Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

TRANSPORTASI PASIEN

RUMAH SAKIT SURYA ASIH


PRINGSEWU
2018

i
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SURYA ASIH
NOMOR: 026/RSSA/AKR-ARK/VII/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT SURYA ASIH

Menimba : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kepada pasien


ng dan menjamin kesinambungan pelayanan pasien apabila
diperlukan proses transportasi pasien dari RS Surya Asih ke
rumah sakit lain dan atau sarana kesehatan lain dapat
menggunakan ambulans;
b. bahwa untuk maksud tersebut pada butir (a) di atas perlu
dibuat Panduan Transportasi Pasien yang diberlakukan di RS
Surya Asih dan ditetapkan Surat Keputusan Direktur RS Surya
Asih;

Menginga : 1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang


t Kesehatan;
2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/1999 tentang Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
5. Permenkes RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

ii
MEMUTUSKAN

Menetapk : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SURYA ASIH


an TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSPORTASI
PASIEN DI RUMAH SAKIT.

Kesatu : Memberlakukan Panduan Transportasi Pasien di RS Surya Asih


sebagaimana dalam lampiran Surat Keputusan ini.

Kedua : Kepada seluruh unit pelayanan di lingkungan RS Surya Asih agar


dapat melaksanakan Panduan dan SPO yang ada dalam tersebut
dalam lampiran ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan bilamana di


kemudian terdapat kekeliruan maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 10 Juli 2018

DIREKTUR RS SURYA ASIH

dr. Hetti Frawati Br. Simamora


NIK: 01.43052013

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


SK PEMBERLAKUAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v

BAB I DEFINISI .......................................................................................... 1


BAB II RUANG LINGKUP ......................................................................... 2
BAB III TATA LAKSANA .......................................................................... 3
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................... 9

iv
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT, dengan ini kami mengucapkan puji syukur atas
selesainya Panduan Transportasi Pasien di Rumah Sakit Surya Asih yang
sangat penting untuk menunjang pelayanan dalam hal pemindahan pasien, baik
rawat jalan maupun rawat inap. Oleh sebab itu, asesmen kebutuhan pasien akan
transportasi, obat, dan alat kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien serta memenuhi persyaratan PPI. Yang dimaksud di sini bahwa dalam proses
transportasi harus mengedepankan kebersihan alat dan perlindungan petugas
dengan penggunaan APD. Proses melakukan transportasi pasien harus
mengedepankan kenyamanan dan keselamatan pasien.
Demikian panduan ini kami buat, kami sadar manusia tidak ada yang
sempurna maka besar harapan kami semoga ini bisa membantu memberikan sedikit
ilmu dan wawasan akan transportasi yang sesuai kebutuhan pasien.

v
BAB I
DEFINISI

Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut dan


memindahkan penderita/ korban dari unit satu ke unit lain, rujuk atau dari lokasi
bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Seperti contohnya alat
transportasi yang digunakan untuk memindahkan pasien yaitu ambulans, brangkar,
atau scope tracer ke ruang rawat inap atau rawat jalan, memindahkan korban dari
lokasi bencana ke RS, dari RS yang satu ke RS yang lain, atau mengantar pasien
yang membutuhkan transportasi karena telah dilakukan tindakan.
Pada saat transportasi minimal terdiri dari 1 orang perawat dan 1 pengemudi
(bila memungkinkan ada 1 orang dokter). Petugas yang melakukan transportasi
harus menggunakan APD untuk pasien tertentu dan setelah selesai menjalankan
transportasi pasien alat harus didekontaminasi oleh CSSD.
Dalam merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien harus
mengutamakan keselamatan pasien sesuai dengan SPO dan dibuktikan dengan
adanya formulir rujukan atau serah terima pasien.

vi
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Latar Belakang
Hampir setiap hari di rumah sakit banyak terjadi pemindahan/
pengangkatan pasien yang darurat atau kritis, terutama di Unit Gawat Darurat
dan juga di Unit Rawat Jalan, serta di unit pelayanan pasien lainnya. Oleh
karena itu, pemindahan/ pengangkatan pasien membutuhkan cara-cara
tersendiri, baik teknik maupun keperluan/ tujuan pemindahan/ pengangkatan
pasien. Setiap hari banyak penderita diangkat dan dipindahkan, banyak petugas
kesehatan yang terlibat, sarana yang digunakan serta teknik yang digunakan,
kadang juga terjadi salah mengangkat, salah teknik, dan harus diulang bahkan
ada pula yang cedera.
Kondisi eksternal lain seperti kondisi tempat, sarana, dan cuaca yang
menyertai penderita/ petugas beraneka ragam dan tidak ada satu kondisi atau
rumus yang pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita saat
mengangkat dan memindahkan penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit, merujuk
ke rumah sakit lain, memindahkan dari satu unit pelayanan ke unit lainnya, atau
memulangkan pasien. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien
dimasukkan ke dalam ambulans, dipindahkan ke alat transport pasien hingga
diambil alih oleh pihak lain.
Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalami
proses pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan
medical check up, ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan risiko low
back point baik bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan
operasi biasanya akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang
operasi.

B. Tujuan

vii
Memberikan panduan dasar transportasi pasien dari unit pelayanan yang
satu ke unit pelayanan lainnya dengan aman, nyaman, dan terhindar dari risiko
dengan mengutamakan keselamatan pasien.

viii
BAB III
TATA LAKSANA

Adapun tatalaksana sebagai berikut:


1.   Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan.
2. Tentukan alat dan obat untuk tansportasi yang dibutuhkan.
3. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisi aman selama perjalanan ke rumah
sakit. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat
ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik.
Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke
ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien
dengan aman.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan
spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat.
7. Periksa perbannya/ bidainya.
8. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
9. Naikkan barang-barang pribadi.
10. Tenangkan pasien.
11. Dokumentasi.

