Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PELAYANAN AMBULANCE

RUMAH SAKIT SARAH


Peraturan Direktur No. 015./A/R55/Perdin/VII/2021 Tertanggal 15JULI2021 Tentang Panduan
Pelayanan AMBULANCE RS SARAH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ……………………………………………..
B.Tujuan …………………………………….
C.Ruang Lingkup …………………………………….
D.Batsan Operasional ……………………………………
E.Dasar Hukum ……………………………………
BAB II. STANDART KETENAGAAN
A.Kualifikasi Sumber daya Manusia ……………………………….
B.Struktur Organisasi ……………………………….
C.Distribusi Ketenagaan Dan Pengaturan Jaga …………………………….
D.Tugas Pokok ……………………………….
BAB III . STANDART FASILITAS
A.Denah Parkiran Ambulance ………………………………
B.Standar Fasilitas ……………………………………………
BABIV. MANAJEMEN TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE
A.Tata tertib ……………………………………….
B.Persiapan pemeriksaan ambulance ………………………………………..
C.Pemeriksaan dan persediaan dan perlengkapan ambulance ………………..
D.Standar kelengkapan alat ………………………………………...
E.Mengoprasikan ambulance …………………………………………
F.Memindahkan pasien ke ambulance …………………………………………..
G.Transportasi ………………………………………….

BAB V .KESELAMATAN PASIEN


BAB VI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
BAB VII. MONITORING DAN EVALUASI
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SASARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..

Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui evakuasi dan transportasi yang tepat dapat membantu penanganan penderita
gawat darurat dengan baik. Pada pelayanan gawat darurat terkadang di perlukan merujuk pasien
karena penanganan di tempat tersebut tidak dapat dilakukan oleh karena keterbatasan sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yang memungkinkan untuk dilakukan penanganan yang
definitf. Untuk itu di butuhkan sarana evakuasi dan transportasi yang memadai berupa ambulance
yang lengkap dengan sarana prasarananya.

B.Tujuan..

Mendukung pelayanan medis dalam:


1.Pengangkutan pasien dari satu fasilitas pelayanan medik ke tempat lain untuk rujukan atau
melakukan pemeriksaan penunjang.
2.Untuk menjemput pasien dari suatu tempat ke Rumah Sakit SARAH MEDAN.

C.Ruang Lingkup
Untuk meningkatkn pelayanan dalam keamanan dan kenyamanan saat melakukan transfer
pasien, baik keluar rumah sakit ataupun ke dalam Rumah Sakit.

D.Batasan Operasional..

E.Dasar Hukum.
.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan amgkutan
jalan, pasal 134 menyebut pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk di dahulukan
dikategorikan sebagai berikut:
a.Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
b.Ambulance yang mengangkut orang sakit.
c.kendaran untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas.
d.Kendaraan pimpinan Negara Republik Indonesia
e.Kendaraan pimpinan da pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjamu tamu
negara.
f.Iring –iringan pengantar jenazah.
g.Konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas
Kepolisian Negara Republik indonesia.
Undang-Undang yang dimaksud tertuang dalam UU Nomor 22 Tahun 2009, pasal 135
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU tersebut berbunyi;
1.Kendaraan yang memperoleh hak utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal
oleh petugas Kepolisian Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah pada atau
biru dan bunyi sirene.

2.Petugas Kepolisian Republik Indonesia melakukan pengamanan jika mengetahui adanya


Pengguna jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

3.Alat pemberi isyarat Lalu Lintas dan Rambu Lalu Lintas tidak berlaku bagi kendaraan
yang ,mendapatkan hak utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal134.
Artinya isyarat dan.rambu lalu lintas tidak berlaku bagi Kendaraan yang mendapatkan hak
utama. Misalnya AMBULANCE dapat prioritas untuk tidak berhenti di lampu merah seperti
pengguna jalan lain hingga diperbolehkan melawan arus jika perlu.
Selain pemahaman akan peraturan lalu lintas, pengguna jalan raya di harapkan memiliki
kesadaran tentang prilaku dan menghormati pengguna jalan lain.
Sehingga pengguna kendaraan harus menyingkir sejenak ketika ambulance lewat. Perlu di
ingat, hal itu bukan karena takut peraturan tapi sadar ad nyawa manusia yang tengah diselamatkan
di dalam ambulance.
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A.Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


Untuk mencapai Visi Misidan memelihara Motto RS Sarah diperlukan Sumber Daya Manusia
yang profesional dalam bidang masing-masing. Demikian juga untuk para pelaksana di diunit
harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.

