PELAYANAN AMBULANS
A. Pendahuluan
Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan
gawat darurat. Melalui evakuasi dan transportasi yang tepat dapat membantu penanganan
penderita gawat darurat dengan baik. Pada pelayanan gawat darurat terkadang diperlukan
untuk merujuk pasien karena penanganan ditempat tersebut tidak dapat dilakukan oleh
karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya. Rujukan dapat terjadi antar
dan intra rumah sakit sehingga perlu diketahui prinsip – prinsip yang melandasi proses
merujuk untuk menghindari kematian dan kecacatan yang tidak perlu agar dapat
melakukan pengangkatan tersebut dapat juga menyebabkan cedera pada petugas juda
dapat memperburuk keadaan penderita. Sebaiknya keadaan penderita telah stabil dan
Sebaiknya sebuah rumah sakit mempunyai tata cara tertulis menangani penderita
yang akan dirujuk. Dalam melakukan rujukan, selain prinsip – prinsip rujukan juga
rujukan antar rumah sakit. Penentuan Geometrik Map sangat diperlukan untuk
menghindari kesalahan dalam menentukan rumah sakit rujukan. Rumah sakit rujukan
harus diberitahu terlebih dahulu agar rumah sakit tersebut siap menerima rujukan dan
1
Beberapa prinsip – prinsip yang melandasi proses merujuk adalah
Dengan keadaan stabil bukan berarti bahwa penderita tanda – tanda fisiologisnya
sudah normal, akan tetapi bahwa penderita dalam keadaan tidak memburuk.
Sebagai contoh adalah bahwa jangan merujuk penderita yang dalam keadaan
terancam jalan nafas, gangguan ventilasi pernafasan atau gangguan sirkulasi yang
oleh petugas ambulanss taupun petugas lain yang tidak mempunyai kemampuan
mengatasi masalah dalam ABC. Bila pasien cukup stabil dan didampingi oleh
petugas yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan keadaan penderita dengan
B. Definisi
Kata “ambulans” berasal dari bahasa latin ambulare yang berarti untuk membawa
atau memindahkan dimana pada zaman dahulu pasien dipindahkan dengan diangkat.
Kata ambulans pada zaman dahulu diartikan sebagai rumah sakit yang berjalan yang
selalu mengikuti ke mana suatupasukan perang pergi. Kata ambulans secara umum
pasien dengan penyakit akut ataupun trauma, yang sekarang disebut sebagai ambulans
emergency.
Ambulans adalah alat transportasi untuk membawa orang yang sakit ataupun
terluka menuju rumah sakit. Kata ambulans digunakan untuk mendiskripsikan alat
trasnportasi yang memiliki peralatan medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit
2
atau untuk membawa pasien kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut
memindahkan orang sakit trauma ataupun non trauma ke rumah sakit baik dalam
keadaan emergency ataupun non emergency yang di lengkapi dengan peralatan medis
yang memadai.
Ambulans yang lain yaitu ambulans yang dikhususkan untuk hanya membawa
pasien ke rumah sakit. Jenis ambulans ini tidak dilengkapi dengan peralatan bantuan
dasar hidup dan biasanya staf paramedic pada ambulans jenis ini mempunyai kualifikasi
lebih rendah jika dibandingkan dengan staf paramedic pada ambulans emergency.
yang didesain khusus dan berbeda dengan model transportasi lainnya. Ambulans gawat
darurat didesain agar dapat menangani pasien gawat darurat, memberikan pertolongan
pertama dan melakukan perawatan intensif selama dalam perjalanan menuju rumah sakit
rujukan.
C. Tujuan
beberapa kondisi, ambulans mungkin dapat melakukan lebih dari satu fungsi, antara lain
sebagai berikut:
1. Ambulans emergenci
peralatan medis terutama BHD terhadap pasien dengan penyakit akut maupun
trauma.
