Anda di halaman 1dari 21

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

RSU FASTABIQ SEHAT PKU MUHAMMADIYAH


Nomor :030/PER-DIR/RSFS/V/2018
TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI (AMBULANS)

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT


PKU MUHAMMADIYAH

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan


kesehatan menjamin akuntabilitas tenaga profesional dan
memastikan bahwa pasien mendapatkan layanan yang aman,
dan efektif mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standart pelayanan Rumah Sakit;
b. bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan dan menjaga
mutu Transportasi (ambulans) di Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah;
c. bahwa Rumah Sakit wajib menyusun Panduan Transportasi
(Ambulans) di Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah;
d. bahwa berdasarkan poin a sampai c di atas, perlu ditetapkan
melalui Peraturan Direktur Utama tentang Panduan
Transportasi (Ambulans);

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
438/MenKes/Per/IX/2010 Tentang Standart Pelayanan
Kedokteran;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor1165.A/Menkes/SK/X/2014 Tentang Komisi Akreditasi
Rumah sakit;
7. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa
Tengah Nomor : 018/KEP/II.0/D/2014 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah;

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PANDUAN
TRANSPORTASI (AMBULANS)
Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan :


1) Ambulans adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang
sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Kebanyakan ambulan
adalah kendaraan bermotor, helipkopter, pesawat tebang, dan perahu juga
digunakan.Interior ambulan memiliki untuk satu atau lebih pasien ditambah
beberapa personel gawat darurat medis
2) Transportasi bukanlah sekedar mengantar pasien kerumah sakit, memindahkan
dari satu unit pelayanan ke unit yang lainya. Serangkaian tugas harus dilakukan
sejak pasien dimaksukkan kedalam ambulance. Dipindahkan ke transportasi
pasien hingga diambil alih oleh pihak lain.

Pasal 2

Pengaturan Panduan Trasportasi (Ambulans) bertujuan untuk :


1) Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit.
2) Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitive atau ke Rumah Sakit.
3) Sebagai kendaraan transport rujukan.

Pasal 3

Jenis Transportasi (Ambulans) meliputi :


1) Tipe Ambulans berdasarkan basic dan advance :
a) Ambulan Basic Life Support (BLS
b) Ambulan Advance Life Support (ALS)

Pasal 4
Persyaratan Ambulans meliputi :
1) Pesyaratan fisik kendaraan.
2) Persyaratan petugas ambulan.
3) Pesyaratan pengemudi ambulan.
4) Kualifikasi ambulan gawat darurat.
5) Type/jenis ambulan eliputi :
a) Ambulans I Ambulan ALS (Advance Life Support) /Ambulans Transport.
b) Ambulans III /Mobil Jenazah.

Pasal 5
Penatalaksanaan Transportasi (Ambulans) sebagai berikut :
1) Tanggung jawab transportasi (ambulans)
2) Tata tertib ambulans.
3) Pesiapan pemeriksaan ambulans.
4) Pelayanan oleh tenaga medis atau non medis di ambulans.
5) Tata cara pembersihan ambulans.

ii
Pasal 6
1) Dokumen Panduan Transportasi (Ambulans) yang tercantum dalam lampiran
Peraturan Direktur ini, dijadikan acuan dalam melakukan tugas dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
2) Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di : Pati
Pada Tanggal : 16 Sya’ban 1439 H
02 Mei 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldilla S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

iii
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKU MUHAMMADIYAH
NOMOR : 030/PER-DIR/RSFS/V/2018
TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI (AMBULANS)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap hari rumah sakit banyak pemindahan/pengangkatan


pasien yang darurat dan kritis, terutama di unit gawat darurat dan juga intalasi
rawat jalan, serta diintalasi pelayanan yang lainya. Karena itu
pemindahan/pengankatan pasien membutuhkan cara-cara tersendiri. Baik
teknik maupun keperluan/tujuan pemindahan/pengankatan pasien, setiap hari
banyak penderita diangkat dan dipindahkan, banyak petugas kesehatan yang
terlibat, sarana yang digunakan serta teknik yang digunakan, kadang juga terjadi
salah mengakat, salah teknik dan juga harus diulang bahkan ada pula yang
cedera
Kata ambulan berasal dari ambulare kata latin, yang berarti berjalan atau
bergerak. Ambulans pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke
fasilitas medis yang dikembangkan di akhir 1700an di perancis ole Deminique-
Jean Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Nepoleon. Larrey mencatat bahwa
butuh waktu hampir satu hari penuh untuk tentara yang terluka dan harus di
bawah ke rumah sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar darim mereka
meninggal pada saat membutuhkan bantuan. Untuk memberikan bantuan
transportasi yang cepat, dia merancang kereta bertandu yang ditarik kuda dan
dikelola oleh petugas medis dan asistenya.
Transportasi bukanlah sekedar mengantar pasien kerumah sakit,
memindahkan dari satu unit pelayanan ke unit yang lainya. Serangkaian tugas
harus dilakukan sejak pasien dimaksukkan kedalam ambulance. Dipindahkan ke
transportasi pasien hingga diambil alih oleh pihak lain.
Pasien yang menjalani rawat inap dirumah sakit lain, pasti akan mengalami
proses pemindahan dari ruang perawat keruang lain seperti untuk keperluan
medikal chek up, ruang operasi, dan lain-lain. Hal ini akan mengakibatkan resiko
low back point baik bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan
melakukan operasi biasanya akan dipindahkan ruang transit sebelum masuk
ruang operasi.

