MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PANDUAN
TRANSPORTASI (AMBULANS)
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Persyaratan Ambulans meliputi :
1) Pesyaratan fisik kendaraan.
2) Persyaratan petugas ambulan.
3) Pesyaratan pengemudi ambulan.
4) Kualifikasi ambulan gawat darurat.
5) Type/jenis ambulan eliputi :
a) Ambulans I Ambulan ALS (Advance Life Support) /Ambulans Transport.
b) Ambulans III /Mobil Jenazah.
Pasal 5
Penatalaksanaan Transportasi (Ambulans) sebagai berikut :
1) Tanggung jawab transportasi (ambulans)
2) Tata tertib ambulans.
3) Pesiapan pemeriksaan ambulans.
4) Pelayanan oleh tenaga medis atau non medis di ambulans.
5) Tata cara pembersihan ambulans.
ii
Pasal 6
1) Dokumen Panduan Transportasi (Ambulans) yang tercantum dalam lampiran
Peraturan Direktur ini, dijadikan acuan dalam melakukan tugas dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
2) Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Pati
Pada Tanggal : 16 Sya’ban 1439 H
02 Mei 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
iii
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKU MUHAMMADIYAH
NOMOR : 030/PER-DIR/RSFS/V/2018
TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI (AMBULANS)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian
Ambulans adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut
orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Kebanyakan
ambulans adalah kendaraan bermotor, meskipun helipkopter, pesawat tebang,
dan perahu juga digunakan.Interior ambulans memiliki untuk satu atau lebih
pasien ditambah beberapa personel gawat darurat medis.Hal itu juga berisi
1
berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk memberi
pertolongan kepada pasien saat perjalanan.
C. Tujuan
1. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit.
2. Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitive atau ke Rumah Sakit.
3. Sebagai kendaraan transport rujukan.
A. Persyaratan Ambulans
1. Persyaratan Fisik Kendaraan :
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.
b. Tanda pengenal kendaraan : di depan – gawat darurat atau emergency,di
samping kanan dan kiri tertulis : Ambulan dan logo : Star of Life, bintang
enam biru dan ular tongkat.
c. Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
d. Pintu belakang dapat dibuka kearah atas.
e. Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
f. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur atau dilipat.
g. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien.
h. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat
dilipat.
i. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk
melakukan tindakan.
j. Gantungan infus terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita.
k. Stop kontak khusus 12 Volt/DC di ruang penderita.
l. Lampu ruangan secukupnya atau bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakkan.
m. Meja dengan lemari obat dan peralatan medis.
n. Sirine dan nada.
o. Lampu rotator warna merah dan biru.
p. Radio komunikasi dan telepon pengganti di ruang kemudi
q. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.
2
d. Akses ke penderita. Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang
hancur, tetap harus memakai prosedur yang baku.
e. Penilaian keadaan penderita dan penolong darurat. Hal ini sedapatnya
dilakukan sebelum melakukan ekstrikasi ataupun evakuasi.
f. Ekstrikasi: Mengeluarkan penderita dari jepitan memerlukan keahlian
sendiri. Penderita mungkin berada di jalan raya, dalam mobil, dalam
sumur, dalam air ataupun dalam medan sulit lainya. Setiap jenis ekstrikasi
memerlukan pengetahuan tersendiri, agar tidak menimbulkan cidera
lebih lanjut.
g. Evakuasi dan transportasi penderita. Pengangkut korban ke unit
pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
3. Persyaratan Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman harus memiliki syarat
sebagiai berikut :
a. Sehat secara fisik, tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
dalam mengoperasikan ambulan, tidak juga kondisi medis yang
mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental. Emosi terkontrol, mengemudikan ambulans bukanlah
pekerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
c. Bisa mengemudi di bawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dan sebagai seorang
pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
e. Bersikap teloran dengan pengemudi lain.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya , alkohol, dan obat
penenang lainnya.
g. Mempunyai surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
h. Berkemampuan BLS dan berkomunikasi.
Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian
ambulans :
1) Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan
harus menyelesaikan program pelatihanya.
2) Hak – hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak
mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon
emergency atau untuk trnsportasi pasien gawat darurat. Ketika
ambulans tidak ada respon emergency, maka peraturan yang berlaku
bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk
ambulan.
3) Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut
tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan
terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak
memperdulikan keselamatan orang lain.
4) Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat-alat peringatan (warning devises) dengan tata cara
yang diatur oleh peraturan.
5) Sebagaian besar undang – undang memperbolehkan pengemudi
kendaraan emergency untuk :
a) Memarkir kendaraanya dimanapun, selama tidak merusak hak milik
atau membahayakan nyawa orang lain.
