1
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/
Menkes/Per/II/2011 Tentang Komisi Akreditasi RS;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Pemberlakuan Panduan Transfer Pasien di BLUD RSUD dr. H. Yuliddin
Away Tapaktuan.
KEDUA : Panduan Transfer Pasien di BLUD RSUD dr.H. Yuliddin Away
Tapaktuan sebagaimana ketetapan kesatu sebagaimana terlampir pada
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan BLUD RSUD
dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan. apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya;
Ditetapkan di : Tapaktuan
Pada Tanggal : 2017
DIREKTUR BLUD RSUD dr.H.
Yuliddin Away Tapaktuan
2
Lampiran : Keputusan Direktur BLUD RSUD
dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
Nomor :/SKDir/ / ../2017
Tanggal : 2017.
BAB I
DEFINISI
Transfer pasien adalah pemindahan pasien dari suatu rumah sakit ke rumah sakit lain
akibat alasan medis (terbatasan alat ataupun tenaga medis pada rumah sakit tersebut) dan non-
medis (berupa ruangan yang penuh). Hal ini terjadi apabila BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away
Tapaktuan merujuk pasiennya ke rumah sakit yang tenaga medisnya mencukupi dan
mempunyai alat-alat untuk menangani pasien. Transfer pasien ini akan mampu membutuhi
keinginan pasien yang ingin segera ditangani kesehatannya. Namun, sebelum melakukan transfer
pihak BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan akan melakukan pemeriksaan penyakit
terlebih dahulu dan persetujuan pihak keluarga mau ditransfer ke rumah sakit mana. Transfer
pasien untuk alasan non-medis hanya dilakukan pada kondisi-kondisi khusus dan idealnya
dilakukan di siang hari.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani transfer. Dalam mentransfer pasien dengan sakit berat / kritis, dibutuhkan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan, jasa ambulans yang
kesemuanya ini bertujuan untuk mewujudkan standar pelayanan medis yang optimal kepada
pasien.
Semua dokter dan personil lainnya yang terlibat dalam transfer pasien harus kompeten,
memenuhi kualifikasi, dan berpengalaman. Sangatlah disarankan bahwa tim transfer telah
mengikuti pelatihan transfer.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi kriteria untuk masuk ke dalam
/ keluar dari unit pelayan intensif.
2. Pelaksana panduan ini adalah tim transfer pasien (dokter, bidan, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya).
3. Rekam Medis pasien yang akan masuk atau keluar dari unit pelayanan intensif diperiksa
apakah memenuhi kiteria untuk proses tersebut.
4
C. Yang Harus Dilakukan Sebelum Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Transfer adalah :
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien ke ruangan rujukan / penerima, dan
kembali ke ruangan pengirim.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman : edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan
risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih besar,
sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan dokter jaga.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan,serta alasan yang mendasari.
10. Dalam mentransfer pasien, ruangan asal akan menghubungi ruangan yang dituju dan
melakukan pemberitahuan dengan ruangan yang dituju. Jika ruangan tersebut setuju
untuk menerima pasien, ruangan pengirim harus memastikan tersedianya peralatan
medis yang memadai di ruangan yang dituju.
11. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer dan mintalah persetujuan tindakan transfer.
12. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat, meliputi: nama, jabatan, dan petugas yang
mentransfer dan ruangan penerima; tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-
rumah sakit.
13. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai;, protokol dan panduan
5
rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses
transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di
ruangan yang merujuk.
6
5. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator
portabel selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
g. Pemberian terapi / tata laksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
7
3. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang diperlukan
4. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses terhadap
pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
5. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
6. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
7. Pertahankan temperatur pasien selama transfer.
8. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
8
b) Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi ruangan yang dituju
sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di ruangan tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer
dengan pihak ruangan yang menerima (paramedis) yang akan bertanggung jawab
terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas ruangan tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien.
J. Komunikasi :
1. Merupakan hal yang vital dalam mewujudkan transfer yang lancar dan tanpa masalah.
2. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan transfer
dan lokasi ruangan tujuan, jelaskan lokasi ruangan tersebut.
3. Pastikan bahwa ruangan tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum
dilakukan transfer.
4. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan
mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab kepada
perawat yang menggantikan.
5. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
ruangan tujuan.
6. Tim transfer harus berkomunikasi dengan ruangan asal dan tujuan mengenai penanganan
medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.
9
K. Edukasi dan Pelatihan :
1. Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan setiap petugas yang terlibat
dalam transfer pasien mendapat pelatihan yang adekuat, berpengalaman, dan memenuhi
standar minimal pelayanan; serta mengembangkan suatu panduan setempat.
2. Pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit akut harus tersedia di setiap area / daerah.
3. Kembangkanlah pelatihan dan pemeriksaan yang berbasis kompetensi untuk menerapkan
standar pelayanan tertinggi dalam pelayanan pasien sakit berat / kritis yang membutuhkan
transfer.
4. Pelatihan ini diterapkan pada transfer intra-rumah sakit.
10
BAB III
TATA LAKSANA
11
B. Alur Transfer Pasien IntraHospital
KB UGD Ruangan
OK
(Instalasi Bedah)
12
19. Rumah sakit tujuan telah mengetahui tanggal dan waktu kedatangan pasien
20. Tersedia telepon genggam, uang, dan kartu kredit untuk keadaan darurat
21. Terdapat perkiraan waktu kedatangan / tiba di rumah sakit tujuan
22. Pengaturan dan sistematika kembalinya tim transfer telah dibuat
23. Kerabat dekat dan keluarga pasien telah diberitahu
24. Pasien stabil dan telah menjalani pemeriksaan menyeluruh
25. Alat monitor terpasang dan berfungsi dengan baik
26. Penggunaan selang infus, syringe pumps, dan obat-obatan terjaga dengan baik
27. Pemberian sedasi yang adekuat
28. Kondisi pasien tetap stabil setelah dipindahkan ke ambulans / sarana transportasi lainnya
29. Hubungi rumah sakit tujuan sesaat sebelum berangkat
30. Apakah ada yang terlewat?
Cek ulang ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan cek analisis gas darah (AGD)
setelah pemakaian ventilator portabel untuk transfer selama 15 menit.
13
2. Transfer Pasien Dari UGD Ke KB, Instalasi Bedah, & Ruangan
a) Transfer pasien dari UGD ke KB
1) Petugas UGD memberi tahu ke KB bahwa akan ada pasien masuk
dan Dokterr UGD sudah memberi persetujuan.
2) Petugas UGD memastikan kondisi pasien sudah stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien dan bed UGD dilengkapi
dengan status pasien dan trolley emergency.
4) Petugas UGD mengantarkan pasien ke KB menggunakan kursi roda
atau brankar UGD.
5) Bidan jaga KB menerima pasien, timbang terima beserta catatan medik
yang lengkap.
6) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian KB.
7) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
8) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil, fungsi
motorik, perdarahan, pembukaan, DJJ, dll.
9) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya.
10) Bidan jaga KB melapor DPJP jika terjadi perubahan.
11) Memberitahu keluarga tentang keadaan pasien dan tata tertib di KB.
12) Bidan jaga KB membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
13) Memberi terapi dan tindakan sesuai advise DPJP.
14
5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan
identitas pasien.
6) Setelah dinilai lengkap, ganti semua pakaian pasien dengan duk bersih,
lepaskan semua perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman
mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan pasien
ke meja operasi senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
9) Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter, O2.
Pasang manset Tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan pulse
OKsimeter/ECG Monitor sesuai kebutuhan masing-masing pasien.
15
13) Membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
14) Memasukkan data pasien ke Register Rawat Inap.
15) Memberi terapi sesuai advise dokterr.
16) Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal sekali
dalam sehari (terutama pada waktu kunjungan keluarga).
16
b) Transfer pasien dari KB ke Ruangan
1) Petugas UGD memberi tahu ke Ruang Rawat Inap bahwa akan ada
pasien masuk.
2) Petugas KB memastikan kondisi pasien sudah stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien dan bed KB dilengkapi
dengan status pasien dan trolley emergency.
4) Petugas KB mengantarkan pasien ke Ruang Rawat Inap.