B. Pengertian
Ambulans adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut
orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Kebanyakan
ambulans adalah kendaraan bermotor, meskipun helipkopter, pesawat tebang,
dan perahu juga digunakan.Interior ambulans memiliki untuk satu atau lebih
pasien ditambah beberapa personel gawat darurat medis.Hal itu juga berisi

1
berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk memberi
pertolongan kepada pasien saat perjalanan.

C. Tujuan
1. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit.
2. Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitive atau ke Rumah Sakit.
3. Sebagai kendaraan transport rujukan.

A. Persyaratan Ambulans
1. Persyaratan Fisik Kendaraan :
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.
b. Tanda pengenal kendaraan : di depan – gawat darurat atau emergency,di
samping kanan dan kiri tertulis : Ambulan dan logo : Star of Life, bintang
enam biru dan ular tongkat.
c. Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
d. Pintu belakang dapat dibuka kearah atas.
e. Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
f. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur atau dilipat.
g. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien.
h. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat
dilipat.
i. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk
melakukan tindakan.
j. Gantungan infus terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita.
k. Stop kontak khusus 12 Volt/DC di ruang penderita.
l. Lampu ruangan secukupnya atau bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakkan.
m. Meja dengan lemari obat dan peralatan medis.
n. Sirine dan nada.
o. Lampu rotator warna merah dan biru.
p. Radio komunikasi dan telepon pengganti di ruang kemudi
q. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.

2. Persyaratan Petugas Ambulans


Pada dasarnya ketenagaan pada ambulan sebaiknya sudah terlatih ambulans
crew.
Ambulans crew tersebut adalah lingkaran tugas yang terdiri dari :
a. Persiapan: fase persiapan dimulai saat mulai bertugas atau kembali ke
markas setelah menolong penderita.
b. Respon: Pengemudi harus dapat mengemudi dalam berbagai cuaca. Cara
mengemudi harus dengan cara defensive (defensive driving). Rotator
selalu dinyalakan, sirene hanya dengan keadaan terpaksa. Mengemudi
tanpa mengikuti protocol, maka mengakibatkan cidera lebih lanjut, baik
pada diri sendiri, lingkungan maupun penderita.
c. Kontrol: Tempat Kejadian Perkara (TKP). Diperlukan pengetahuan
mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara parkir, serta control
lingkungan.

2
d. Akses ke penderita. Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang
hancur, tetap harus memakai prosedur yang baku.
e. Penilaian keadaan penderita dan penolong darurat. Hal ini sedapatnya
dilakukan sebelum melakukan ekstrikasi ataupun evakuasi.
f. Ekstrikasi: Mengeluarkan penderita dari jepitan memerlukan keahlian
sendiri. Penderita mungkin berada di jalan raya, dalam mobil, dalam
sumur, dalam air ataupun dalam medan sulit lainya. Setiap jenis ekstrikasi
memerlukan pengetahuan tersendiri, agar tidak menimbulkan cidera
lebih lanjut.
g. Evakuasi dan transportasi penderita. Pengangkut korban ke unit
pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
3. Persyaratan Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman harus memiliki syarat
sebagiai berikut :
a. Sehat secara fisik, tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
dalam mengoperasikan ambulan, tidak juga kondisi medis yang
mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental. Emosi terkontrol, mengemudikan ambulans bukanlah
pekerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
c. Bisa mengemudi di bawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dan sebagai seorang
pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
e. Bersikap teloran dengan pengemudi lain.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya , alkohol, dan obat
penenang lainnya.
g. Mempunyai surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
h. Berkemampuan BLS dan berkomunikasi.
Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian
ambulans :
1) Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan
harus menyelesaikan program pelatihanya.
2) Hak – hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak
mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon
emergency atau untuk trnsportasi pasien gawat darurat. Ketika
ambulans tidak ada respon emergency, maka peraturan yang berlaku
bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk
ambulan.
3) Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut
tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan
terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak
memperdulikan keselamatan orang lain.
4) Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat-alat peringatan (warning devises) dengan tata cara
yang diatur oleh peraturan.
5) Sebagaian besar undang – undang memperbolehkan pengemudi
kendaraan emergency untuk :
a) Memarkir kendaraanya dimanapun, selama tidak merusak hak milik
atau membahayakan nyawa orang lain.

