petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian yang prasarana perkeretaapian, terdiri dari :
memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan sesuai dengan a. Biaya pegawai berdasarkan standard gaji/ upah
Peraturan Menteri Perhubungan mengenai sertifikasi tenaga pegawai Badan Usaha yang telah disetujui oleh
pengoperasian prasarana perkeretaapian. Pemerintah; dan/ atau
b. Biaya tenaga kerja yang dialihkan kepada pihak
penyedia jasa tenaga kerja/ pemborong pekerjaan.
25. Pasal 25

(1) Jumlah proses pengoperasian dan jumlah tenaga


pengoperasian prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23, harus diserahkan kepada Direktur Jenderal.

(2) Penyerahan sebagaimana tersebut pada ayat (1), dalam


bentuk pedoman pengoperasian prasarana
perkeretaapian yang telah mendapatkan persetujuan
Direktur Jenderal.

26. Paragraf 1 Bagian Kedua


Standar Penghitungan Biaya Pengoperasian Tolok Ukur Biaya Pengoperasian Prasarana
Prasarana Perkeretaapian Perkeretaapian

Pasal 26
Pasal 7A
Biaya pengoperasian prasarana sebagaimana dimaksud (1) Pelaksanaan perawatan dan/ atau pengoperasian
dalam Pasal 23, dilaksanakan berdasarkan Peraturan prasarana perkeretaapian milik Negara
Menteri Perhubungan tentang standar dan tata cara dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
pengoperasian prasarana perkeretaapian dan Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Menteri Perhubungan tentang Standar pelayanan minimum Perawatan dan Pengoperasian Prasarana
pengoperasian prasarana.
Perkeretaapian Milik Negara.
(2) Dalam hal kegiatan perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara ditugaskan kepada badan usaha milik
Negara (BUMN), maka biaya perawatan dan
pengoperasian perkeretaapian milik Negara
diberikan keuntungan (margin) maksimal sebesar
10% (sepuluh persen)
(3) Biaya perawatan dan/ atau pengoperasian
prasarana perkeretaapian milik Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung
berdasarkan realisasi biaya setelah dilakukan
verifikasi dokumen dan lapangan.
(4) Rincian komponen biaya pegawai dan biaya
umum kantor yang dapat diperhitungkan dalam
hal penugasan terhadap perawatan dan/ atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara sebagaimana tercantum dalam lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.

Pasal 7B
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara verifikasi
dan pengajuan tagihan biaya perawatan dan
pengoperasian prasarana perkeretaapian milik
Negara diatur oleh Direktur Jenderal.
27. Pasal 27

Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26, meliputi:

a. Kelambatan proses pengoperasian pra perjalanan;


b. Keterlambatan dalam perjalanan; dan/atau
c. Kesesuaian dengan jumlah frekuensi dengan jadwal
perjalanan.
28. Bagian Keempat
Prosedur Penyampaian
Data Dukung Perawatan dan Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian

Pasal 28

(1) Penyampaian Data Dukung Perawatan dan


Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian sebagaimana
dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 20 ayat (4), Pasal 22
ayat (2), dan Pasal 25, dijadikan bahan pembahasan
dalam penyusunan perencanaan oleh Tim.

(2) Penyampaian data dukung sebagaimaa dimaksud pada


ayat (1), dilakukan sebelum tahun anggaran berakhir
guna pengajuan rencana anggaran atau sebelum
pelaksanaan kontrak untuk jenis pekerjaan yang
dilakukan dengan pelelangan umum.

29. Pasal 29

Data dukung yang memuat jenis, cara, waktu, dan tenaga


perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28, didasarkan pada Peraturan Menteri
Perhubungan tentang Standar dan Tata Cara Perawatan
Prasarana Perkeretaapian, Peraturan Menteri Perhubungan
tentang Standar dan Tata Cara Pengoperasian Prasarana
Perkeretaapian Peraturan Menteri Perhubungan tentang
Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian, Peraturan
Menteri Perhubungan tentang Tenaga Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian dan Peraturan Menteri
Perhubungan tentang Standar Pelayanan Minimum dan
Standar Keselamatan Perkeretaapian.
30. Pasal 30

Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat


(1), paling sedikit dilakukan dalam dua tahap:

a. Tahap perencanaan; dan


b. Tahap pra pelaksanaan.

31. Pasal 31

(1) Pembahasan dalam tahap perencanaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 30 huruf a, dipimpin oleh kuasa
pengguna anggaran dengan melibatkan pejabat pembuat
komitmen tahun berjalan, direktorat teknis yang
menangani perawatan prasarana dan pengawasan
perawatan prasarana, direktorat teknis yang menangani
pengoperasian prasarana, tim P4-MN, dan tim
pengawasan.