5) Petugas Ruang Rawat Inap menerima pasien, timbang terima beserta
catatan 17edic yang lengkap.
6) Memasang oksigen, bed side monitor, ventilator (jika diperlukan).
7) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian Ruang Rawat Inap.
8) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
9) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil, fungsi
motorik, dll.
10) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya
11) Melapor ke DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) jika terjadi
perubahan.
12) Memberitahu keluarga tentang keadaan pasien dan tata tertib di Ruang
Rawat Inap.
13) Membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
14) Memasukkan data pasien ke Register Rawat Inap.
15) Memberi terapi sesuai advise dokterr.
16) Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal sekali
dalam sehari (terutama pada waktu kunjungan keluarga.
17
3) Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh petugas Ruang Rawat Inap
menggunakan bed atau dengan kursi roda.
4) Petugas ruangan melakukan timbang terima kepada petugas OK
diruang transfer tentang kondisi pasien, catatan rekam medis, dan
perlengkapan penunjang misalnya persediaan obat-obatan atau
persediaan darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan
dibawa bersama pasien ke Instalasi Bedah
5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan
identitas pasien.
6) Setelah dinila lengkap, ganti semua pakaian pasien dengan duk bersih,
lepaskan semua perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman
mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan pasien
ke meja operasi senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
9) Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter, O2.
10) Pasang manset tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan pulse
Oksimeter / ECG Monitor sesuai kebutuhan masing-masing pasien.
18
8) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil, fungsi
motorik, perdarahan, pembukaan, DJJ, dll.
9) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya.
10) Bidan jaga KB melapor DPJP jika terjadi perubahan.
11) Memberitahu keluarga tentang keadaan pasien dan tata tertib di KB.
12) Bidan jaga KB membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
13) Memberi terapi dan tindakan sesuai advise
19
BAB IV
DOKUMENTASI
Tanggal permintaan :
Kepada Yth. Pendaftaran
Mohon dirawat :
Secara urgent
Secepatnya ada tempat :
Ruang perawat :
Nama pasien :
Tanggal lahir : :
NRM :
Diagnosa
Prosedur / operasi :
DPJP:
Dokter pengirim,
(dr. )
Pol./Unit/Instalasi …………
GCS :
Alat terpasang :
20
NRM :
Nama :
Jenis kelamin :
RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH Tanggal lahir :
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
Jl. Ahmad Yani No. 52 Kota Metro
Telp.(0725) 49200, Fax.(0721) 41928
21
Ruangan : Bagging
Kateter urine
NGT Pipa
infus
Keadan pasien saat pindah : Tekanan darah Suhu Nadi
Keadaan umum
Pernapasan Status nyeri
Kesadaran
22
RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH
Jl. Ahmad Yani No. 52 Kota Metro
Telp.(0725) 49200, Fax.(0721) 41928
23
Diet :
Tapaktuan,
Dokterr yang mengirim jam : Dokter yang menerima jam :
( ) ( )
Seluruh proses pemindahan pasien telah selesai dan dilakukan sesuai standar prosedur
operasional yang diterapkan.
Petugas,
( )
24
Contoh Form Pengkajian Post Anasteshia
25
Total
Keterangan :
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian post
anastesi > 7-8.
( )
26
SERAH TERIMA PASIEN
(_________________________) (________________________)
27
Formulir Rujukan
A. Identitas Pasien
Nama:
Alamat:
Umur:
Jenis kelamin :
Berat badan:
Identitas Pengantar Pasien :
Nama:
Umur :
Alamat:
Jenis kelamin
No. Telpon:
B. Waktu
Tanggal :
Tanggal cedera:
Waktu masuk UGD:
Waktu masuk Instalasi Bedah:
Waktu saat dirujuk:
C. Anamnesa
1. Keluhan :
2. Riwayat Penyakit :
E. TTV
T.D. : mmHg Pernafasan : x/mnt
0
Nadi: x/mnt Suhu : C
F. Pemeriksaan Fisik
28
Waktu:
Cairan yang diberikan:
Lain-lain:
I. Kondisi saat meninggalkan UGD :
J. Rencana Tindak Lanjut :
K. Alasan merujuk :
2. Petugas :
( ) ( )
29
30