KOMPETENSI

PERAWAT AMBULANCE Memenuhi syarat kompetensi perawat transfer


pasien antar Rumah Sakit.
SUPIR AMBULANCE - Memiliki SIM A dan pengalaman
mnyetir mobil minimal 2 tahun.
- Memiliki kemampuan Bantuan Hidup
Dasar.

B.Struktur Organisasi.

DIREKTUR

KABAG UMUM

KEPALA TRANSPORTASI

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

C.Distribusi Ketenagaan Dan Pengaturan Jaga.

Petugas ambulance di RS Sarah di pimpin oleh 1 orang kepala unit. Para pelaksana terdiri dari 4
orangyang bertugas dalam 3 shift per hari. Rincian distribusi ketenagaan sebagai berikut:

Shift Pagi 07:00-14:30 2Orang


Shift Siang 14:00-21:30 1Orang
Shift Malam 21:00-07:30 1Orang

Petugas ambulance terdiri dari perawat dan supir ambulance, yang telah memenuhi kualifikasi
tertentu.

JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

- Menyusun jadwal tugas perawat dan supir


ambulance.
PERAWAT AMBULANCE - Menyiapkan alat medis, dan obat-obatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai.
- Mempersiapkan kelengkapan fasilitas.
- Melakukan pendampingan terhadap pasien.
- Pencatatan pada buku kegiatan ambulance.
- Perencanaan dan evaluasi kegiatan.

- Menjadi supir kendaraan pada saat


melakukan pelayanan.
- Membantu perawat dalam proses evakuasi
DRIVER AMBULANCE pasien.
- Melakukan pengecekan dan memastikan
kendaraan ambulance siap pakai ( termasuk
pengisian BBM).
- Mengisi catatan pemakaian kendaraan
ambulance.
- Menjaga kebersihan kendaraan.
- Memonitor jadwal service kendaraan.

D.Tugas Pokok.
1. Masing-masing Rumah Sakit memeliki kendaraan untuk pelayanan ambulance.
2. Ambulance harus selalu stanby selama 24jam untuk mendukung pelayanan kepada pasien.
3. Sebelum berangkat harus dilakukan pengecekan terhadap kendaraan, fasilitas dan peralatan
yang ada diambulance termasuk ambulance kit.
4. Pada saat transportaasi/ merujuk pasie, harus didampingi oleh perawat yang terlatih,
dimana perawat yang mengantar wajib nunggu hingga pasien diterima ditempat rujukan.
5. Pada evakuasi pasien untuk rujukan pemeriksaan penunjang atau konsul dokter ahli, pasien
ditunggu (didampingi petugas medis) sampai pemeriksaan selesaidan dianatar kembali ke
RS Sarah.
6. Seluruh tindakan medis yang dilakukan di ambulance harus dilakukan pencatatan pada
berkas rekam medis pasien.
7. Tata Tertib.
a) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan sirine dan lampu rotator.
b) Pada saat mengangkut penderita menggunakan sirine dan lampu rotator.
c) Semua peraturan Lalu Lintas harus di taati
d) Petugas medis duduk di samping pasien.
e) Petugas menggunakan seragam dan name tag RS Sarah.
BAB III. STANDART FASILITAS

A.Denah Parkiran Ambulance.

UNIT POLLY OBGYN


FARMASI TAMAN DAN
FRONT OFFICE

TITIK PARKIR
KUMPUL AMBULANCE

IGD

POS
SATPAM

PINTU PINTU
KELUAR MASUK
TEMBOK/PAGAR

B.Standart Fasilitas.
1. Persyaratan kendaraan dan fasilitas ambulance mengikuti persyaratan dari Departemen
Kesehatan RI.
2. Ambulance merupakan kendaraan roda empat dengan luas ruangan yang cukup memadai
untuk membawa pasien dalam keadaan berbaring beserta petugas medis dan dapat
melakukan tindakan medis yang diperlukan.
3. Ambulance di lengkapiperalatan untuk monitoring dan pelayanan Bantuan Hidup Dasar.
4. Ambulance harus memiliki penampilan dan dilakukan pemeliharaan yang baik karena
merupakan media promosi Rumah Sakit.
5. Pemeliharaan kendaraan di kelola oleh bagian rumah tangga.

