Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Transportasi pasien merupakan salah satu bagian penting dalam
pelayanan gawat darurat. Melalui evakuasi dan transportasi pasien yang tepat
dapat membantu penanganan penderita gawat darurat dengan baik. Hampir
setiap hari banyak terjadi pemindahan/pengangkatan pasien membutuhkan cara-
cara tersendiri, baik tehnik maupun keperluan/tujuan pemindahan/pengangkatan
pasien. Setiap hari banyak penderita diangkat dan dipindahkan dan banyak
petugas kesehatan yang terlibat, sarana yang digunakan serta tehnik yang
digunakan, kadang juga terjadi salah mengangkat, salah tehnik dan harus diulang
bahkan ada pula yang cedera.
Transportasi merupakan kegiatan pemindahan penumpang atau barang
dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan
(movement). Transportasi sangat memegang peranan penting dalam
pengembangan suatu Rumah Sakit. Proses transfer pasien dari atau ke rumah
sakit membutuhkan pelayanan transportasi khusus. Kendaraan yang dirancang
khusus untuk pengangkutan orang sakit dikenal dengan ambulans. Ambulans
dapat berupa kendaraan apa saja yang di dalamnya dirancang untuk pelayanan
pasien selama dalam perjalanan.
Di rumah sakit umum daerah Sawah Besar pelayanan transportasi, baik
penggunaan transportasi perujukan pasien, kegiatan gawat darurat dalam
melakukan tugas pengantaran masih terdapat kendala dan belum sempurna.
Namun usaha-usaha tetap dilakukan untuk menciptakan transportasi rumah sakit
yang baik, transportasi yang komprehensif, efisien dan efektif sehingga
diharapkan mampu mengoptimalkan kegiatan pelayanan yang berada di rumah
sakit umum daerah Sawah Besar.

1
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pedoman pelayanan unit kendaraan ini bertujuan untuk menjadikan
pelayanan di bidang transportasi rumah sakit dapat berjalan optimal, efektif
dan efisien baik bagi pengemudi maupun semua pihak yang dilayani
2. Tujuan Khusus
a. Supaya rumah sakit memiliki sistem pelayanan transportasi yang efektif dan
efesien.
b. Terciptanya budaya disiplin.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Mengantar pasien yang dirujuk dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain yang
dituju.
b. Pelayanan Ambulance Kesehatan Masyarakat untuk kegiatan sosial
c. Memindahkan korban dari lokasi bencana ke rumah sakit atau dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lain.

D. Batasan Operasional
Bagian kendaraan adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan transportasi pasien dari rumah sakit ke rumah sakit lain yang dituju
dan pelayanan kegiatan sosial kesehatan masyarakat.

E. Landasan Hukum
a. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
c. PP no 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi
d. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
e. Undang undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE /
VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
g. Keputusan Menkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tantang Standar
Pelayanan Minimal RS (SPMRS)

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pengemudi yang baik adalah pengemudi yang memiliki tidak hanya
kemampuan teknis mengendarai dan pengetahuan berlalu-lintas tetapi juga
kepribadian dan attitude yang baik, apalagi pengemudi yang mengemudikan
kendaraan khusus seperti ambulance. Pengemudi yang ideal adalah yang sehat
jasmani dan rohaninya, memiliki kecakapan dalam mengemudikan
kendaraannya, mengemudikan kendaraannya dengan tenang, memahami
rambu-rambu lalu lintas, dan tentu saja berkepribadian baik sehingga bisa
melayani dan menghargai penumpangnya.
a. Pelayanan ambulance berada di bawah organisasi Instalasi Gawat Darurat
secara fungsional dengan berkoordinasi dengan bagian umum.
b. Tugas dan tanggung jawab
No Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab
1 Kepala Satuan - Bertanggung jawab terhadap kelancaran
Pelayanan IGD/HCU pelyanan ambulance, ketersedian dan
kesiapan tenaga, kelengkapan fasilitas
medis, perencanaan dan evaluasi kegiatan
- Mengkoordinasikan penyusunan SPO
Ambulance

2 Penanggung Jawab - Menyusun jadwal tugas perawat


IGD - Perencanaan, pemeliharaan dan memantau
pengecekan rutin alat medis dan obat-
obatan.
- Memantau perekapan data pelayanan
ambulance dalam buku kegiatan
3 Perawat Ambulance - Menyiapkan alat medis dan obat-obatan

3
agar selalu dalam keadaan siap pakai.
- Melakukan pendampingan pasien
- Melakukan pendokumentasian tindakan
medis keperawatan pada pasien
- Pencatatan pada buku rujukan
4 Pengemudi - Menjadi pengemudi kendaraan pada saat
Ambulance melakukan pelayanan
- Membantu perawat dalam proses evakuasi
pasien
- Melakukan pengecekan dan memastikan
ambulance siap pakai (termasuk pengisian
bahan bakar)
- Mengisi catatan pemakaian kendaraan
- Menjaga kebersihan kendaraan
- Memonitor jadwal service ambulance
- Mengisi kelengkapan alat kesehatan setiap
shift
- Meminta kepuasan penggunaan ambulance
kepada pasien/keluarga