A. Teknik Pemindahan Pada Pasien


Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti
pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transport seperti ambulans, kursi roda, dan brankar yang berguna sebagai
pengangkut pasien gawat darurat.
1. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar oleh perawat
membutuhkan bantuan klien. Sebelum dipindahkan pasien harus dijelaskan

ix
tujuannya. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau
kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar.
Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain
pengangkat atau bisa juga menggunakan kedua tangan dengan memasukan
kedua lengan ke badan pasien sampai dengan ke siku dan diangkat
bersamaan dengan satu komando. Pemindahan pada klien membutuhkan
tiga orang pengangkat.
2. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Memindakan
yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari
tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh
yang tepat.
3. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
a. Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan.
b. Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan
yang jauh ari perawat, sedikit ke depan badan pasien.
c. Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas
kaki yang terdekat.
d. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien.
e. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien.
f. Tarik badan pasien.
g. Beri bantal pada tempat yang diperlukan.

B. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua yaitu transportasi gawat
darurat dan kritis.
1. Transportasi Gawat Darurat
Setelah penderita diletakan di atas tandu (atau long spine board bila
diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan dilakukan survey primer, resusitasi jika perlu.

x
a. Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan
yang paling kuat di antaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot
yang beraksi pada tutlang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian
maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha
dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan
punggung.
b. Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat
1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita.
2) Nilai beban yang akan diangkat secara bersama dan bila merasa
tidak mampu jangan dipaksakan.
3) Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki
sedikit sebelahnya.
4) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat tangan yang
memegang menghadap ke depan.
5) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila
terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm.
6) Jangan memutar tubuh saat mengangkat.
7) Panduan di atas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita.

2. Transportasi Pasien Kritis


Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan
terapi.
Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan,
yaitu meliputi:
a. Koordinasi sebelum transport
 Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap
untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi.
 Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi
antar dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi
medis pasien.
 Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama
transport dan evaluasi kondisi pasien.

xi
b. Petugas profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau
perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius.
 Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas dengan
pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien
kondisi kritis.
 Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter
harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien
yang membutuhkan urgent action.
c. Peralatan untuk menunjang pasien
 Transport monitor
 Blood pressure
 Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport dengan
tambahan cadangan 30 menit
 Bagging
 Mesin suction dengan kateter suction
 Obat untuk resusitasi: adrenalin, epineprin, atropi, dopamin,
dobutamin
 Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
 Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
d. Monitoring selama transport
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut:
Level 1 = wajib, level 2 = rekomendasi kuat, level 3 = ideal
 Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)
 Monitoring intermiten: tekanan darah, nadi, respiratory rate
(level 1 pada pasien pediatri, level 2 pada pasien lain).

3. Transportasi Pasien Rujukan


Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan
kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya. Sistem rujukan upaya
kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale
balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,  rasional, dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi.

xii
a. Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan
pada fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehingga
jiwanya dapat terselamatkan.
b. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah:
1) Menentukan kegawatdaruratan penderita
Petugas dokter dan perawat harus bisa melakukan skrining dari
awal dengan triase, evaluasi visual, pemeriksaan fisik, asesmen
awal, atau menentukan diagnosa untuk menentukan tingkat
kegawatan pasien sehingga dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat dengan alat yang lebih
lengkap.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
 Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
 Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
 Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita
6) Pengiriman penderita
7) Tindak lanjut penderita
 Untuk penderita yang telah dikembalikan
 Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan
tindakan lanjut tetapi tidak melapor

xiii
4. Transportasi Pasien Pulang
Mengantar pulang merupakan kegiatan memindahkan pasien dari RS
ke rumah atau unit kesehatan lain dikarenakan ketidakmampuan untuk
pulang sendiri disebabkan telah dilakukan tindakan medis yang membuat
perlunya bantuan.
a. Tujuan mengantar pasien pulang
Untuk membantu pasien yang mengalami ketidak mampuan pulang
sendiri demi mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan
pasien.
b. Cara mengantar pasien pulang
1) Petugas mendapatkan keluhan pasien atau setelah pasien
dilakukan skrining
2) Menentukan alat dan obat yang diperlukan
3) Memastikan alat berfungsi dengan baik seperti mesin mobil
hidup, brangkar tersedia, oksigan dan obat ada.
4) Bantu pasien untuk naik ke alat transportasi pastikan pasien
nyaman aman dan faktor penyebab risiko dikurangi seperti sabuk
pengaman.
5) Mengecek data pasien dan menginformasikan kalau pasien akan
diantar pulang.
6) Untuk pasien yang membawa kendaraan sendiri pasien diberi
pilihan oleh petugas apakah menerima jika diantar menggunakan
kendaraanya sendiri atau pakai alat transportasi dari RS dengan
ketentuan jika pakai kendaraan RS, kendaraan pasien sementara
dititipkan di RS.

xiv
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO transportasi pasien


2. Formulir merujuk pasien
3. Formulir persetujuan menggunakan ambulans

DIREKTUR RS SURYA ASIH


DIREKTUR RS SURYA ASIH

dr. Hetti Frawati Br. Simamora

xv

Anda mungkin juga menyukai