3
b) Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain. Beberapa segera
mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu
walaupun merah, lalu melintas dengan hati – hati. Negara ini hanya
memperbolehkan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan
dan melintas dengan hati – hati.
c) Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
d) Mendahului kendaraan lain didaerah larangan mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan
menghindari hal – hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
e) Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan
berbelok ke arah tertentu, setelah member sinyal dan peringatan
yang tepat.
4. Kualifikasi Ambulans Gawat Darurat
Ambulans Gawat Darurat dipakai untuk melakukan hal – hal yang dapat
mencegah kecacatan atau kematian. Untuk itu AGD diharapkan mampu untuk :
a. Idealnya sampai di tempat pasien dalan batas waktu 6-8 menit agar
dapat mencegah kematian karena sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti
jantung atau perdarahan massif (“to saving life and limb“).
b. Berkomunikasi dengan pusat komunikasi, rumah sakit dan ambulan
lainnya.
c. Melakukan pertolongan pada persalinan.
d. Melakukan transportasi pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit
atau dari rumah sakit ke rumah sakit.
e. Menjadi rumah sakit lapangan dalam penanggulangan bencana. Mampu
menanggulangi gangguan A (airway), B (Breathing), C (Circulation) dalam
batas – batas Bantun Hidup Dasar, Juga melengkapi dengan alat – alat
ekstriksasi, fiksasi, stabilisasi dan transportasi.
f. Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawat
daruratan medis.
4
BAB II
TATA LAKSANA
5
Berikut ini adalah langkah – langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan
ketika ambulans berada di pangkalan :
a. Pemeriksaan seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat
mempengaruhi jalanya pengoperasian ambulans yang aman.
b. Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau retaknya pelek roda
dan bagian luar ban. Gunakan alat pengecek atau meteran tekanan untuk
memastikan semua ban mengembang dengan tekanan yang tepat.
c. Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa
apakah ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan diposisiskan
dengan tepat sehingga didapatkan lapang pandang maksimum.
d. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
e. Periksa bagian – bagian system pendingin. Periksa jumlah Freon atau
bahan pendingin. Periksa selang pipa system pendingin dari kebocoran
atau keretakan.
f. Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin, pelumas rem,
dan pelumas setir. Periksa aki, jika jenisnya aki basah yang bisa diisi
ulang, periksa jumlah cairannya. Jika aki kering, nilai keadaanya dengan
memeriksa portal indicator.
g. Periksa kekencangan hubungan antar kabel dan tanda – tanda korosi.
h. Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk
dashboard dan periksa adanya kerusakan.
i. Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap jendela
bersih.
j. Tes fungsi klakson. Fungsi sirine untuk jarak dapat dengar maksimum.
k. Periksa sabuk pengaman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap
sabuk dari gulunganya untuk memastikan bahwa mekanisme retractor
bekerja dengan baik.
l. Posisikan kursus pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa
mengendalikan setir dan pedal dengan optimal.
m. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali
penggunaan /panggilan dimanapun kejadianya.
2. Tata laksana pemeriksaan harian Ambulans saat Mesin hidup
a. Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan.
b. Keluarkan ambulans dari garasi, jika mesin mengeluarkan asap yang
mungkin bisa menjadi masalah.
c. Set rem parker, pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta rekan
untuk mengganjal roda.
d. Tes fungsi indicator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah
lampu indicator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya
kemungkinan masalah yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau
sistem elektrik ambulan lainya.
e. Periksa meteran yang terletak dari dashboard untuk pengoperasin
ambulan yang optimal.
f. Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat
atau berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan. Tes
fungsi rem parker (rem tangan).
g. Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
h. Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan alat pencucinya (washer).
Kaca harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu digerakkan.
6
i. Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulan. Cek dengan cara
mengitari ambulan dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat (flashing
light) dan lampu putar (revolving light). Periksa lampu depan (sinar jauh
dan dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light), lampu kilat
perempatan (four way flasher), lampu rem (broke light), lampu samping
(side light) dan lampu belakang (rear light) untuk penerangan tempat
kejadian.
j. Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portebel dan
radio terfiksit serta alat komunikasi radio telepon lain.
3. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien
a. Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan “life
support”.
b. Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap peralatan yang
harus dibawa dalam ambulan, dengan mencatat setiap temuan pada
laporan pemeriksaan peralatan tersebut tidak sekedar diidentifikasi,
namun harus diperiksa pula perlengkapan, keadaan, dan fungsinya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi :
7
a. Perawat menghubungi driver yang sedang bertugas di unit transportasi/
ambulans.
b. Apabila kondisi pasien masuk level 0-I, maka perawat IGD langsung
menghubungi unit transportasi.
c. Apabila kondisi pasien masuk level II-III, maka perawat IGD akan
berkoordinasi dengan unit transportasi.
d. Jika ambulans sudah siap, maka unit transportasi akan menghubungi unit
terkait yang membutuhkan.
e. Pasien dirujuk didampingi oleh petugas sesuai dengan kriteria Level
transfer pasien sebagai berikut :
8
1. Daftar Alkes (alat kesehatan) yang ada di ambulans :
9
3. Daftar bhp (bahan habis pakai) di ambulans :
3. Mempersiapkan Pelayanan
1) Memastikan tempat tersedia dengan menghubungi di rumah sakit yang
dituju dengan cara menelepon.