3
b) Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain. Beberapa segera
mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu
walaupun merah, lalu melintas dengan hati – hati. Negara ini hanya
memperbolehkan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan
dan melintas dengan hati – hati.
c) Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
d) Mendahului kendaraan lain didaerah larangan mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan
menghindari hal – hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
e) Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan
berbelok ke arah tertentu, setelah member sinyal dan peringatan
yang tepat.
4. Kualifikasi Ambulans Gawat Darurat
Ambulans Gawat Darurat dipakai untuk melakukan hal – hal yang dapat
mencegah kecacatan atau kematian. Untuk itu AGD diharapkan mampu untuk :
a. Idealnya sampai di tempat pasien dalan batas waktu 6-8 menit agar
dapat mencegah kematian karena sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti
jantung atau perdarahan massif (“to saving life and limb“).
b. Berkomunikasi dengan pusat komunikasi, rumah sakit dan ambulan
lainnya.
c. Melakukan pertolongan pada persalinan.
d. Melakukan transportasi pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit
atau dari rumah sakit ke rumah sakit.
e. Menjadi rumah sakit lapangan dalam penanggulangan bencana. Mampu
menanggulangi gangguan A (airway), B (Breathing), C (Circulation) dalam
batas – batas Bantun Hidup Dasar, Juga melengkapi dengan alat – alat
ekstriksasi, fiksasi, stabilisasi dan transportasi.
f. Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawat
daruratan medis.

5. Type/jenis Ambulasn di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah di golongkan


sebagai berikut :

a. Ambulans I Ambulan ALS (Advance Life Support) /Ambulans Transport


Ambulans jenis Suzuki APV (mini bus) difungsikan untuk ambulan jenis ALS.
Digunakan untuk menjemput pasien dan merujuk pasien dengan kondisi
sadar tanpa kegawatan nafas dan jantung. Jenis ambulan ini dilengkapi
dengan sarana yang memadai seperti : box, obat, oksigen dan sebagainya.

b. Ambulans III /Mobil Jenazah


Ambulan jenis Daihatzu Grand Max yang difungsikan untuk mobil jenazah
untuk menjemput dan mengantar pasien yang sudah meninggal dunia. Dapat
digunakan baik pada pasien yang meninggal di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah maupun diluar RS.

4
BAB II
TATA LAKSANA

Sebuah ambulans modern yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan canggih


sekalipun tidak akan bernilai jika tidak dalam keadaan siap untuk memberikan
pelayanan kapanpun dan dimanapun saat terjadi kasus emergency. Suatu program
preventif yang terencana pasti mencakup perbaikan ambulan secara periodik. Untuk itu
diperlukan Standart Operasional Prosedur yang menetapkan sehingga ambulan dapat
digunakan sewaktu – waktu.

A. Tanggung Jawab Transportasi (Ambulans)


1. Penanggung jawab mobil/ambulans
Penanggung jawab mobil/ambulans di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah oleh bagian IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit) & Rumah Tangga.
2. Penanggung jawab Alkes/ alat kesehatan medis di ambulans
Penanggung jawab alkes/ alat kesehatan medis di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah oleh tim keperawatan IGD .

B. Tata Tertib Ambulans


1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu
rotator.
2. Pada saat mengankat pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator.
3. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati.
4. Kecepatan maksimal 40 km/jam di jalan biasa 80km/jam dijalan bebas
hambatan.
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang
disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien
waktu dan keadaan penderita.
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung kembali menuju
rumah sakit.
8. Penggunaan ambulan harus sesui fungsi dari masing-masing ambulance
a. Ambulans transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan
diperkirakan tidak ada masalah kegawatan selama dalam perjalanan
b. Ambulans gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah dstabilkan ketempat
pelayanan difinitif. Pasien memerlukan pengawasan medis khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulans untuk transportasi diluar ketentuan tersebut seperti
antar jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan
direktur utama RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah.
10. Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulance yang dikeluarkan
rumah sakit.
C. Persiapan Pemeriksaan Ambulans
1. Tata laksana Pemeriksaan harian ambulans saat mesin mati