FASILITAS STANDART

KENDARAAN
- Mobil - Tipe van dengan suspensi lunak/ aman
untuk pasien.
- Tinggi Kendaraan . - 2Meter / 2,2 Meter.
- Kaca Mobil. - Ruangan pasien tidak dapat dilihat dari
luar.
- Ruang Pasien. - Cukup luas untuk bekerja dan infus
dapat menetes dengan baik.
- Berisi 1 strecher, kursi petugas, lemari
alat dan obat.

PERLENGKAPAN KENDARAN
- Lantai Ruang Pasien. - Modifikasi lantai dengan lapisan vinyl
antimikroba.
- Pendingin Ruangan - AC double blower.
- Sirine - Lebih dari 1 Nada.
- Lampu Rotator - Warna merah.
- Sabuk Pengaman Pengemudi. - 1 SET ( kanan dan kiri).
- Sabuk Pengaman Pasien - 1 SET (atas dan bawah).

ISI RUANGAN
- Alat-alat Medis - Ambulance memiliki set alat medis
sendiri (terpisah dari alat medis yang
digunakan IGD).
- Lampu Penerangan - Menggunakan jenis neon (warna putih)
ditambah dengan lampu senter portable.
- Gantungan Infus - Tipe sliding untuk 2 gantungan stainless
steel.
- Oksigen - Tabung oksigen @10kg + regulator +
humidifier + flowmeter + selang pada
tabung oksigen.
- Stretcher - Untuk satu pasien.

LAIN - LAIN
- Tempat Sampah Tertutup - 1 Buah
- Alat Komunikasi - Mobile Phone.
- Kelengkapan Administrasi - Buku pemakaian kendaraan 1Buah.
- Buku petunjuk pemeliharaan kendaraan.

- Bantal - 1 PCS
- Selimut - 1PCS
- Tissu - 1PCS
- APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
BAB IV. MANAJEMEN TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE

A. Tata Tertib
1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalulintas harus di taati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan bebas
hambatan
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang disebut dengan
lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan keadaan penderita
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit.
8. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing ambulance
a. Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan
selama dalam perjalanan.
b. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat pelayanan
devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan memungkinkan
tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti antar jemput
dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan Direktur .
10. Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulance yang dikeluarkan oleh
rumah sakit

B.Persiapan Pemeriksaan Ambulance


1. Mesin Mati.
- Periksa seluruh bodi ambulance
- Periksa roda / ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunci
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator, pelumas, rem
air aki, dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin
- Periksa jumlah bahan bakar dan kalau perlu isi bahan bakar

2.Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari halaman RS dan lakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletak di dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komunikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim ( EWAGON )
a. Enggine : Periksa mesin baik / tidak
b. Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan radiator, air accu
sesuai dengan petunjuk pemakaian.
c. Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, AC dan
blower berfungsi baik atau tidak
d. Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar / premium) sesuai
petunjuk pemakaian atau tidak.
e. Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem sesuai
petunjuk pemakaian
f. Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
g. Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign hazard,
rotator, sirine, lampu kabin depan dan belakang, dan
lampu-lampu indicator menyala atau tidak dan pecah atau
tidak.
h. Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus, ada
kerusakan atau tidak
i. Alat penunjang : periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle hazard, dan
APAR tersedia pada tempatnya
j. Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau sudah
gundul, apakah retak atau sobek
k. Sabuk pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengamanan masih dalam
kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman sobek atau
tidak.