B. Distribusi Ketenagaan

No Kualifikasi Tenaga Pendidikan Formal Kompetensi


1 Perawat D III Keperawatan BTCLS
2 Supir Ambulance SMA/STM Memiliki SIM A dan
pengalaman menyetir
mobil minimal 2 tahun,
memiliki kemampuan

4
BHD, dan memiliki
kemampuan pelatihan
pengendalian infeksi
3 Dokter umum Dokter Umum Memiliki pelatihan
(bila diperlukan ATLS/ACLS/PPGD
pendampingan)

C. Pengaturan Jaga
1. Penetapan jam kerja
Hari kerja Rumah Sakit adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu dan
jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam dalam satu minggu.
Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur
secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada
jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari
kerja. Untuk karyawan yang bekerja melebihi jam kerja standar maka
kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan lembur Rumah Sakit.
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut:
1. Hadir 15 menit sebelum pelayanan dimulai dan jam istirahat dilakukan
secara bergiliran/bergantian
2. Apabila berhalanganan hadir karena sakit harus disertai dengan surat
sakit. Pegawai izin dapat menginfokan ketidakhadiran kepada
penanggung jawab unit masing-masing maksimal sebelum jam kerja
dimulai pada hari tersebut, jika tanpa keterangan maka pegawai yang
bersangkutan dianggap alpha dan penanggung jawab mencatat di jadwal
unit serta melaporkan ke bagian kepegawaian. Kepegawaian menerima
informasi ketidakhadiran tersebut dari penanggung jawab unit masing-
masing.
3. Pembinaan pegawai akan dilakukan oleh penanggung jawab unit masing-
masing maksimal sebanyak 3 kali dan dilanjutkan pembinaan oleh
kasatpel maksimal sebanyak 3 x selanjutnya pembinaan dilakukan oleh

5
kepala seksi/kepala sub bagian. Manajemen melaporkan pembinaan
yang telah dilakukan kepada direktur setiap 3 bulan terkecuali bila ada
kasus darurat yang menyangkut keselamatan pasien (dapat dilaporkan
segera), batas toleransi akumulasi keterlambatan 208 per bulan.

Pengaturan tenaga kerja di RS. berdasarkan shift dan non shift dapat
dibawah ini:
a. Karyawan shift
 Senin- Minggu
o Shift I : 07.30-14.00
o Shift II : 14.00-20.30
o Shift III : 20.30-07.30

b. Karyawan non shift


 Senin-Sabtu : 07.30-14.00
2. Kuantitas SDM
Pengaturan tenaga kerja di pelayanan Ambulance Rumah Sakit Umum
Daerah Sawah Besar berdasarkan shift. Tenaga kerja di pelayanan
Ambulance saat ini berjumlah 6 orang yang memegang tanggung jawab
sebagai:
1) Kepala Satuan Pelayanan : 1 orang
2) PJ Pelayanan Ambulance : 1 orang
3) Pengemudi Pelaksana : 4 orang

Tenaga di unit HCU ini berkerja setiap hari sebagai berikut :


1) Kepala Satuan Pelayanan : on call
2) PJ Ambulance : Shift
3) Pengemudi Pelaksana : Sesuai Shift

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Mobil
1. Gambaran Mobil
a. SPESIFIKASI MOBIL AMBULANCE :
Unit ambulance melayani pelayanan rujukan pasien dan
pemeriksaan penunjang untuk pasie-pasien Rumah Sakit dan pemeriksaan
penunjang untuk pasien-pasien Rumah Sakit Sawah Besar ke fasilitas
kesehatan lain di DKI Jakarta. Untuk pelayanan transfer pasien ke luar DKI
Jakarta pelayanan ambulance dilakukan oleh 118 Dinas Kesehatan DKI
atau Ambulance Swasta lainnya. Pasien yang dibawa oleh ambulance
untuk dirujuk dalam kondisi stabil.

1. Ambulance Transport No 1
Nomor Polisi : B 1120 PHX
Merk/Type : DAIHATSU/LUXIO 1,5 M MT
Jenis Model : AMBULANCE
Tahun Pembuatan : 2012
Warna : silver
2. Ambulance Transport No 2
Nomor Polisi : B 1353 PHX
Merk/Type : TOYOTA/ HIACE COMMUTER HT
Jenis Model : AMBULANCE
Tahun Pembuatan : 2018
Warna : putih
7
b. Standar Fasilitas
Fasilitas dan fisik kendaraan:
1. Jenis Kendaraan Ambulance No 1

N Fasilitas Keterangan
o
A. Jenis Kendaraan No 1
1. Warna cat kendaraan Silver
2. Garasi Depan IGD
B. Perlengkapan kendaraan 2 unit
1. Pendingin Mobil 1 buah
2. Sirine (1-2) 1 buah
3. Lampu rotator 1 buah
4. Sabuk pengaman pengemudi 1 buah
5. Sabuk pengaman petugas 1 buah
6. Bed pasien 1 buah
C. Isi dan luas ruangan kendaraam
1. Penempatan alat medis Ada
2. Lemari obat Ada
3. Lampu peneranan Ada
4. Sumber listrik 12 volt DC (stop Ada
kontak)
5. Luas ruang kendaraan 1 stretcher
petugas duduk
6. wastafel Ada
7. tempat sampah Ada
8. Spill Kit Ada
9. APAR ada
D Kualifikasi Petugas