5
Berikut ini adalah langkah – langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan
ketika ambulans berada di pangkalan :
a. Pemeriksaan seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat
mempengaruhi jalanya pengoperasian ambulans yang aman.
b. Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau retaknya pelek roda
dan bagian luar ban. Gunakan alat pengecek atau meteran tekanan untuk
memastikan semua ban mengembang dengan tekanan yang tepat.
c. Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa
apakah ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan diposisiskan
dengan tepat sehingga didapatkan lapang pandang maksimum.
d. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
e. Periksa bagian – bagian system pendingin. Periksa jumlah Freon atau
bahan pendingin. Periksa selang pipa system pendingin dari kebocoran
atau keretakan.
f. Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin, pelumas rem,
dan pelumas setir. Periksa aki, jika jenisnya aki basah yang bisa diisi
ulang, periksa jumlah cairannya. Jika aki kering, nilai keadaanya dengan
memeriksa portal indicator.
g. Periksa kekencangan hubungan antar kabel dan tanda – tanda korosi.
h. Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk
dashboard dan periksa adanya kerusakan.
i. Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap jendela
bersih.
j. Tes fungsi klakson. Fungsi sirine untuk jarak dapat dengar maksimum.
k. Periksa sabuk pengaman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap
sabuk dari gulunganya untuk memastikan bahwa mekanisme retractor
bekerja dengan baik.
l. Posisikan kursus pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa
mengendalikan setir dan pedal dengan optimal.
m. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali
penggunaan /panggilan dimanapun kejadianya.
2. Tata laksana pemeriksaan harian Ambulans saat Mesin hidup
a. Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan.
b. Keluarkan ambulans dari garasi, jika mesin mengeluarkan asap yang
mungkin bisa menjadi masalah.
c. Set rem parker, pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta rekan
untuk mengganjal roda.
d. Tes fungsi indicator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah
lampu indicator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya
kemungkinan masalah yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau
sistem elektrik ambulan lainya.
e. Periksa meteran yang terletak dari dashboard untuk pengoperasin
ambulan yang optimal.
f. Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat
atau berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan. Tes
fungsi rem parker (rem tangan).
g. Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
h. Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan alat pencucinya (washer).
Kaca harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu digerakkan.

6
i. Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulan. Cek dengan cara
mengitari ambulan dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat (flashing
light) dan lampu putar (revolving light). Periksa lampu depan (sinar jauh
dan dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light), lampu kilat
perempatan (four way flasher), lampu rem (broke light), lampu samping
(side light) dan lampu belakang (rear light) untuk penerangan tempat
kejadian.
j. Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portebel dan
radio terfiksit serta alat komunikasi radio telepon lain.
3. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien
a. Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan “life
support”.
b. Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap peralatan yang
harus dibawa dalam ambulan, dengan mencatat setiap temuan pada
laporan pemeriksaan peralatan tersebut tidak sekedar diidentifikasi,
namun harus diperiksa pula perlengkapan, keadaan, dan fungsinya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi :

1) Periksa tekanan tabung oksigen.

2) Pompa bidei udara dan periksa apakah ada kebocoran.

3) Pastikan semua perlengkapan oksigen dan fentilasi berfungsi dengan


baik.

4) Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat.

5) Nyalakan semua peralatan bertenega aki untuk memastikan bahwa


setrum aki berfungsi dengan baik.

6) Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrillator otomatis


(AED) membutuhkan pemeriksaan tambahan oleh tim medis.

7) Lengkapilah laporan pemeriksaan. Perbaiki segala kekurangan, ganti


barang-barang yang telah terpakai.

8) Bersihkan unit ambulans baik luar maupun dalam untuk


mengendalikan kemungkinan adanya infeksi.

D. Pelayanan Oleh Tenaga Medis atau Non medis di Ambulans


1. Petugas Pengecekan Ambulans
a. Perawat IGD yang shift pagi menjadi penangung jawab tentang
pengecekan alat medis dan obat-obatan di ambulans gawat darurat.
b. Perawat IGD melakukan pengecekan alat medis yang ada di Ambulans tiap
hari dan/atau setelah ambulans digunakan Transfer Pasien Eksternal.
c. Perawat IGD memeriksa alat medis dan obat-obatan dengan mengisi
blangko kendali alat kesehatan, dengan mencentang kondisi alat
(baik/rusak) dan mengisi tanggal pengecekan.
d. Blangko kendali alat disimpan oleh Perawat IGD di ambulans sebagai
dokumentasi pelaksanaan pengoperasian ambulans.
2. Permintan pemesanan Ambulans

7
a. Perawat menghubungi driver yang sedang bertugas di unit transportasi/
ambulans.
b. Apabila kondisi pasien masuk level 0-I, maka perawat IGD langsung
menghubungi unit transportasi.
c. Apabila kondisi pasien masuk level II-III, maka perawat IGD akan
berkoordinasi dengan unit transportasi.
d. Jika ambulans sudah siap, maka unit transportasi akan menghubungi unit
terkait yang membutuhkan.
e. Pasien dirujuk didampingi oleh petugas sesuai dengan kriteria Level
transfer pasien sebagai berikut :

