Pasal 2
Tujuan
1) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di
Rumah Sakit Charlie Hospital
2) Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh
asuhan medis yang terbaik
3) Memberikan panduan dan kejelasan tentang perananDPJP
4) Memberikan panduan dan kejelasan tentang mekanisme
koordinasi dan kerjasama tim dalam memberikan asuhan kepada
pasien di Rumah Sakit Charlie Hospital
Pasal 3
Kebijakan
1) Setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Charlie Hospital harus
memiliki DPJP
2) Apabila pasien berobat di unit rawat jalan, maka DPJP adalah
dokter klinik/Poli terkait.
3) Apabila pasien berobat di IGD dan tidak di rawat inap, maka DPJP
nya adalah dokter jagaIGD
4) Apabila pasien dirawat inap, maka DPJP nya adalah dokter
spesialis disiplin yang sesuai.
5) Apabila pasien dirawat oleh lebih dari 1 orang dokter spesialis,
maka harus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama dan yang lain
sebagai DPJP tambahan.
Pasal 4
Ruang Lingkup
Pasal 5
Penutup
1) Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggungjawab Pelayanan
sesuai dengan Lampiran I Peraturan Direktur ini, dan digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan dokter penanggung jawab
pelayanan
2) Peraturan direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Kendal
Pada Tanggal : 1 September 2019
Direktur RS Charlie Hospital
BAB I DEFINISI
A. Sasaran
1. DokterUmum
2. DokterGigi
3. DokterSpesialis
4. Perawat
5. Pasien
B. RuangLingkup
Panduan ini berlaku pada semua lini pelayanan Rumah Sakit Charlie
Hospital yang meliputi : IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, IKB, Ruang
perawatan Khusus (ICU,HCU dan Peristi)
BAB III
TATA LAKSANA
1) VisitePasien
Melakukan asesmen awal masuk rawat inap sebelum
24 jam, sejak pasien masuk rawat inap.
Melakukan kunjungan kepada pasien secara rutin,
setiap hari.
2) Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas
rekam medis yang memuat segala aspek asuhan medis
yang akan dilakukan, termasuk konsultasi,
rehabilitasi,dll.
3) Membuat ringkasan pasien pulang (resume medis) dan
melengkapi berkas rekam medis pasien yang memuat
segala aspek, berkaitan dengan asuhan medis
yangdiberikan.
4) Memberikan keputusan pelayanan yang tepat dan
cepat demi keselamatan dan kesembuhan pasien.
(misalnya : Rujuk, pindah ruang perawatanintensive)
5) Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan
keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan baik
tentang pengobatan, prosedur, maupun kemungkinan
hasil yang tidakdiharapkan.
6) Memberikan pendidikan /edukasi kepada pasien
tentang kewajibannya terhadap dokter dan rumah
sakit yang dicatat dalam berkas resumemedis
7) DPJP berkewajiban memberikan kesempatan kepada
pasien atau keluarganya untuk bertanya atas hal-hal
yang tidak/ belum dimengerti.
B. Penetapan DPJP
1. DPJP di RuangIGD
a. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak di rawat inap, maka
DPJPnya adalah dokter jagaIGD
b. Apabila pasien diputuskan untuk rawat inap, maka DPJP
nya adalah dokter spesialis disiplin yangsesuai.
c. Di Instalasi Gawat Darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada
pemberian asuhan medis awal/penanganan kegawat-
daruratan. Kemudian selanjutnya saat
dikonsulkan/dirujuk ditempat (on-site) atau lisan ke dokter
spesialis, dan dokter spesialis tersebut memberikan asuhan
medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter
spesialis tersebut telah menjadi DPJP pasien yang
bersangkutan, sehingga DPJPberganti
2. DPJP di Rawat Inap.
Pasien yang diputuskan untuk rawat inap, perlu segera
ditentukan siapa DPJP yang akan bertanggungjawab terhadap
asuhan pasien. Penunjukan DPJP harus diberitahukan kepada
pasien dan atau keluarga. Setelah terjadi kesepakatan siapa
DPJP yang akan merawat pasien, maka pasien atau keluarga
menandatangani formulir “Pernyataan Pemilihan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan“ , sebagai tanda setuju untuk
dirawat oleh dokter yangdipilih.