B.Pemeriksaan Dan Persediaan Dan Perlengkapan Ambulance


a. Periksa tekanan tabung oksigen
b. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik
c. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue
d. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya
e. Lengkapi laporan pemeriksaan, Perbaiki kerusakan, ganti barang-barang yang
hilang.
f. Bersihkan kompartmen untuk menghindari resiko infeksi

C.Standar Kelengkapan Alat (Advance)

1. Alat Non Medis


a. Kunci inggris : Ada / tidak
b. Alat kebersihan : Lengkap / tidak
c. Alat tenun : Bersih / kotor
d. Administrasi & dokumentasi : Ada / tidak
e. Alat komonikasi : Baik / rusak
f. Alat teknik untuk ambulance : Lengkap / tidak
g. Alat bPerlindungan diri (APD) : Lengkap / tidak
2. Alat Medis
a. Airway : Lengkap / tidak
b. Breathing : Lengkap / tidak
c. Circulation : Lengkap / tidak
d. Alat proteksi diri (APD) : Lengkap / tidak
3. Penunjang Evakuasi dan transportasi
a. Stretcher : Baik / rusak
b. Safety belt : Baik / rusak

1. Mengoperasikan Ambulance

a. Syarat pengemudi ambulance


1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
5. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda
ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku
8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu di pakai
9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan
dan rasa kantuk
10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
b. Operasional Ambulance
1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4 buah
2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh
coordinator sopir ambulance dan penanggung jawab medis ambulance dengan
memperhatikan ceklist yang di buat oleh perawat dan sopir.
c. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak
dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna
jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan
berikut:
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2. Ambulance yang mengangkut orang sakit
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara.
6. Iring-iringan pengantar jenasah
7. Konvoi dan / kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator.
Sebagaimana bunyi UU No.22 tahun 2009
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan
tidak ceroboh.
10. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari
hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belok setelah member sinyal yang
tepat.

d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)


Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-
30meter.
e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan
saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa takut dan
cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cendrung tidak
memberi jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi panic
karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain, gunakan
klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
f. Lampu rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan
pasal 59 ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna
merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.
g. Kecepatan dan keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman
saat ambulance berjalan.
h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena
jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain
2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance dengan
kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
i. Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative
j. Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan area
bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian Jika ada
tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada
tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter .
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
4. Jika ada kendaraan penolong yang pertama datang parkir di belakang lokasi
kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu peringatan kita dapat
memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain
diletakkan
5. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi kejadian
untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari belakang.
6. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance memiliki
keterbatasan pandangan kea rah belakang.
k. Memindahkan pasien ke ambulance
1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan
gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian baru di pindahkan
ke ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti lokasi
yang berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan
dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar
harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal board.
l. Stabilisasi
1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum di
pindah.
2. Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD
b. Perawatan luka dan cidera lain
c. Pemasangan balut dan bidai
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali pengikat
minimal diletakkan di tiga tempat.
 Setinggi dada
 Setinggi pinggang atau panggul
 Setinggi tungkai
 Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin
mengingat kondisi pasien
2. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien
a. Penilaian awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung tangan,
pakaian pelindung, kaca mata
2. Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
3. Mekanisme cedera
Curigai cedera / penyakit yang spesifik
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan, posisi, cidera
minor dan mayor yang kelihatan.
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
b. Tingkat kesadaran
1. A = Alert
2. V = Verbal
3. P = Pain
4. U = Unresponsive
c. Primeri Survey
1. Airway
 Pastikan dan amankan saluran nafas
 Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
 Imobilisasi tulang leher jika trauma
2. Breathing
 Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
 Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
 Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
 Berikan oksigen
3. Circulation
 Periksa arteri karotis
 Periksa perdarahan
 Hentikan perdarahan
 Lakukan RJP
4. Disability
 GCS
 Pupil
5. Exsposure
 Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
 Cegah hipotermi
6. Five Intervention
 Perencanaan laboratorium
 Perencanaan rontgn
 Pasang catheter
 Pasang NGT
 Pasang heart monitor
7. Give comfort
 Intervensi nyeri
 Intervensi mual, muntah
d. Secondary survey
1. History / anamnesa dengan SAMPLE
2. Head to toe / pemeriksaan fisik
3. Vital sign