Level pasien Kriteria


0 Pasien yang tidak membutuhkan rawat inap
1  Pasien dengan kondisi berisiko
memburuk
 Pasien yang baru dipindahkan dari
ruangan perawatan intensif ( ICU)
 Pasien yang akan dirawat di ruang rawat
inap biasa dengan pengawasan
2  Pasien yang memerlukan observasi ketat
atau intervensi tindakan khusus
 Pasien yang mengalami kegagalan satu
sistem organ
 Pasien yang membutuhkan perawatan
pasca operasi
3 Pasien yang mengalami kegagalan multi organ,
sehingga membutuhkan bantuan/ penunjang
kegaggalan multi organ dalam jangka waktu
lama dan alat bantu pernafasan

Level Pasien Alat Transportasi


0 Kendaraan Roda Empat
1 Kendaraan Ambulans
2 Kendaraan Ambulans
3 Kendaraan Ambulans

Pusat Layanan ambulans harus diberitahu segera mungkin jika keputusan


untuk melakukan tranfer telah dibuat, meskipun waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan Ambulans untuk mempersiapkan
petugas ambulans dan perlengkapanya dalam mentransfer pasien.
Daftar sarana di ambulans ada tiga diantaranya :
1. Alkes (alat kesehatan)
2. Obat-obatan
3. BHP ( bahan habis pakai)

8
1. Daftar Alkes (alat kesehatan) yang ada di ambulans :

No Nama Alkes Jumlah


1 Brancart/strecher 1
2 Lampu tindalan 1
3 Heating set 1
4 Pedslide 1
5 Bed side monitor portable 1
6 Tabung O2 portable 1
7 Standart infus 1
8 Bag valvemask 1
9 Spygnomanometer 1
10 Stetoskop 1
11 Tempat sampah medis tertutup 1
12 Gunting ATK 1

2. Daftar obat- obatan yang ada di ambulans :

No Nama Obat - obatan Jumlah


1 Epineprin injeksi 10 ampul
2 Epedrin injeksi 10 ampul
3 Dopamin 400 mg 2 vial
4 Sulphate Atropine 10 ampul
5 Dexametasone injeksi 10 ampul
6 Lidocain injeksi 2 % 10 ampul
7 Aminophiline injeksi 5 ampul
8 Furosemid injeksi 10 ampul
9 NaCL 500 ml 3 flabot
10 RL 500 ml 3 flabot
11 Dextrose 5% 500 ml 2 flabot
12 Asering 500 ml 2 flabot
13 Fimahes 500 ml 2 flabot
14 Dextrose 10 % 500 ml 2 flabot
15 D40 25 cc 5 flash
16 Digoxin 1 strip
17 CPG (Clopidogrel) 1 strip
18 Aspilet 1 strip
19 ISDN 1 strip
20 Nicardipine injeksi 2 ampul

9
3. Daftar bhp (bahan habis pakai) di ambulans :

No Nama BHP Jumlah


1 OPA ( oro pharingeal airway) 2
2 NPA (naso pharingeal airway) 2
3 Handscon berbagai ukuran 1 box
4 Abocath berbagai ukuran 10
5 Selang kateter bergagai ukuran 10
6 Urine bag 5
7 Infus set 5
8 Tranfusi set 5
9 Kassa steril 10
10 Neck Collar 3
11 Bidai sesuai ukuran 5
12 Plaster/hypavix 1 rol
13 Kanul O2 berbagai ukuran 5
14 Masker O2 berbagai ukuran 5
15 NRM (Non Rebrating Mask) berbagai ukuran 5
16 Alcohol swab 1 box
17 Betadine 120 ml 1

3. Mempersiapkan Pelayanan
1) Memastikan tempat tersedia dengan menghubungi di rumah sakit yang
dituju dengan cara menelepon.

2) Pemesanan ambulan ke IGD dengan menghubungi driver ambulans


yang sedang bertugas dan memastikan kondisi ambulans telah siap
untuk pelayanan.

3) Memastikann alat-alat medis dan non medis di ambulans dalam


keadaan rapi dan siap pakai dan melaksanakan ceklist daftar tilik
peralatan medis dan non medis di ambulans.

4) Mencatat nama petugas yang berangkat (pada daftar petugas).

5) Petugas mencuci tangan.

6) Petugas memakai alat pelindung diri (lihat SOP Alat Pelindung


Diri/APD).

4. Melaksanakan serah terima pasien dengan petugas ditempat pelayanan


atau lokasi awal ke petugas ambulans.

1) Petugas mendatangi lokasi, menemui petugas di lokasi pelayanan awal.


2) Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan diri sebagai petugas
ambulans.
3) Menanyakan atau konfirmasi identitas pasien yang akan diangkut
dengan ambulans, meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, diagnosis sementara.
4) Mencatat instruksi dokter tentang hal – hal yang harus diperhatikan
diberikan kepada pasien selama perjalanan.