8
1. Dokter Sertifikat ATCLS
2. Perawat Sertifikat BTCLS
3. Non Medis Sertifikat BHD

1.Jenis kendaraan No 2

No Fasilitas Keterangan
A. Jenis Kendaraan No 2
1. Warna cat kendaraan Putih
2. Garasi Parkir Belakang
B. Perlengkapan kendaraan
1. Pendingin Mobil 1 buah
2. Sirine (1-2) 1 buah
3. Lampu rotator 1 buah
4. Sabuk pengaman pengemudi 1 buah
5. Sabuk pengaman petugas 1 buah
6. Bed pasien 1 buah
7. Tempat duduk petugas ada
8. Tempat duduk keluarga ada
9. Sumber listrik AC/DC Conventer 1000
Watt dengan 6 kontak
C. Isi dan luas ruangan kendaraam
1. Penempatan alat medis ada
2. Lemari obat ada
3. Lampu Penerangan Ada ada
4. Sumber listrik 12 volt DC (stop ada
kontak)
5. Luas ruang kendaraan 1 stretcher
1 petugas duduk

9
6. wastafel Ada
7. tempat sampah Ada
8. Spill kit Ada
9. APAR Ada
D Kualifikasi Petugas
4. Dokter Sertifikat ATCLS
5. Perawat Sertifikat BTCLS
6. Non Medis Sertifikat BHD

c. Standar Fasilitas
a) Daftar pelayanan Ambulance No 1
No Standar minimal peralatan keterangan Jumlah
1 Bed Ada 1
2 Ventilator Tidak Ada -
3 Defibrillator jantung dengan Tidak Ada -
kemampuan kardioversi sinkron
4 Bedside Monitor Tidak ada -
5 Suction Pump Ada 1
6 Infus Pump Tidak Ada 1
7 Syring Pump Tidak Ada 1
8 Temperature Ada 1
9 Alat hisap suction Ada 1
Alat pemantau untuk tekanan Ada
darah dengan non invasive (non
10
invasive blood pleasure)
11 Nebulizer Tidak Ada 1
12 Oksigen Portable Ada 1
13 Tas emergency Ada 1
Isi tas emergency Ada 1
Airway :

10
- Oroparingeal ukuran 00
sampai 5
- Laryngeal Mask airway
ukuran 1 sampai 5
- Nasoparingeal airway
ukuran 26 sampai 32
- Endotracheal Tube ukuran 3
sampai 8
- Catheter Suction ukuran 6
sampai 14
- Mandrain/stillet
- Satu set Laringoskop
dewasa dengan berbagai
ukuran bilahnya
- Satu set resusitasi muka dan
kantong penampung O2
(reservoir)

Breathing :
- Nasal canul ukuran anak
dan dewasa
- Simple mask ukuran anak
dan dewasa
- Non Rebreathing Mask
ukuran anak dan dewasa
- Rebreathing Mask ukuran
anak dan dewasa

Circulation :
- IV Catheter ukuran 24

11
sampai 18
- Bloodset
- Infus set
- Extention tube
- Threeway
Peralatan pemasangan infus :
- RL
- Nacl 0.9%
- Water For Injection
- Micropore
- Spuit ukuran 1 cc sampai 50
cc
- Sarung tangan steril
- Tourniquet untuk
pemasangan akses vena
- Nasogastric Tube ukuran 8
sampai 18
- Folley Catheter ukuran 10
sampai 18
- Xylocaine gel
- Catheter Tip
- Gunting

12
b) Daftar Pelayanan Ambulance No 2
No Standar minimal peralatan keterangan Jumlah
1 Bed Ada 1
2 Ventilator Hamilton Ada 1
3 AED ZOLL Ada
4 Bedside Monitor Philiphs Ada 1
5 Suction Pump Medela Ada 1
6 Infus Pump Bibraun Ada 1
7 Syring Pump Bibraun Ada 1
8 Temperature Ada 1
9 Alat hisap suction Ada 1
Alat pemantau untuk tekanan Ada
darah dengan non invasive (non
10
invasive blood pleasure) Omron
11 Nebulizer Tidak Ada 1
12 Oksigen Portable Ada 1
13 Tas emergency Ada 1
Isi tas emergency Ada 1
Airway :
- Oroparingeal ukuran 00
sampai 5
- Laryngeal Mask airway
ukuran 1 sampai 5
- Nasoparingeal airway
ukuran 26 sampai 32
- Endotracheal Tube ukuran 3
sampai 8
- Catheter Suction ukuran 6
sampai 14

13
- Mandrain/stillet
- Satu set Laringoskop
dewasa dengan berbagai
ukuran bilahnya
- Satu set resusitasi muka dan
kantong penampung O2
(reservoir)

Breathing :
- Nasal canul ukuran anak
dan dewasa
- Simple mask ukuran anak
dan dewasa
- Non Rebreathing Mask
ukuran anak dan dewasa
- Rebreathing Mask ukuran
anak dan dewasa

Circulation :
- IV Catheter ukuran 24
sampai 18
- Bloodset
- Infus set
- Extention tube
- Threeway
Peralatan pemasangan infus :
- RL
- Nacl 0.9%
- Water For Injection
- Micropore