a. Pengaturan penetapan DPJP pada
pasien baru Dapat dilakukan
dengan cara berikut:
1) Atas permintaan pasien dan ataukeluarga
Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang
dokter spesialis untuk menjadi DPJP nya sepanjang
sesuai dengan disiplinnya. Sebelumnya, dokter IGD
memberikan pilihan beberapa dokter dengan disiplin
ilmu yang sesuai dengan diagnosa pasien.
Kemudian pasien dan atau keluarga diberikan
kewenangan untuk memilih. Apabila penyakit yang
diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin ilmu dokter
yang dimaksud, maka diberi penjelasan pada pasien
dan keluarga . Dan apabila pasien dan keluarga tetap
pada pendiriannya maka dokter spesialis yang dituju
yang akan mengkonsulkan kepada disiplin yangsesuai.
2) Jadwal konsulen jaga di IGD atauruangan
Konsulen jaga pada hari itu menjadi DPJP dari semua
pasien masuk pada hari tersebut, kecuali kasus dengan
surat rujukan.
Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respon time
yang adekuat dan demi keselamatan pasien, maka
apabila konsulen jaga tidak dapat dihubungi dapat
dilakukan pengalihan DPJP kepada konsulen lain yang
dapat segeradihubungi
3) Surat rujukan langsung kepadakonsulen
Dokter spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP
pasien tersebut. Kecuali dokter yang dituju
berhalangan, maka beralih ke konsulen jaga hariitu.
b. Tata Cara Konsul DPJP dengan spesialislain
1) Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai
bidang disiplin ilmu dan kompetensinya. Bila
ditemukan penyakit yang memerlukan pelayanan
multidisiplin maka perlu dilakukan konsul atau
rawatbersama.
2) DPJP awal berhak menentukan apakah diperlukan
konsultasi sementara dengan multidisiplin lain atau
harus dilakukan rawat bersama.
3) DPJP awal yang akan melakukan konsultasi kepada
dokter pada disiplin lain menulis pada “Lembar
Konsultasi” , dan ditanda tangani oleh DPJP awal.
Lembar ini sebagai media komunikasi antara DPJP
awal dan DokterKonsulen.
4) Perawat Penanggung Jawab Pelayanan kemudian
menginformasikan pada dokter konsulen yangdituju.
5) Dokter konsulen, kemudian melakukan visite pada
pasien, hasil pemeriksaan yang dilakukan kemudian di
tulis pada CPPT, instruksi dan saran yang diberikan
ditulis pada Lembar Konsultasi sebagai jawaban
kepada DPJPawal.
c. Tata Cara Rawat Bersama (DPJP dengan SpesialisLain)
1) Prosedur RawatBersama
a) Rawat bersama adalah jika satu pasien oleh
karena komplikasi penyakitnya harus dirawat
lebih dari 1 dokter spesialis.
b) DPJP memeriksa pasien di rawat inap dengan
berpanduan kepada standar pelayanan medis
dan keselamatanpasien.
c) DPJP menemukan penyakit di luar
bidangkeahliannya
d) DPJP menginformasikan hal tersebut kepada
pasien, bahwa pasien memerlukan dokter yang
mempunyai keahlian dibidang tersebut,
selanjutnya meminta persetujuanpasien.
e) Apabila pasien setuju, dan diputuskan
untukrawat bersama, maka DPJP awal
menuliskan pada “Form perubahan DPJP” yang
kemudian ditanda tangani oleh DPJP awal.