10
5) Mencatat jenis dan dosis obat serta alat yang diperlukan pasien selama
perjalanan.
6) Mencatat keadaan pasien sebelum berangkat, meliputi diagnosis, tanda
vital (kesadaran, tensi, nadi, suhu, kecepatan, respirasi) dan problem
yag sedang dihadapi (mencakup problem airway, breathing, circulation)
.
7) Meminta surat rujukan
8) Menanyakan kondisi umum pasien kepada dokter apakah pasien telah
siap dipindahkan ke ambulans.
1) Airway
Periksa jalan nafas
Pastikan tidak ada obstruksi/sumbatan pada jalan nafas
2) Breathing
Periksa frekuensi pernafasan
3) Circulation
Periksa arteri karotis
Periksa perdarahan
11
Hentikan perdarahan lakukan RJP
4) Disability
GCS (tingkat kesadaran)
Pupil
5) Ekprosure
6) Pemeriksaan Penunjang
Perencaan laboratorium
Perencanaan rotgen
7) Pasang cathether
8) Pasang NGT
9) Pasang Monitor
10) Mengkaji skala nyeri
11) Obeservasi mual, muntah
f. Secondary survey
1) Penentuan tujuan
a) History/anamnesa
b) Head to toe /pemeriksaan fisik
c) Vital sign
d) Pasien kritis dapat dipindahkan kerumah sakit lain dengan fasilitas
gawat darurat terdekat, seperti :
Henti nafas atau henti jantung
Sumbatan jaln nafas yang tidak dapat diatasi
Kejang berulang atau sedang terjadi
Trauma mayor
Amputasi
Pasien luka bakar
Infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat
2) Mengambil brancard dari ambulans dan dibawa ke lokasi pasien
berada.
3) Memindahkan pasien ke brancart.
4) Memasukkan brancard berisi pasien ke dalam ambulans.
5) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin di dalam ambulans sesuai
kondisinya.
6) Petugas mengambil posisi sesuai dengan menyesuaikan kondisi
pasien.
12
2) Menghitung pernafasan.
3) Mengukur tekanan darah.
4) Memeriksa kwalitas dan kwantitas kesadaran.
5) Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
6) Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada
airway,brityng,circulation,dan tingkat kesadaran
7) Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen
ABCD lakukan ulang primary survey dan lakukan resusitasi
8) Yakinkalah alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
9) Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk meriksa respon pasien
10) Jika pasien gelisah
a) Perbaiki ABCD
b) Pasang restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang
lain
11) Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
12) Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans
berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadin ini.
d. Gunkan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan, pasang
sabuk pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
e. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju
RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah
sakit terdekat yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.
8. Aturan Dijalan
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunkan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika
tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No.22 tahun 2009 pasal 134,
pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai
dengan urutan berikut :
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas.
b. Ambulans yang mengangkut orang sakit.
c. Kendaran untuk memberikan pertolongan pada kecelakaaan lalu lintas .
d. Kendaraan pimpinan lembaga negara republik Indonesia.
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu negara.
f. Iring-iringan pengantar jenazah.
g. Konvoi dan / kendaran untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan
petugas kepolisian Negara republik indonesia.
h. Respon gawat darurat ini harus di tunjukan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirine dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No.22 tahun 2009.
i. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki
kewaspadaan tinggi, memperdulikan keselamatan pengemudi lain dan
tidak ceroboh.
j. Yang dimaksud Hak-hak khusus Ambulans saat dijalan meliputi:
13
1) Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
2) Melewati lampu merah dan tanda berhenti jalan.
3) Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolahkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain.
4) Mendahului kendaraan lain didaerah larangan, mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari
hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda.
5) Mengabaikan arah jalur dan aturan belokan setelah memberi sinyal yang
cepat.
9. Penggunaan alat peringatan (warning device) Alat peringatan bukanlah
segalanya, penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak melihat
rotator atau mendengar sirine sampai jarak antara 15-30meter
10. Sirine
a. Sirine adalah peringatan audio.
b. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cenderung tidak memberi jalan karena dianggap sebagai penyalah gunaan.