14
- Spuit ukuran 1 cc sampai 50
cc
- Sarung tangan steril
- Tourniquet untuk
pemasangan akses vena
- Nasogastric Tube ukuran 8
sampai 18
- Folley Catheter ukuran 10
sampai 18
- Xylocaine gel
- Catheter Tip
- Gunting

c) Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi alat


Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus
dilakukan pemeliharaan, pebaikan dan kalibrasi alat agar perlatan dapat
tetap terpelihara dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
Pemeliharaan kendaran ambulance dilakukan oleh bagian
IPSRS dengan meliputi tentang kondisi kendaran, jadwal service rutin,
penyediaan bahan bakar, kebersihan kendaraan, kelengkapan surat-
surat kendaraan. Pengecekan kendaraan rutin dilakukan setiap pagi
oleh pengemudi ambulance dengan mengecek cek list. Kendaraan
dilakukan pembersihan setiap kali habis dipakai mengantar pasien.
Pemeliharaan peralatan medis ambulance dilakukan oleh Intalasi
Gawat Darurat meliputi ketersedian alat medis dan obat, pengecekan
kondisi alat medis, kalibrasi alat medis penyimpanan peralatan medis
ambulance. Ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dipakai
langsung diisi ulang setelah dipakai dengan berkoordinasi dengan pihak
apotik.

15
 Tujuan
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan
tujuannya.
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan
c. Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan
medis yang diperlukan.
 Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak, penanggung jawab harus
membuat permintaan perbaikan peralatan yang bersangkutan
kepada IPSRS
b. Pihak maintenance melihat alat yang rusak dan diperbaiki
c. Setelah alat selesai diperbaiki oleh teknisi, alat dikembalikan ke
penanggung jawab Ambulance
d. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh maintenance internal, maka alat
diperbaiki oleh meintenance luar (melalui bagian IPSRS).

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Peningkatan mutu pelayanan


Sistem Transportasi Pengantaran Pasien
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter pendamping
- Perawat pelaksana
- Pengemudi Ambulance
II. Tata Tertib Ambulance
1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu
rotator
2. Kecepatan maksimum 40 km/jam biasa dan 80 km/jam di jalan bebas
hambatan
3. Petugas perujuk membuat lapran keadaan penderita selama di
transportasi, di lembar perujukan pasien
4. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
5. Setelah selesai melaukan transportasi harus langsung menuju rumah sakit
6. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing
ambulance
h. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderta gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat
pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulance yang dikeluarkan
oleh rumah sakit. Khusus untuk KTP DKI, maka pelayanan Ambulance RSUD
Sawah Besar digratiskan.

17
III. Tata Laksana Transportasi Mengantar Pasien
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulans RSUD Sawah Besar
sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi dokter yang
merawat pasien dan dokter jaga bangsal untuk menentukan criteria pasien
boleh dirujuk
2. Perawat dan dokter yang akan mendampingi pasien sesuai dengan criteria yang
telah di tetapkan
3. Perawat melakukan proses identifikasi dan menuliskan data-data pasien di buku
rujukan (nama pasien, diagonsa, rs tujuan, petugas pengantar)
4. Pengemudi ambulance mencatat jam berangkat dan jam kedatangan
ambulance
5. Perawat menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
6. Perawat dan dokter mempersiapkan pasien dan peralatan medis sesuai
dengan kondisi pasien.
7. Petugas melakukan tindakan sesuai prosedur
8. Petugas ambulance meminta penilaian mengenai kepuasan pelayanan
ambulance keluarga pasien
9. Petugas ambulance melakukan operan setiap shift dan di catat di buku operan
( operan saat merujuk (nam Pasien, unit merujuk, rs tujuan dan pencatatan
penggunaan spill kit)

B.Persiapan Pemeriksaan Ambulance


1.Mesin mati
- Periksa seluruh bodi ambulace
- Periksa roda/ ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi
yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kursi
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator,
pelumas, rem air, dan pelumas setir
18
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin
- Periksa jumlah bahan bakar, pengisian bahan bakar
2.Mesin hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletak di dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponnen pasien
- Periksa perlengkapan komunikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akromin (EWAGON)
a. Enggine : Periksa mesin baik/tidaknya
b. Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan radiator, air accu
sesuai dengan petujuk pemakaian
c. Ari : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, AC dan
blower berfungsi baik atau tidak
d. Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar/premium) sesuai
petunjuk pemakaian atau tidak
e. Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem sesuai
petujuk pemakaian
f.Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
19
g. Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign hazard,
rotator, sirine, lampu kabin depan dan belakang dan lampu-lampu indicator
menyala atau tidak dan pecah atau tidak.
h. Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus ada
kerusakan atau tidak
i.Alat penunjang : periksa toolkit, dokrang, ban serep, triangle hazard dan APAR
tersedia pada tempatnya
j.Alat penunjang : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau sudah
gundul, apakah retak atau sobek
k. Sabuk Pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengaman masih dalam
kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman sobek atau tidak
3. Pemeriksaan persedian dan perlengkapan kompartemen pasien :
a. Periksa tekanan tabung oksigen
b. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik
c. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue
d. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya
e. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti monior pasien,
suction electric dan AED
f. Lengkapi laporan pemeriksaan, perbaikan keruskan
g. Bersihkan kompartemen untuk menghindari resiko infeksi
4. Mengoperasikan Ambulance
Syarat Pengemudi Ambulance :
a. Sehat secara fisik
b. Sehat secara mental
c. Bias mengemudi dibawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positife atas kemampuan diri
e. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda
ketika mengetahui kendaraan gawat darurat
f. Tidak terpengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
g. Mempunyai SIM yang masih berlaku
h. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai
20
i. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
j. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 atau BHD
5. Operasional Ambulance
1. Setiap hari Ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah 2 buah
2. Penentuan layaktidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh
penanggungjawab pelayananan ambulance dan penanggungjawab
Instalasi Gawat Darurat dengan memperhatikan cek list.
6. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika digunakan
untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon
gawat darurat. Menurut undang-undang No. 22 Tahun 2009 pasal 134.
7. Penggunaan Alat Peringatan (warning device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan pengemudi lain tidak
melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30 meter
a. Sirine
Sirine adalah alat peringatan audio, penggunaan sirine secara bijak dan hanya
ketika diperlukan. Waspada terhadap pengemudi lain yang menjadi panik
karena bunyi sirine.
b. Lampu Rotator
Lampu isyarta yang digunakan oleh ambulance berwarna merah, rotator lampu
peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat
darurat.
c. Kecepatan dan keselamatan
Kecepatan yang berlebihan dapat kemungkinan terjadi tabrakan, pastikan
pengemudi dan semua penumpang mengunakan sabuk pengaman.
d. Kendaraan pengiringan dan forwarder
Keadaan iring-iringan kendaraan meingkatan resiko kecelakaan karena jarak
terlalu dekat.
e. Jalur alternative