10
5) Mencatat jenis dan dosis obat serta alat yang diperlukan pasien selama
perjalanan.
6) Mencatat keadaan pasien sebelum berangkat, meliputi diagnosis, tanda
vital (kesadaran, tensi, nadi, suhu, kecepatan, respirasi) dan problem
yag sedang dihadapi (mencakup problem airway, breathing, circulation)
.
7) Meminta surat rujukan
8) Menanyakan kondisi umum pasien kepada dokter apakah pasien telah
siap dipindahkan ke ambulans.

5. Stabilisasi sebelum transfer pasien

a. Stabilisasi kondisi pasien merupakan tindakan yang harus dilakukan


pada pasien kondisi kritis sebelum ditransfer agar keadaan tidak
menjadi lebih buruk atau meninggalkan kecacatan di kemudian hari.

b. Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai dengan sumber daya yang


ada.

c. Stabilisasi yang dimaksud adalah mempertahankan fungsi bantuan


hidup dasar (Basic Life Support) tetap baik.

d. Setelah pasien relative stabil, transfer/rujukan bisa dikerjakan.

e. Pada kondisi tertentu dimana stabilisasi sulit dicapai maka


pertimbangkan transfer segera dilakukan agar segera mendapatkan
pelayanan yang dibutuhkan dengan tetap menjaga alat monitoring dan
alat yang digunakan sebagai Life saving terjaga keberadaanya.

f. Tetap perhatikan prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis


yaitu jangan membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah/
do not further harm.

6. Penilaian awal sebelum transportasi pasien ke ambulans


a. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan APD
b. Mekanisme cedera
Curiga cedera/penyakit yang spesifik
c. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan posisi
cidera minor dan mayor yang kelihatan
d. Dapatkan informasi mengenai tanda-tanda korban, riwayat penyakit
e. Memastikan kondisi pasien dalam keadaan siap untuk dipindahkan ke
ambulan dengan cara melakukan pemeriksaan :

1) Airway
 Periksa jalan nafas
 Pastikan tidak ada obstruksi/sumbatan pada jalan nafas
2) Breathing
 Periksa frekuensi pernafasan

3) Circulation
 Periksa arteri karotis
 Periksa perdarahan

11
 Hentikan perdarahan lakukan RJP
4) Disability
 GCS (tingkat kesadaran)
 Pupil
5) Ekprosure

 Periksa bagian belakang dengan teknik log roll


 Cegah hipotermi

6) Pemeriksaan Penunjang

 Perencaan laboratorium
 Perencanaan rotgen

7) Pasang cathether
8) Pasang NGT
9) Pasang Monitor
10) Mengkaji skala nyeri
11) Obeservasi mual, muntah
f. Secondary survey
1) Penentuan tujuan
a) History/anamnesa
b) Head to toe /pemeriksaan fisik
c) Vital sign
d) Pasien kritis dapat dipindahkan kerumah sakit lain dengan fasilitas
gawat darurat terdekat, seperti :
 Henti nafas atau henti jantung
 Sumbatan jaln nafas yang tidak dapat diatasi
 Kejang berulang atau sedang terjadi
 Trauma mayor
 Amputasi
 Pasien luka bakar
 Infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat
2) Mengambil brancard dari ambulans dan dibawa ke lokasi pasien
berada.
3) Memindahkan pasien ke brancart.
4) Memasukkan brancard berisi pasien ke dalam ambulans.
5) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin di dalam ambulans sesuai
kondisinya.
6) Petugas mengambil posisi sesuai dengan menyesuaikan kondisi
pasien.

7. Kondisi saat pasien didalam Ambulans


a. Mempertahankan kondisi pasien meliputi Airway, Breathing, Circulation
agar tetap stabil selama perjalanan.
b. Melakukan tindakan bila ada gangguan pada Airway, Breathing, Circulation
c. Melakukan observasi tanda-tanda vital dan mencatat perubahan –
perubahan yang terjadi, bila perlu menghubungi Dokter jaga IGD.
1) Menghitung denyut nadi arteri.

12
2) Menghitung pernafasan.
3) Mengukur tekanan darah.
4) Memeriksa kwalitas dan kwantitas kesadaran.
5) Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
6) Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada
airway,brityng,circulation,dan tingkat kesadaran
7) Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen
ABCD lakukan ulang primary survey dan lakukan resusitasi
8) Yakinkalah alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
9) Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk meriksa respon pasien
10) Jika pasien gelisah
a) Perbaiki ABCD
b) Pasang restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang
lain
11) Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
12) Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans
berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadin ini.
d. Gunkan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan, pasang
sabuk pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
e. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju
RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah
sakit terdekat yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.