(2) Pembahasan dalam tahap pra pelaksanaan sebagaiaman


dimaksud dalam Pasal 30 huruf b, dikoordinasikan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen dengan melibatkan unit
kerja terkait dalam proses penyelenggaraan perawatan
dan pengoperasian serta badan usaha penyelenggara
perawatan dan/atau badan usaha pengoperasian
prasarana perkeretaapain yang telah ditetapkan sebagai
pemenang oleh panitia lelang atau badan usaha yang
telah ditetapkan penugasan oleh Menteri.

(3) Pembahasan yang melibatkan badan usaha yang melalui


proses pelelangan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), mengikuti proses tahapan dan waktu
pelaksanaan sesuai ketentuan dalam peraturan
pengadaan barang dan/atau jasa.

32. BAB IV BAB V


TATA CARA PENGHITUNGAN BIAYA PENGAWASAN PENGAWASAN DAN SANKSI
PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN PENGOPERASIAN
PRASARANA PERKERETAAPIAN Pasal 8

Pasal 32 (1) Direktur Jenderal melakukan pengawasan secara


berkala atau sewaktu-waktu diperlukan terhadap
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, pelaksanaan perawatan dan pengoperasian
dilakukan oleh Tim Pengawasan yang dibentuk oleh Direktur prasarana perkeretaapian.
Jenderal.
(2) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditemukan penyimpangan
terhadap pelaksanaan perawatan atau
pengoperasian prasarana perkeretaapian,
Direktur Jenderal memberikan teguran dan
sanksi.

(3) Pelaksanaan perawatan dan pengoperasian


prasarana perkeretaapian wajib dilaporkan
kepada Menteri paling lambat 1 (satu) bulan
setelah dilakukan

33. Pasal 33

(1) Tim pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


32, paling sedikit terdiri atas:
a. 3 (tiga) inspektur yang terdiri inspektur muda,
madya, dan utama; dan
b. 2 (dua) auditor yang terdiri atas auditor muda dan
madya.

(2) Tim pengawasan sebagaimana tersebut pada ayat (1),


dibentuk dengan jumlah yang mempertimbangkan
beban kerja dan lokasi per wilayah.

34. Pasal 34

(1) Tim pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33, melakukan tugas paling sedikit:

a. Menyusun rencana kerja, anggaran, dan jadwal


pengawasan;
b. Menyampaikan usulan huruf a, kepada Tim
Perencanaan;
c. Melakukan pengawasan terhadap proses
penyelenggaraan perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian;
d. Ikut melakukan pembahasan terhadap proses
perencanaan guna penyesuaian waktu pengawasan;
e. Membuat berita acara pelaksanaan pengawasan;
f. Menyampaikan laporan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan Kuasa Pengguna
Anggaran dan Direktorat yang menangani
pengawasan dan perawatan prasarana
perkeretaapian.

(2) Tim pengawas dalam pelaksanaan tugas sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), dalam memastikan pelaksanaan
pekerjaan perawatan dan pengoperasian berkoordinasi
dengan konsultan verifikasi yang dibentuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen sesuai dengan peraturan pengadaan
barang dan/atau jasa.

(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


dilakukan dalam batasan kerangka pengumpulan data
dukung kesesuaian proses penyelenggaraan perawatan
dan pengoperasian dengan peraturan perundang-
undangan.

(4) Tim pengawasan dalam melakukan koordinasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), membubuhkan
paraf mengetahui telah dilakukan pengawasan atas
verifikasi yang dilakukan oleh Konsultan Verifikasi dan
pengawasan atas pekerjaan badan usaha penyelenggara
perawatan dan pengoperasian.

35. Pasal 35

Tim Pengawas dalam menjalankan tugas sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 34, dilakukan dengan cara:

a. Administrasi, yang meliputi:

1) Meminta kepada Tim P4-MN data dukung


perencanaan;
2) Meminta kepada Pejabat Pembuat Komitmen data
dukung ruang lingkup dan jenis pekerjaan
sebagaimana dicantumkan dalam Lampiran Kontrak;
3) Meminta kepada Pejabat Pembuat Komitmen hasil
perkembangan pekerjaan; dan
4) Meminta hasil verifikasi yang dilakukan oleh
Konsultan Verifikasi.

b. Melakukan kunjungan lapangan dalam hal terjadi


ketidaksesuaian antara perencanaan, laporan Pejabat
Pembuat Komitmen, dan Konsultan Verifikasi.