21
Perkiraan waktu sampai tujuan harus diketahui, sehingga pertimbangan
menggunakan alternatife jalan lain.
f. Posisi parkir
Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan area
bahaya dan jalur evakuasi.
Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance memiliki keterbatasn
pandang ke arah belakang.
8. Memindahkan pasien ke ambulance
a. Paisen harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan
gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian bari dipindahkan ke
ambulance
b. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat seperti lokasi
yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan
dapat dilakukan terlebih dahulu.
c. Jika curiga cedera spinal, stabilisi harus segera dilakukan cervical colar harus
terpasng dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal board.
9. Stabilisasi
Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum di
pindahkan
Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD
b. Perawatan luka dan cidera lain
c. Pemasangan balut dan bidai
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
e. Alat pengangkut harus dalam kedaan baik terdapat tali pengikat minimal di tiga
tempat.
F. Tata Laksana Sistem Rujukan IGD
a. Alih Rawat
1. Dokter umum IGD consult ke DPJD bila anjuran dirujuk, dokter umum membuat
surat rujuka.
22
2. Perawat/dokter umum IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk melalui
SPGDT via wa/telp
3. Bila rumah sakit rujukan tidak ada SPGDT, petugas IGD mekomunikasikan
anamnesa dan kondisi pasien saat ini
4. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
pengemudi ambulance untuk mempersiapkan mobil ambulance.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
2. Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3. Perawat IGD menghubungi petugas ambulance RS RK Charitas

G. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien


a. Kebutuhan pasien yang diantar dengan ambulance
Untuk pasien pasca rawat inap, penggunaan ambulance untuk pasien home
care oleh petugas KPLDH
Sementara ambulance RSUD sawah Besar dikhususkan digunakan untuk
pasien RSUD Sawah Besar yang akan di rujuk.
b. Untuk jenazah, kami bekerjasama dengan Ambulance jenazah DKI Jakarta.
c. Lakukan pemeriksaan menyeluruh
Pastikan keadaan pasien dalam kondisi stabil, diletakkkan di bed pasien.
H. Pemeliharaan ambulance
Pemeliharaan rutin yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pemelihraan ringan dilakukan 4x setiap tahun
2. Pemeliharaan sedang dilakukan satu kali setiap tahun
3. Pemeliharaan berat dilakukan satu kali setiap tahun
Apabila ada kerusakan diluar pemeliharaan rutin, maka petugas ambulance
melaporkan dengan cara:
Mengisi formulir permintaan pemeliharaan ambulance diisi oleh petugas ambulance
yang dikethaui oleh petugas IPSRS untuk diserahkan ke PPTK. Petugas IPSRS
23
melakuka pemantauan atas permintaan pemeliharaan tersebut sampai ambulance
dapat digunakan kembali.

D. Transportasi
1. Berangkat ke tempat tujuan
Pasien kritis dapat dipindahakan ke rumah sakit lain dengan fasilitas pelayanan yang
sesuai. Pasien yang di antar dalam kondisi stabil. Gunakan rute dan kecepatan yang
sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk pengaman, gunakan
sirine dan lampu sesuai kondisi.
Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut:
b. Kondisi vital dalam kondisi stabil
c. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi letakan papan RJP di bawah matras
d. Keluarga pasien di tempatkan di kabin penumpang, memakai sabuk pengaman
2. Selam Perjalanan
a. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
b. Lanjutkan perawatan kegawatdarurat yang dibutuhkan
c. Catat dan monitoring vital sign secara terus-menerus
d. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada airway,
breathing, circulation dan tingkat kesadaran
e. Jika terjadi kondisi perbrukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD
lakukan ulang primary survey dan lakukan resusitasi.
f.Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang mungkin
anda perlukan sesuai kondisi pasien
g. Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien
h. Jika pasien gelisah, cek ABCD, lakukan restrain jika pasien membahayakan diri
sendiri dan orang lain
i.Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya, pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien

24
j.Jika terjadi henti RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulance berhanti,
pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.