8. Aturan Dijalan
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunkan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika
tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No.22 tahun 2009 pasal 134,
pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai
dengan urutan berikut :
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas.
b. Ambulans yang mengangkut orang sakit.
c. Kendaran untuk memberikan pertolongan pada kecelakaaan lalu lintas .
d. Kendaraan pimpinan lembaga negara republik Indonesia.
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu negara.
f. Iring-iringan pengantar jenazah.
g. Konvoi dan / kendaran untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan
petugas kepolisian Negara republik indonesia.
h. Respon gawat darurat ini harus di tunjukan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirine dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No.22 tahun 2009.
i. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki
kewaspadaan tinggi, memperdulikan keselamatan pengemudi lain dan
tidak ceroboh.
j. Yang dimaksud Hak-hak khusus Ambulans saat dijalan meliputi:

13
1) Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
2) Melewati lampu merah dan tanda berhenti jalan.
3) Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolahkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain.
4) Mendahului kendaraan lain didaerah larangan, mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari
hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda.
5) Mengabaikan arah jalur dan aturan belokan setelah memberi sinyal yang
cepat.
9. Penggunaan alat peringatan (warning device) Alat peringatan bukanlah
segalanya, penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak melihat
rotator atau mendengar sirine sampai jarak antara 15-30meter

10. Sirine
a. Sirine adalah peringatan audio.
b. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cenderung tidak memberi jalan karena dianggap sebagai penyalah gunaan.
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine, adanya bangunan,
pepohonan,semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine.
d. Selalu waspada terhadap manuver arah pengemudi lain yang menjadi
panik karena suara sirine.
e. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.

11. Lampu rotator


a. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkatan jalan
pasal 59 ayat 5.
b. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna
merah.
c. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.

12. Kecepatan dan keselamatan


a. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan/kecelakaan.
b. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti.
c. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengamanan saat ambulans berjalan.

13. Setelah tiba di tempat tujuan Rujukan


a. Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan Identitas diri.
b. Memastikan keadaan pasien siap dipindahkan.
c. Perawat menemui petugas IGD Untuk melakukan serah terima pasien.
d. Menyerahkan surat rujukan dan catatan berisi perkembangan kondisi pasien
selama dalam perjalanan, Meliputi :

14
1) Identitas pasien dan informasi dasar (diagnosis sementara, tanda vital,
problem pasien) berdasarkan informasi dari lokasi awal.
2) Menyampaikan perkembangan kondisi pasien selama perjalanan.
3) Menyampaikan kepada petugas tempat rujukan tentang tindakan yang
dilakukan dan obat yang diberikan kepada pasien selama perjalanan.
4) Menanyakan kepada petugas RS rujukan tentang kejelasan serah terima
pasien.

14. Kembali dari tempat rujukan


a. Membersihkan alat – alat yang telah digunakan.
b. Merapikan dan mengembalikan alat medis ke tempat semula.
c. Mengumpulkan dan membuang sampah medis pada tempat sampah medis.
d. Mengumpulkan dan membuang sampah non medis ke tempat sampah non
medis.
e. Memastikan ambulan siap dipakai kembali.
f. Petugas cuci tangan.
g. Petugas mencatat buku operasional kendaraan.

E. Tata Cara Pembersihan Ambulans


Tata cara pembersihan pada ambulans di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
meliputi :
1. Pembersihan ambulans secara rutin
2. Pembersihan ambulans secara tidak rutin

1. Pembersihan ambulan secara rutin


a. Jadwal pembersihan ambulans dilakukan rutin setiap pagi hari.
b. Petugas driver yang melakukan pembersihan ambulans.
c. Tempat pelaksanaan pembersihan ambulans dilakukan di pangkalan
ambulans (di area parkir ambulans, di sebelah timur IGD RS Fastabiq Sehat
PKU Muhammadiyah).
d. Tata cara pembersihan ambulans diantaranya :
i) Petugas (driver) melakukan pembersihan ambulans, meliputi menyapu
(menggunakan vacum cleaner) pada bagian dalam ambulans mengepel
menggunakan sabun sesuai kebutuhan, mencuci badan ambulans,
membersihkan kerak yang ada di setiap ujung-ujung kaca ambulans,
setelah itu mengeringkan dengan cara membuka semua pintu ambulans,
agar ada sirkulasi dan jika ada air yang tersisa pada bagian ujung-ujung
pintu dan ujung kaca dikeringkan menggunakan kanebo sehingga
mencegah adanya jamur pada badan ambulans.

2. Pembersihan ambulans secara tidak rutin


a. Jadwal pembersihan ambulans secara tidak rutin dilakukan sesuai
kebutuhan (kondisional), misalnya : Setelah ambulans digunakan untuk
memuat pasien/jenazah dari area luar rumah sakit, dipakai memuat pasien
(jenazah) yang infeksius (pasien TBC,pasien HIV dan lain-lain dan di dalam
ambulans terkena atau ada sisa cairan tubuh pasien.