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine, adanya bangunan,
pepohonan,semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine.
d. Selalu waspada terhadap manuver arah pengemudi lain yang menjadi
panik karena suara sirine.
e. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
14
1) Identitas pasien dan informasi dasar (diagnosis sementara, tanda vital,
problem pasien) berdasarkan informasi dari lokasi awal.
2) Menyampaikan perkembangan kondisi pasien selama perjalanan.
3) Menyampaikan kepada petugas tempat rujukan tentang tindakan yang
dilakukan dan obat yang diberikan kepada pasien selama perjalanan.
4) Menanyakan kepada petugas RS rujukan tentang kejelasan serah terima
pasien.
15
b. Petugas (driver) yang melakukan pembersihan ambulans. Pada saat proses
pembersian ambulans, petugas menggunakan perlengkapan khusus meliputi
:
i) Petugas menggunakan APD lengkap (memakai handscon, masker,
pelindung kepala/rambut, afron jika didalam ambulans terdapat cairan
tubuh pasien yang tersisa, mengunakan sepatu boot).
c. Tempat pelaksanaan pembersihan ambulans dilakukan di pangkalan
ambulans (di area parkir ambulans, di sebelah timur IGD RS Fastabiq Sehat
PKU Muhammadiyah).
d. Tata cara pembersihan ambulans secara tidak rutin diantaranya :
Sebelum melakukan pembersihan ambulans petugas (driver) harus
menggunakan APD (alat pelindung diri) diantaranya :
i) Pelindung kepala
ii) Pelindung mata (kacamata gogle)
iii) Masker bedah
iv)Afron
v) Hand scon/sarung tangan panjang
vi) Sepatu boot
1. Pembersihan
Alat yang digunakan : Sapu, vacum cleaner, serok sampah, tempat
sampah medis dan non medis, lap/tissu sekali pakai.
Bahan yang digunakan : deterjen dan sabun sesuai yang dibutuhkan.
Prosedur :
a) Petugas (driver) membersihkan bagian dalam ambulans yang
terpapar oleh pasien dengan menyapunya dan mebersihkan
dengan vacum cleaner untuk membersihkan jika ada debu.
b) Petugas (driver) mencuci bagian dalam ambulans dengan air yang
mengalir dan sabun sesuai yang dibutuhkan.
c) Petugas (driver) mengeringkan bagian dalam ambulans dengan
lap/kanebo.
Area yang dibersihkan : Area yang dibersihkan adalah bagian dalam
ambulans yang digunakan oleh pasien, misalnya streacher, alat-alat
medis yang digunakan oleh pasien, lantai bagian dalam ambulans.
2. Disinfeksi Permukan
Alat yang digunakan : Lap/tissu sekali pakai, serok sampah, tempat
sampah medis dan non medis.
Bahan yang digunakan : cairan clorin 0,5% sesuai yang dibutuhkan.
Prosedur :
a) Petugas (driver) membersihkan bagian ambulan yang terpapar
oleh pasien dengan mengelap menggunakan lap yang dibasahi
dengan cairan klorin 0,5% secukupnya.
b) Petugas (driver) mengelap secara merata pada area yang terpapar
oleh pasien.
c) Petugas (driver) mengeringan menggunakan lap/ tiissu kering
pada area yang dibersihkan.
16
Area yang dibersihkan : Area yang dibersihkan adalah area yang
terpapar/kontak dengan tubuh/cairan tubuh pasien, seperti
tumpahan darah, lendir/sekret, urin, feses pasien.
3. Sterilisasi udara
Dilakukan sterilisasi udara pada ambulans, jika ambulans pasca
digunakan memuat pasien yang penularanya melalui transisi udara
(airborene) misalnya pada pasien TBC dan difteri.
Alat yang digunakan : Alat sterilisator UV
Prosedur :
a) Petugas (driver) memparkirkan ambulan di tempat yang aman dan
terdapat aliran listrik.
b) Petugas (driver) melakukan penutupan area kaca dengan kertas
yang berwarna gelap di dalam ambulans dengan menyeluruh.
c) Petugas menaruh alat sterilisator UV di dalam ambulans.
d) Petugas mengatur alat sterilisator UV sesuai yang dibutuhkan (
kebutuhan sterilisasi selama 2 jam.
e) Petugas menghidupkan alat sterilisator dan memastikan kembali
pada area dalam ambulan sudah tertutup rapat oleh kertas.
f) Setelah proses sterilisasi UV selesai, petugas membersihkan dan
merapikan kembali bagian dalam ambulans.
g) Petugas (driver) memarkirkan ambulans di pangkalan/tempat
parkir ambulans.
Area yang disterilisasi : Area yang disterilisai adlah area dalam
ambulans pasca digunakan memuat pasien yang penularanya melalui
transisi udara (airborene) misalnya pada pasien TBC dan difteri.
17
BAB III
DOKUMENTASI
18