3. Sampai ditempat rujukan


a. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulance sampai ada petugas
yang siap mengabil ahli.
b. Sebelum menurunkan pasien cek ABCD
c. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula
4.kembali dari tempat rujukan
a. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
b. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung tangan
- Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mongering di
permukaan mobil dan tempat tidur pasien dengan menggunakan spill kit
- buang sampah medis ke plastic kuning
- bersihkan sampah kotoran non-medis ke plastic hitam
c. Bersikan dan rapikan peralatan medis setelah digunakan
d. Cek alat-alat kesehatan yang telah digunakan
5. Penolakan perawatan
a. Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit,
tindakan/transfer
b. Pejelasan kepada pasien/keluarga resikonya serta resiko jika tindakan/transfer
yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko jika tindakan/transfer tidak
dilakukan
c. tanda tangan inform consen penolakan di isi oleh penanggung jawab dan
pasien surat penolakan dan didokumentasikan
6.Bencana masal
a. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah 30-50 meter
b. posisi parker ambulance bila terjadi kebakaran berlawanan dengan arah angin
c. Command dan control bersama-sama dengan security dan rescue
25
d. ambulance parking officer bertugas mengatur lokasi ambulance dan kendaraan
lain yang datang ke lokasi
e. ALO Ambulance loading officer bertugas menentukan korban yang akan
dievakuasi (dirujuk)
f. ADO Ambulance dispatch officer bertugas mencatat identifikasi data korban dan
rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage

Ambulance Gawat darurat RSUD Sawah Besar akan merespon setiap kejadian
ataupun korban masal apabila kondisi bencana/korban masal tersebut memiliki
criteria sebagai berikut :
1. terjadinya structure collaps/kerusakan infrastruktur
2. terjadinya fungsional collaps/tidak ada personil/petugas di rumah sakit atau di
tempat korban bencana/korban masal
3. terjadinya penurunan kualitas pelayanan medis di tempat bencana/korban masal

BAB V
LOGISTIK

A. ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN


Dalam menunjang transportasi pasien dari rumah sakit ke rumah sakit lain
dengan pelayanan yang baik maka diperlukan pengelolaan administrasi
pelayanan ambulance yang baik

B. PENYEDIAAN PERALATAN

26
Dalam penyediaan peralatan ambulance di rumah sakit menggunakan
prosedur yang diterapkan di rumah sakit, yaitu melalui persetujuan Direktur dan
Bagian pembelian melalui bagian Pembelian non medis rumah sakit.

C. PEMELIHARAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN BAKAR

1. Pemeliharaan kendaraan
Pemeliharaan kendaraan dimaksudkan untuk menjaga kondisi kendaraan
baik ambulance maupun ambulance jenasah / mobil jenasah rumah sakit
dalam keadaan laik jalan dan siap setiap saat dibutuhkan, maka dari itu
diperlukan perawatan mobil rutin yang meliputi
1.1 Pemeriksaan kondisi fisik ambulance melalui pengecekan kesiapan
kendaraan dan kebersihan setiap kendaraan ambulance
1.2 Ganti oli sesuai dengan pemakaian kendaraaan
1.3 Servis peralatan kendaraan baik servis rutin maupun servis yang
dikarenakan kerusakan kendaraan

2. Penyediaan bahan bakar


Pemeliharaan kendaraan meliputi juga pengisian bahan bakar kendaraan
yang dilakukan pengisian di tempat SPBU yang ditunjuk oleh rumah sakit
maupun SPBU lainnya.

3. Tata cara mengisian bahan bakar


II.1. Petugas kendaraan selalu mengecek pemakaian kendaraan termasuk
bahan bakar kendaraan, jika indikator BBM kendaraan sudah mencapai
setengah indikator, maka pengemudi ambulance wajib mengisikan
bahan bakar kendaraan ke SPBU yang telah ditunjuk / kerjasama
dengan rumah sakit umu daerah Sawah Besar
II.2. Petugas pengemudi ambulance minta Blangko pengisian BBM untuk
pengisian bahan bakar kendaraan ke petugas Bagian Umum dengan

27
membawa Blangko pengisian bahan bakar kendaraan yang telah
terpakai untuk diganti yang baru.
II.3. Jika dalam keadaan darurat atau ke luar kota yang melampaui
perkiraan pengisian bahan bakar, maka pengemudi ambulance
mengajukan bon sementara yang telah diketahui oleh Bagian Umum ke
bagian kasir / petugas administrasi, dan petugas kasir / administrasi
memberikan uang untuk pembelian bahan bakar kendaraan sesuai
dengan bon sementara untuk kebutuhan pengisian bahan bakar dan
menandatangani penyerahan uang.
II.4. Pengemudi ambulance melakukan pengisian di SPBU selama indikator
mencapai minimum (tidak mengganggu transportasi selama
penggunaan ambulance) untuk mendapatkan bahan bakar yang
dibutuhkan dengan meminta struk asli pembelian bahan bakar.
II.5. Pengemudi ambulance menyerahkan struk pembelian bahan bakar ke
bagian administrasi setelah mendapatkan persetujuan Bagian Umum.