15
b. Petugas (driver) yang melakukan pembersihan ambulans. Pada saat proses
pembersian ambulans, petugas menggunakan perlengkapan khusus meliputi
:
i) Petugas menggunakan APD lengkap (memakai handscon, masker,
pelindung kepala/rambut, afron jika didalam ambulans terdapat cairan
tubuh pasien yang tersisa, mengunakan sepatu boot).
c. Tempat pelaksanaan pembersihan ambulans dilakukan di pangkalan
ambulans (di area parkir ambulans, di sebelah timur IGD RS Fastabiq Sehat
PKU Muhammadiyah).
d. Tata cara pembersihan ambulans secara tidak rutin diantaranya :
Sebelum melakukan pembersihan ambulans petugas (driver) harus
menggunakan APD (alat pelindung diri) diantaranya :
i) Pelindung kepala
ii) Pelindung mata (kacamata gogle)
iii) Masker bedah
iv)Afron
v) Hand scon/sarung tangan panjang
vi) Sepatu boot

Langkah pembersihan ambulans non rutin sebagai berikut :

1. Pembersihan
 Alat yang digunakan : Sapu, vacum cleaner, serok sampah, tempat
sampah medis dan non medis, lap/tissu sekali pakai.
 Bahan yang digunakan : deterjen dan sabun sesuai yang dibutuhkan.
 Prosedur :
a) Petugas (driver) membersihkan bagian dalam ambulans yang
terpapar oleh pasien dengan menyapunya dan mebersihkan
dengan vacum cleaner untuk membersihkan jika ada debu.
b) Petugas (driver) mencuci bagian dalam ambulans dengan air yang
mengalir dan sabun sesuai yang dibutuhkan.
c) Petugas (driver) mengeringkan bagian dalam ambulans dengan
lap/kanebo.
 Area yang dibersihkan : Area yang dibersihkan adalah bagian dalam
ambulans yang digunakan oleh pasien, misalnya streacher, alat-alat
medis yang digunakan oleh pasien, lantai bagian dalam ambulans.
2. Disinfeksi Permukan
 Alat yang digunakan : Lap/tissu sekali pakai, serok sampah, tempat
sampah medis dan non medis.
 Bahan yang digunakan : cairan clorin 0,5% sesuai yang dibutuhkan.
 Prosedur :
a) Petugas (driver) membersihkan bagian ambulan yang terpapar
oleh pasien dengan mengelap menggunakan lap yang dibasahi
dengan cairan klorin 0,5% secukupnya.
b) Petugas (driver) mengelap secara merata pada area yang terpapar
oleh pasien.
c) Petugas (driver) mengeringan menggunakan lap/ tiissu kering
pada area yang dibersihkan.

16
 Area yang dibersihkan : Area yang dibersihkan adalah area yang
terpapar/kontak dengan tubuh/cairan tubuh pasien, seperti
tumpahan darah, lendir/sekret, urin, feses pasien.
3. Sterilisasi udara
Dilakukan sterilisasi udara pada ambulans, jika ambulans pasca
digunakan memuat pasien yang penularanya melalui transisi udara
(airborene) misalnya pada pasien TBC dan difteri.
 Alat yang digunakan : Alat sterilisator UV
 Prosedur :
a) Petugas (driver) memparkirkan ambulan di tempat yang aman dan
terdapat aliran listrik.
b) Petugas (driver) melakukan penutupan area kaca dengan kertas
yang berwarna gelap di dalam ambulans dengan menyeluruh.
c) Petugas menaruh alat sterilisator UV di dalam ambulans.
d) Petugas mengatur alat sterilisator UV sesuai yang dibutuhkan (
kebutuhan sterilisasi selama 2 jam.
e) Petugas menghidupkan alat sterilisator dan memastikan kembali
pada area dalam ambulan sudah tertutup rapat oleh kertas.
f) Setelah proses sterilisasi UV selesai, petugas membersihkan dan
merapikan kembali bagian dalam ambulans.
g) Petugas (driver) memarkirkan ambulans di pangkalan/tempat
parkir ambulans.
 Area yang disterilisasi : Area yang disterilisai adlah area dalam
ambulans pasca digunakan memuat pasien yang penularanya melalui
transisi udara (airborene) misalnya pada pasien TBC dan difteri.

17
BAB III
DOKUMENTASI

Penggunaan Ambulans pasien didokumentasikan pada :

1. Buku opersasional kendaraan.


2. Formulir rujukan pasien.
3. Buku pemakaian dan operan alat medis.
4. Form monitoring (lembar observasi ) pasien dalam ambulans.

Pati, 16 Sya’ban 1439 H


02 Mei 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah. MMR


NBM : 1176703

18

Anda mungkin juga menyukai