TRANSPORTASI PASIEN
i
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SURYA ASIH
NOMOR: 026/RSSA/AKR-ARK/VII/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN
ii
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 10 Juli 2018
iii
DAFTAR ISI
iv
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT, dengan ini kami mengucapkan puji syukur atas
selesainya Panduan Transportasi Pasien di Rumah Sakit Surya Asih yang
sangat penting untuk menunjang pelayanan dalam hal pemindahan pasien, baik
rawat jalan maupun rawat inap. Oleh sebab itu, asesmen kebutuhan pasien akan
transportasi, obat, dan alat kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien serta memenuhi persyaratan PPI. Yang dimaksud di sini bahwa dalam proses
transportasi harus mengedepankan kebersihan alat dan perlindungan petugas
dengan penggunaan APD. Proses melakukan transportasi pasien harus
mengedepankan kenyamanan dan keselamatan pasien.
Demikian panduan ini kami buat, kami sadar manusia tidak ada yang
sempurna maka besar harapan kami semoga ini bisa membantu memberikan sedikit
ilmu dan wawasan akan transportasi yang sesuai kebutuhan pasien.
v
BAB I
DEFINISI
vi
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Latar Belakang
Hampir setiap hari di rumah sakit banyak terjadi pemindahan/
pengangkatan pasien yang darurat atau kritis, terutama di Unit Gawat Darurat
dan juga di Unit Rawat Jalan, serta di unit pelayanan pasien lainnya. Oleh
karena itu, pemindahan/ pengangkatan pasien membutuhkan cara-cara
tersendiri, baik teknik maupun keperluan/ tujuan pemindahan/ pengangkatan
pasien. Setiap hari banyak penderita diangkat dan dipindahkan, banyak petugas
kesehatan yang terlibat, sarana yang digunakan serta teknik yang digunakan,
kadang juga terjadi salah mengangkat, salah teknik, dan harus diulang bahkan
ada pula yang cedera.
Kondisi eksternal lain seperti kondisi tempat, sarana, dan cuaca yang
menyertai penderita/ petugas beraneka ragam dan tidak ada satu kondisi atau
rumus yang pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita saat
mengangkat dan memindahkan penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit, merujuk
ke rumah sakit lain, memindahkan dari satu unit pelayanan ke unit lainnya, atau
memulangkan pasien. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien
dimasukkan ke dalam ambulans, dipindahkan ke alat transport pasien hingga
diambil alih oleh pihak lain.
Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalami
proses pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan
medical check up, ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan risiko low
back point baik bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan
operasi biasanya akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang
operasi.
B. Tujuan
vii
Memberikan panduan dasar transportasi pasien dari unit pelayanan yang
satu ke unit pelayanan lainnya dengan aman, nyaman, dan terhindar dari risiko
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
viii
BAB III
TATA LAKSANA
ix
tujuannya. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau
kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar.
Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain
pengangkat atau bisa juga menggunakan kedua tangan dengan memasukan
kedua lengan ke badan pasien sampai dengan ke siku dan diangkat
bersamaan dengan satu komando. Pemindahan pada klien membutuhkan
tiga orang pengangkat.
2. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Memindakan
yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari
tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh
yang tepat.
3. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
a. Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan.
b. Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan
yang jauh ari perawat, sedikit ke depan badan pasien.
c. Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas
kaki yang terdekat.
d. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien.
e. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien.
f. Tarik badan pasien.
g. Beri bantal pada tempat yang diperlukan.
x
a. Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan
yang paling kuat di antaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot
yang beraksi pada tutlang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian
maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha
dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan
punggung.
b. Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat
1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita.
2) Nilai beban yang akan diangkat secara bersama dan bila merasa
tidak mampu jangan dipaksakan.
3) Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki
sedikit sebelahnya.
4) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat tangan yang
memegang menghadap ke depan.
5) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila
terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm.
6) Jangan memutar tubuh saat mengangkat.
7) Panduan di atas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita.
xi
b. Petugas profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau
perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius.
Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas dengan
pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien
kondisi kritis.
Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter
harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien
yang membutuhkan urgent action.
c. Peralatan untuk menunjang pasien
Transport monitor
Blood pressure
Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport dengan
tambahan cadangan 30 menit
Bagging
Mesin suction dengan kateter suction
Obat untuk resusitasi: adrenalin, epineprin, atropi, dopamin,
dobutamin
Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
d. Monitoring selama transport
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut:
Level 1 = wajib, level 2 = rekomendasi kuat, level 3 = ideal
Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)
Monitoring intermiten: tekanan darah, nadi, respiratory rate
(level 1 pada pasien pediatri, level 2 pada pasien lain).
xii
a. Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan
pada fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehingga
jiwanya dapat terselamatkan.
b. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah:
1) Menentukan kegawatdaruratan penderita
Petugas dokter dan perawat harus bisa melakukan skrining dari
awal dengan triase, evaluasi visual, pemeriksaan fisik, asesmen
awal, atau menentukan diagnosa untuk menentukan tingkat
kegawatan pasien sehingga dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat dengan alat yang lebih
lengkap.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita
6) Pengiriman penderita
7) Tindak lanjut penderita
Untuk penderita yang telah dikembalikan
Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan
tindakan lanjut tetapi tidak melapor
xiii
4. Transportasi Pasien Pulang
Mengantar pulang merupakan kegiatan memindahkan pasien dari RS
ke rumah atau unit kesehatan lain dikarenakan ketidakmampuan untuk
pulang sendiri disebabkan telah dilakukan tindakan medis yang membuat
perlunya bantuan.
a. Tujuan mengantar pasien pulang
Untuk membantu pasien yang mengalami ketidak mampuan pulang
sendiri demi mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan
pasien.
b. Cara mengantar pasien pulang
1) Petugas mendapatkan keluhan pasien atau setelah pasien
dilakukan skrining
2) Menentukan alat dan obat yang diperlukan
3) Memastikan alat berfungsi dengan baik seperti mesin mobil
hidup, brangkar tersedia, oksigan dan obat ada.
4) Bantu pasien untuk naik ke alat transportasi pastikan pasien
nyaman aman dan faktor penyebab risiko dikurangi seperti sabuk
pengaman.
5) Mengecek data pasien dan menginformasikan kalau pasien akan
diantar pulang.
6) Untuk pasien yang membawa kendaraan sendiri pasien diberi
pilihan oleh petugas apakah menerima jika diantar menggunakan
kendaraanya sendiri atau pakai alat transportasi dari RS dengan
ketentuan jika pakai kendaraan RS, kendaraan pasien sementara
dititipkan di RS.
xiv
BAB IV
DOKUMENTASI
xv