Sebagai transfer informasi ditujukan kepada
DPJP baru yangdituju
f) Dokter yang diminta oleh DPJP untuk rawat
bersama adalah dokter- dokter yang terdaftar di
Rumah Sakit Charlie Hospital
g) Bila pasien dirawat bersama, maka tanggung
jawab utama terletak pada DPJP utama yang
merawatnya.
h) DPJP utama yang merawat sebisa mungkin
mengusahakan agar ada pertemuan antar dokter
spesialis yang merawat untuk membahas:
i. Penyakit yang diderita pasien
ii. Tindakan yang sudah dilakukan
danprospeknya
iii. Tindakan yang direncanakan
hendakdilakukan
iv. Folow upnya
v. Pertimbangan untuk tindakanlain
i) Pemberian penjelasan penyakit secara umum
oleh DPJP utama yangmerawat
j) Pemberian penjelasan yang bersifat sangat teknis
dapat diserahkan kepada dokter spesialis yang
akan melakukan tindakan medistersebut
k) Komunikasi antar DPJP dibuat tertulis dalam
berkas rekam medispasien.
2) Penentuan DPJP Utama pada Rawat Bersama
Apabila pasien mendapat asuhanmedis lebih dari
satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP Utama yang
berasal dari paraDPJP pasien tersebut. Kesemua DPJP
bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun
kolaboratif.
DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang
bersangkutan (“Kapten Tim“), dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif
– terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
Penentuan DPJP utama dapat berdasarkan :
a) DPJP utama dapat merupakan dokter yang
pertama mengelolapasien
b) DPJP utama dapat juga merupakan DPJP yang
mengelola penyakit yang terberat atau penyakit
yang memerlukan tindakansegera
c) DPJP utama dapat ditentukan melalui
kesepakatan antar para DPJPterkait
d) DPJP utama dapat merupakan pilihan daripasien
d. Tata Cara Alih Rawat dari DPJP ke Spesialis Lain
1) Apabila DPJP akan mengalihrawatkan pasien harus
dengan persetujuan pasien dan ataukeluarga.
2) Keputusan DPJP awal untuk rawat bersama atau alih
rawat, kemudian di sampaikan oleh Perawat
Penanggung Jawab Asuhan (PPJA) kepada dokter
yangdimaksud.
3) Alih rawat atas permintaan pasien dilengkapi surat
pernyataan pemilihan DPJP dan ditandatangani oleh
pasien dankeluarga.
4) Apabila pasien setuju, dan diputuskan untuk alih
rawat, maka DPJP awal menuliskan pada “Form
perubahan DPJP” yang kemudian ditanda tangani oleh
DPJP awal. Sebagai transfer informasi ditujukan
kepada DPJP baru yangdituju
5) Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari
para profesional pemberi asuhan bekerjasama erat
dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager),sesuai dengan Panduan Pelaksanaan
Manajer Pelayanan Pasien, agar terjaga kontinuitas
pelayanan
3. DPJP Pasien di Ruang IBS
Dokter Penanggungjawab Pelayanan di ruang Instalasi
Bedah Sentral adalah dokter operator yang melakukan operasi
dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pembedahan,
sedangkan dokter anastesi sebagai DPJP tambahan. Dalam
melaksanakan tugas mengikuti SOP masing- masing akan tetapi
semua harus mengikuti prosedur Save Surgery Check list (sign
in, time out, dan sigh out) serta dicatat dalam berkas rekam
medis.
4. DPJP Pasien di Ruang ICU
DPJP Utama di Intensive Care Unit (ICU) tidak harus dokter
spesialis anestesi. Koordinasi dan tingkatan keikut-sertaan para
DPJP terkait, tergantung kepada sistem yang ditetapkan. ICU di
Rumah Sakit Charlie Hospital menggunakan sistem semi
terbuka sehingga penentuan DPJP harus ada kesepakatan
antaraDPJP.
5. DPJP Pasien di Ruang IKB
Ruang IKB atau Instalasi Kebidanan adalah layanan kesehatan
untuk wanita hamil dan wanita dengan keluhan penyakit
kandungan. Untuk itu, DPJP pada pasien yang masuk ruang IKB
adalah dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Sp.OG).
DPJP bayi baru lahir adalah Sp.A yang terjadwal sedang jaga
pada hari itu. Keluarga tidak berhak memilih atas pertimbangan
emergency. Demi keselamatan pasien, apabila konsulen jaga
tidak dapat dihubungi atau konsulen jaga pada saat itu sedang
mengambil cuti. Maka, dapat dilakukan pengalihan DPJP kepada
konsulen lain yang dapat segera dihubungi.