28
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem keselamatan pasien
memiliki 6 sasaran, yaitu ketepatan identifikasi pasien (nama, tanggal lahir),
peningkatan komunikasi efektif (S-BAR), peningkatan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat lokasi prosedur dan tepat pasien operasi,
pengurangan resiko infeksi, pengurangan resiko pasien jatuh (lihat gelang warna
kuning pada pasien), adapun yang terdapat di bagian kendaraan meliputi :
29
1. Ketepatan identifikasi pasien (nama, tanggal lahir, alamat)
2. Peningkatan Komunikasi efektif (SBAR)
3. Pengendalian infeksi
4. Mengurangi resiko pasien jatuh

B. TUJUAN
Keselamatan pasien ini bertujuan antara lain
1. Sebagai unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana
kerja yang aman, baik berupa materil maupun non material
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
3. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
4. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien di Ambulance


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

Sistem keselamatan pasien


1. Ketepatan identifikasi pasien

30
Pasien yang akan menggunakan ambulance diidentifikasi terlebih dahulu
menggunakan identitas pasien yang meliputi :

 Nama
 Tanggal lahir
 Lokasi tujuan

2. Peningkatan Komunikasi efektif (SBAR)


a. Petugas dari ruang perawatan / unit gawat darurat menginformasikan
permintaan penggunaan ambulance kepada petugas ambulance melalui
telepon secara jelas
b. Petugas ambulance mencatat permintaan ambulance pada buku
pesanan dan mengklarifikasi kembali kepada bagian yang akan
menggunakan ambulance pada saat siap pengantaran atau
penjemputan
c. Petugas kasir bangsal/ruang perawatan memberikan billing kepada
keluarga
d. Petugas ambulance bersama perawat menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengantaran pasien

3. Pengendalian infeksi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja untuk mencegah infeksi
silang
b. Pemakaian alat pelindung diri untuk mencegah kontak dengan darah
dan cairan infeksi yang lain seperti masker, sarung tangan, googles dan
apron jika dibutuhkan
c. Pengelolaan jarum dan alat tajam lain untuk mencegah perlukaan
d. Pembersihan ambulance setiap penggunaan pengantaran pasien
dengan spil kit
e. Pengelolaan limbah rumah sakit dan sanitasi ruangan
f. Terdapat safety box dan tempat sampah kuning dan hitam yang tertutup

31
4. Mengurangi resiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menyediakan peralatan kesehatan yang dapat mengurangi
resiko pasien pada saat pemindahan pasien ambulance, pada proses
transfer maupun pemindahan pasien dari ambulance fasilitas
Ambulance yang sudah dilengkapi dengan tempat untuk meletakan
Brankar yang disebut dengan Landasan. Landasan Brankar berfungsi
untuk mempermudah Brankar masuk dan keluar
i. Brankar dilengkapi dengan sabuk pengaman
b. Cara pemindahan pasien ke dalam maupun keluar ambulance yang
tepat dan menghindari resiko pasien

b. Sistem pelaporan insiden


Sistem pelaporan manajemen risiko di RSUD Sawah Besar dimulai dari
pelaporan masing-masing unit kerja sesuai dengan formulir yang telah
disediakan ditujukan Direktorat terkait dan ditembuskan ke Komite Mutu dan
Manajemen Risiko. Pelaporan dilaksanakan setiap bulan.

Komite Mutu dan Manajemen Risiko akan membuat risk register


terhadap risiko dan analisa setiap bulan berdasarkan data yang disampaikan
oleh unit kerja masing-masing yang berisikan tentang analisa identifikasi risiko,
penetapan risiko, membuat RCA dan menetapkan minimal 1 FMEA pertahun.
Analisa yang dibuat oleh Komite Mutu dan Manajemen Risiko akan
disampaikan ke Direktur Utama untuk ditindaklanjuti (apabila perlu tindak
lanjjut).

Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam membuat


perencanaan serta untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
program manajemen risiko dan kegiatan yang akan datang sehingga kinerja
dari RSUD Sawah Besar dapat memenuhi tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan.

32
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun
didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat
bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan

33
diatas.
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah
ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1. Mesin
2. Alat angkutan
3. Peralatan kerja yang lain
4. Bahan kimia
5. Lingkungan kerja
6. Penyebab yang lain

B. Tujuan Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja.


Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya
dan budayanya.
Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja
adalah sebagaai berikut :
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja.
34
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan


terhadap terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai
akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.
Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.

C. Tata Laksana Keselamatan Kerja

Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus
dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi
adalah:
a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.
Keselamatan kerja di unit, manajemen resiko di unit sesuai 6 poin manajemen
fasilitas dan keselamatan :

1. Keselamatan dan keamanan


a. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu
rotator
b. Kecepatan maksimum 40 km/jam biasa dan 80 km/jam di jalan bebas
hambatan
c. Petugas perujuk membuat lapran keadaan penderita selama di transportasi,
di lembar perujukan pasien
d. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
35
e. Setelah selesai melaukan transportasi harus langsung menuju rumah sakit
f. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing
ambulance
2. B3 dan limbahnya

Dalam upaya mengelola bahan berbahaya dilakukan identifikasi terhadap bahan


berbahaya yang digunakan di ambulance :

1. Bensin
2. Freon

3. Iodine

4. Klorin

Penatalaksanaan tumpahan dengan peralatan dan prosedur perlindungan


yang sesuai :
Tumpahan cairan tubuh pasien: Staf menggunakan sarung tangan, tissue/
koran untuk mengambil tumpahan, disemprotkan desinfektan lalu di lap dengan
menyiapkan kotak spil kid di ambulance

3. Manajemen bencana

Memastikan kesiapan Ambulance dan merespon secara efektif kejadian


bencana yang ada baik bencana internal maupun external.
Kesiapan mobil ambulance dan supir untuk merujuk pasien ke luar RSUD
Sawah Besar.