36. Pasal 36

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f,


terdiri atas:

a. Pengantar laporan;
b. Berita acara pengawasan;
c. Ringkasan pengawasan; dan
d. rekomendasi kepada pimpinan untuk perbaikan.

(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus


ditandatangani oleh seluruh Tim.

(3) Apabila terdapat anggota Tim yang tidak membubuhkan


tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menyertakan alasan atau pertimbangan yang
tertuang dalam Berita Acara.

37. BAB V
TATA CARA PENGHITUNGAN BIAYA SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN
PENGOPERASIAN
PRASARANA PERKERETAAPIAN

Pasal 37

Sistem Informasi Manajemen (SIM-KA) sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, dilakukan dalam rangka
memberikan informasi kepada masyarakat dengan
memperhatikan aspek good governance berdasarkan
peraturan di bidang keterbukaan publik.

38. Pasal 38

Pembentukan SIM-KA sebagaimana dimaksud dalam Pasal


37, dibentuk oleh Direktur Jenderal dengan cara:

a. proses pelelangan umum untuk tahap pembangunan


SIM-KA, paling sedikit:
1) perencanaan software;
2) perencanaan hardware; dan
3) perencanaan sdm pengelola.

b. proses swakelola untuk pengelolaan SIM-KA yang


meliputi paling sedikit tenaga pengelola, up dating,
perawatan, dan pengembangan.

39. Pasal 39
Proses pembentukan SIM-KA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, dikoordinasikan dengan unit kerja yang
menangani teknologi informasi dan komunikasi.
40. BAB VI Pasal 7
KETENTUAN LAIN-LAIN
(1) Formula perhitungan biaya perawatan prasarana
Pasal 40 perkeretaapian didasarkan pada sistem dan
metode perawatan, hasil pemeriksaan kerusakan
Formula penghitungan volume biaya perawatan dan peralatan dan material, umur teknis material dan
pengoperasian prasarana perkeretaapian dihitung kebutuhan gaji/upah tenaga kerja.
berdasarkan rumus dan rincian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan ini. (2) Formula perhitungan pembiayaan atas
pengoperasian prasarana perkeretaapian
didasarkan pad a kebutuhan tenaga pengaturan
dan pengendalian perjalanan kereta api,
pengoperasian prasarana perkeretaapian.

(3) Formula biaya perawatan dan pengoperasiaan


prasarana perkeretaapian terdiri dari biaya
perawatan prasarana perkeretaapian dan biaya
pengoperasian prasarana perkeretaapian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri Perhubungan dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

41. Pasal 9
(1) Penyelenggara prasarana segera melakukan
perbaikan terhadap prasarana perkeretaapian
dalam hal terjadi force majure yaitu kejadian
diluar kemampuan manusia atau dalam keadaan
kahar (banjir, kebakaran, longsor, gempa bumi
dan huru-hara) atau akibat terjadinya kecelakaan
(Peristiwa Luar Biasa HebatlPLH).

(2) Biaya perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dicatat, dilaporkan, dan dibiayai terlebih
dahulu oleh Badan Usaha dan menjadi kewajiban
Pemerintah pada tahun berikutnya.

(3) Besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat


(2)

(2) Pasal 41

(1) Direktur Jenderal bertanggungjawab terhadap


pelaksanaan pemberian biaya penghitungan perawatan
dan pengoperasian prasarana perkeretaapian sesuai
Peraturan Menteri ini.

(2) Tanggung jawab sebagaimana tersebut pada ayat (1)


dilaksanakan paling sedikit dengan menyusun laporan
yang meliputi:

a. menyusun rencana kebutuhan anggaran, kebutuhan


tenaga perawatan dan pengoperasian, waktu
pelaksanaan, dan kebutuhan tenaga pengawasan;
dan
b. Hasil pelaksanaan penggunaan anggaran dan
rekomendasi pengawasan serta upaya tindak lanjut.

(3) BAB VII BAB VII


KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

Pada saat Peraturan Menteri ini diundangkan, Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor PM. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman
Perhitungan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana
Perkeretaapian sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 156 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 67 Tahun 2012
tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan
Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

(4) Pasal 43 Pasal 10

Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal
diundangkan. diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
Negara Republik Indonesia.
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Ditetapkan di Jakarta
Indonesia.
pada tanggal
MENTERI PERHUBUNGAN,

...................
(5) Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
.............

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN


NOMOR

Anda mungkin juga menyukai