3. TRANSPORTASI
a. Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas gawat
darurat terdekat.
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
 Henti nafas atau henti jantung
 Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
 Kejang berulang atau sedang terjadi
 Trauma mayor
 Amputasi
 Pasien luka bakar
 Persalinan iminen
 Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat.
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk
pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
5. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju RS
yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah sakit yang
mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.
b. Modus berangkat
1. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
a) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan ikatan
pada alat pengangkut / stretcher tidak menyebabkan pasien kesulitan
bernafas jika pasien tidak sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran
udara yang cukup.
b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spine board pendek atau papan RJP di bawah matras
3. Longgarkan pakaian yang ketat
4. Periksa posisi balut dan bidai
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka harus
di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik
agar tidak mempengarugi peruses perawatan pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta pastikan barang-
barang tersebut aman di ambulance jika memungkinkan, beritahu petugas
keamanan tentang hal ini.

c. Selama perjalanan
1. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan
3. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
4. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada airway,
breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD
lakukan ulang primary survey dan laukan resusitasi
6. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang mungkin
anda perlukan sesuai kondisi pasien
7. Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien
8. Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang lain.
9. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
10. Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulance
berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.
d. Sampai di tempat rujukan
1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulance sampai ada petugas
yang siap mengambil alih.
2. Damping petugas yang akan mengambil alih
 Lakukan operan / komonikasikan dengan petugas penerima dengan tehnik
SBAR
 Serahkan barang pribadi pasien
 Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula
4. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik rumah sakit jika
memungkinkan
 Prinsifnya adalah “satu untuk satu”
 Termasuk dalam hal ini: balut steril, verban, masker oksigen, sarung tangan,
alat bantu nafas.
 Jika ada program pertukaran yang baik dengan rumah sakit bidai, spinal
dapat langsung di tukar dengan logistic rumah sakit, bidai, spinal board,
 Keuntungannya adalah
 Tidak ada resiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-
menukar
 Kru ambulan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit
 Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan
jika kerusakan.
5. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis sebainya mencari
tempat tenang untuk melakukan ini
e. Kembali dari tempat rujukan
1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
2. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung tangan
 Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mongering di
permukaan mobil termasuk stretcher
 Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut yang sudah terbuka
dan belum di gunakan
 Bersihkan sampah kotoran non medis
 Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
 Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposable
 Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
4. Mengecek fungsi stretcher ambulance
f. Penolakan perawatan
1. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit, tindakan /
transper yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko jika tindakan /
transper tidak dilakukan
2. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera / penyakit bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa
persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus di sampaikan, situasi ini harus
dicatat dengan baik
4. Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa
maka harus dijelaskan dan di yakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi,
jika tetap menolak bantuan perawat dan transportasi harus di hentikan dan
kejadian ini harus di dokumentasikan.

g. Pasien dengan gangguan emosional


1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas ambulance dan
transper pasien.
2. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada
jamianan keamanan
3. jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta
pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan,
transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan keamanan
h. Kematian yang belum di pastikan
1. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan resusitasi harus
tetap dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, ter masuk
waktu, tempat dan nama petugas yang ada
3. DPJP dan rumah sakit rujukan harus diberitahu secepatnya
i. Bencana masal
1. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah 30-50meter
2. Berlawanan dengan arah angin
3. Command dan control bersama- sama dengan security dan rescue
4. APO Ambulance Parking Officer bertugas mengatur lokasi ambulance dan
kendaraan lain yang datang ke lokasi
5. ALO-Ambulance Loading Officer bertugas menentukan korban yang akan di
evakuasi (dirujuk)
6. Ado – Ambulance Dispatch Officer bertugas mencatat identitas, data korban
dan rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage.

Ambulance Gawat Darurat RSU RS. SARAH Medan akan merespon setiap
kejadian bencana ataupun korban masal apabila kondisi bencana / korban masal
tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Terjadinya structure collaps / Kerusakan infra struktur
2. Terjadinya fungsional collaps / tidak ada personil / petugas di rumah sakit atau
di tempat korban bencana / korban masal.
3. Terjadinya penurunan kualitas pelayanan medis di tempat bencana / korban
masal.

BAB V. KESELAMATAN PASIEN


Dalam melaksanakan tugas, seluruh petugas transportasi wajib mengutamakan
keselamamatan pasien. Hal tersebut dilakukan dengan:

1.

Anda mungkin juga menyukai