6. DPJP Pasien di Ruang PERISTI
Ruang PERISTI merupakan fasilitas rawat inap khusus
disediakan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi semua
bayi baru lahir (usia 0-30hari) dengan resiko tinggi. Untuk itu,
pasien yang di rawat di ruang Peristi, Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan adalah Spesialis Anak ( Sp,A).
7. DPJP Pasien di Instalasi RawatJalan dan RawatInap
Semua pasien, yang berobat pada Instalasi Rawat jalan dokter
spesialis ataupun Instalasi Rawat jalan dokter gigi. Maka, Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan pada pasien tersebut adalah
Dokter Instalasi Rawat jalan yang melayani di klinik tersebut.
Apabila pasien berobat di Instalasi rawat jalan dan diputuskan
untuk rawat inap, maka DPJP adalah dokter spesialis yang
menginstruksikan untuk rawat inap.
8. VisiteDokter
Visite dokter spesialis adalah kegiatan kunjungan oleh dokter
kepada pasien untuk lebih mengetahui kondisi perkembangan
dengan cara mendatangi, memeriksa, dan berkomunikasi secara
langsung kepada pasien di ruang perawatan.
Kunjungan/ visite dokter spesialis diatur sebagai berikut :
a. Dokter PenanggungJawab Pelayanan melakukan visite
terhadap pasien yang dirawatnya, setiap hari (kecuali hari
minggu dan hari libur Nasional)
b. Pasien yang dikelola oleh 2 dokter atau lebih, maka visite
dilakukan oleh masing masing dokter setiaphari
c. DPJP memiliki hak untuk tidak visite pada hari minggu dan
hari libur Nasional. Namun, masih menerima konsultasi via
Phone.
d. Saat visite dokter melakukan anamnesa/ alloanamnesa
kepada keluarga pasien, pemeriksaan fisik dan mencatat
pada rekam medis pasien
e. Dokter yang melakukan visite harus mengisi berkas rekam
medis pasien yang dikunjunginya sesuai dengan peraturan
yangberlaku.
f. Dokter menginformasikan kepada perawat yang mengikuti
visitetentang rencana pelayanan dan tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
g. Jika DPJP berhalangan dan tidak dapat melakukan
kunjungan, wajib memberitahukan kepada petugas ruang
perawatan/ kepala Unit/ Kabag YanMed, dan kunjungan
dapat digantikan oleh dokter yang ditunjuk oleh DPJP
untuk menggantikan visite atau dokter spesialis lain,
dengan disiplin ilmu yang sama atau dokter jaga
ruangan,dengan menuliskan surat pendelegasian
wewenang pemberian asuhanmedis.
h. Dokter yang ditujuk sebagai dokter pengganti,akan
menuliskan hasil pemeriksaan kemudian di
dokumentasikan pada lembar CPPT untuk diinformasikan
kepadaDPJP.
i. Pada kasus berat dimana memerlukan visite lebih dari 2
kali, maka jasa visite yang dihitung maksimal 2 kali untuk
tiap dokter/hari meskipun divisite >2 kali/hari.
9. Koordinasi dan transfer informasi antarDPJP
a. Koordinasidan transfer informasi antar DPJP dilakukan
secara lisan dan tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada
pergantianDPJP pencatatan di rekam medis harus jelas
tentang alih tanggungjawabnya
b. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan
pasien harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu
dan efektif serta selalu berpanduan pada dan standar
keselamatanpasien.
c. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus
dilakukan secara tertulis
d. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal, maka harus
dilaksanankan koordinasi langsung dengan komunikasi
pribadi atau pertemuan/ rapat formal.
e. Konsultasi bisa biasa atausegera/cito
f. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi
,lembar konsul bisa menyusul, sebelumnya
melaluitelphone.
g. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa
lisan pertelepon yang kemudian ditulis dalam berkas rekam
medis oleh dokter jaga.
BAB IV
DOKUMENTASI