4. Proteksi kebakaran

Di dalam mobil ambulance mempunyai APAR, untuk penanganan jika terjadi


kebakaran di mobil ambulance

5. Peralatan medis

36
Memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan aman,
tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

Terdapat tas emergency di ambulance

Petugas driver mengecek peralatan medis di ambulance setiap shiftnya

6. Utilitas/peralatan penunjang

Di dalam ambulance terdapat wastapel, gas medis dan instalasi listrik untuk
menunjang kesiapan petugas dalam merujuk. Petugas melakukan pengecekan
setiap shift

D. Sistem Pelaporan Insiden


Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation
Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan
peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja
adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih
lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour
Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:
a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para
pekerja.
Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm,
masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya.

Alat-alat pelindung diri

37
Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari resiko yang
ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan ala-alat
pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan.
Berikut ini akan diuraikan beberapa alat pelindung yang biasa dipakai dalam
melakukan dibagian kendaraan

Pakaian kerja digunakan setiap saat petugas bekerja

a. masker digunakan digunakan pada saat petugas membantu perawan atau


dokter atau petugas lain memasukkan pasie/ jenasah kedalam maupun keluar
kendaraan dan atau saat petugas kendaraan membantu transportasi yang
berhubungan dengan penyakit
b. sepatu boat digunakan saat petugas membersihkan kendaraan

c. sarung tangan (hand schoon) digunakan petugas ketika membantu


memindahkan pasien/jenasah kedalam maupun keluar kendaraan dan selain
itu juga digunakan petugas membersihkan kendaraan

Program kebersihan tangan

kebersihan tangan sangat penting bagi petugas yang berada dibagian


kendaraan apalagi petugas berhubungan dengan pasien, jenasah maupun
segala sesuatu yang berada di lingkungan rumah sakit maka sangat penting
bagi petugas kendaraan untuk memperhatikan kebersihan tangan yang benar
setiap kali membantu pelayanan dibidang transportasi maupun setiap
membersihkan lingkungan kendaraan di rumah sakit maupun saat sebelum
dan sesudah membersihkan kendaraan

38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Penyelenggaraa tiap kegiatan indicator mutu adalah melakukan pencatatandata
penyelenggaraan trap kegiatan indicator mutu berupa laporan lengkap
pelaksanaan indicator mutu dark sumber data yang diperlukan sesuai dengan
format, until meningkatkan mutu rumah sakit.
B. Tujuan
a) Memberikan panduan dalam pencatatan dan pelaporan pelaksanan indicator
mutu unit rumah sakit.
39
b) Dihasilkanya acuan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan indicator
mutu.

C. Tata Laksana Pengendalian Mutu


a. Profil Indicator Mutu Unit

Indikator Mutu Pelayanan IGD di RSUD Sawah Besar mengacu pada pedoman
Indikator Mutu RSUD Sawah Besar yaitu :
Indikator Mutu Pelayanan Ambulance di RSUD Sawah Besar mengacu pada
pedoman Indikator Mutu RSUD Sawah Besar yaitu :

1. Ketersediaanya Pelayanan Ambulance

2. Penyedia/pendampingp Pelayananan Ambulans


3. Kecepatan memberikan Pelayanan Ambulans RS
4. Tidak Ada Kecelakaan Ambulans yang Menimbulkan Kecacatan/
Kematian
5. Kepuasan Pelanggan

b. Sistem pelaporan mutu


Penyelenggaraan Tiap Kegiatan Indikator Mutu adalah melakukan
pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan indikator mutu berupa
laporan lengkap pelaksanaan indikator mutu dari sumber data yang
diperlukan dengan menggunakan format yang ditetapkan antara lain cecklist,
survey, dokumen rekam medis dll, di rekapitulasi dalam sensus harian.

40
BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai atau antar rumah sakit apabila harus dilakukan transfer pasien ke
rumah sakit. Transportasi pasien dapat dibedakan menjadi dua, transportasi
untuk gawat darurat dan kritis.
B. Saran
Transportasi pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan pasien
menuju rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu transport
pasien berperan penting dalam mengutamakan keselamatan pasien mulai dari
berangkat sampai kembali ke rumah sakit awal.

Demikian pedoman pelayanan di bidang kendaraan dibuat dengan harapan


meningkatkan pelayanan dibidang transportasi di rumah sakit umum daerah
Sawah Besar sehingga sasaran mutu yang terdapat dibagian kendaraan dapat
terealisasi dengan baik.

JAKARTA, DESEMBER 2018


DIREKTUR RSUD SAWAH BESAR

41
drg. Suzy Freud, MPH
NIP 196512071990112001

42

Anda mungkin juga menyukai