3
2. Ambulans transport pasien
Jenis ambulans ini mempunyai fungsi hanya membawa pasien ke rumah sakit
3. Respon unit
Adalah alat transportasi yang bertujuan untuk bisa mencapai tempat dimana
pasien dengan penyakit akut secara cepat dan memberikan perawatan medis
sementara namun kurang dilengkapi dengan fasilitas untuk transportasi pasien untuk
ke rumah sakit. Pada umumnya respon unit akan disertai dengan ambulans
Namun pada kasus yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit maka respon
unit akan memberikan perawatan pada tempat kejadian tanpa meminta bantuan
ambulans emergency untuk transportasi pasien. Jenis kendaraan yang digunakan bisa
berupa mobil, van yang telah dimodifikasi, sepeda motor, sepeda ataupun kuda. First
responder adalah orang awam dilatih khusus pertolongan pertama tingkat lanjut
(kemampuan hampir menyamai paramedik ambulans) bisa siapa saja : polisi, tim
4. Charity Ambulanss
5. Mobil Jenasah
4
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng saat ini memiliki ambulans dengan jenis :
5
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Struktur Organisasi
2) Kelengkapan fasilitas.
3) Perencanaan,
4) Evaluasi kegiatan
6
b. Mengkoordinir tenaga perawat/bidan ambulans.
2. Koordinator Dokter
3. Koordinator Sopir
4. Dokter Ambulans
e. Menentukan kebutuhan peralatan medis, alkes, obat, dan bahan habis pakai
7
f. Membuat resep untuk permintaan obat dan alkes yang telah ditentukan.
penjemputan pasien)
5. Perawat/Bidan Ambulans
a. Menyiapkan alat medis, BHP, dan obat-obatan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
2) Penjemputan pasien.
6. Sopir Ambulans
8
C. Petugas Ambulanss
1. Sehat secara fisik. Pengemudi tidak boleh memiliki kelainan yang dapat
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi
5. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi
berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk
seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang
lainnya.
9
8. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
9. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap
1. Jangan mengemudi tanpa kacamata korektif jika memiliki pengliihatan yang kurang
sempurna
6. Pada kecepatan tinggi akan sulit menghentikan kendaraan mendadak bila ada situasi
yang berbahaya
10
BAB III
KENDARAAN AMBULANS
A. Pengertian
Ambulans adalah alat transportasi untuk membawa orang yang sakit ataupun
terluka menuju rumah sakit. Kata ambulans digunakan untuk mendiskripsikan alat
trasnportasi yang memiliki peralatan medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit
atau untuk membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Kata ambulans secara umum dihubungkan dengan kendaraan motor emergenci dengan
peralatan emergenci untuk pasien dengan penyakit akut atau trauma yang sekarang
(breathing), C(circulation).
5. Mempunyai sistem komunikasi dengan pusat komunikasi, rumah sakit dan ambulans
lainnya
11
5. Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
8. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandudapat dilipat.
9. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegakuntuk melakukan
tindakan
12. Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yangdapat digerakan
16. Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
D. Standar Peralatan
1. Ambulanss Transport
a. Pemeriksaan umum
2) Stetoskop
3) Reflex hammer
4) Senter
12
menggunakan stik)
6) Thermometer digital
4) Suction canula
5) Forsep margil
3) Nasal canule
4) Simple Mask
2) Infuse set
3) Kateter intravena
4) Cairan infuse
6) Disposable Syringe
7) Antiseptic
13
2) Splint/Bidai
1) Stretcher/Brankar
g. Lain-lain
3) Penanda triage
4) Pispot urinal
a. Pemeriksaan Umum
2) Stetoskop
3) Reflex hammer
4) Senter
menggunakan stik)
6) Thermometer digital
b. Airway Equipmen
1) Laringoscope
2) Oropharyngeal Airway
3) Nasopharyngeal Airway
4) Endotracheal Tube
5) Mouth Gage
14
6) Magil Forcep
7) Tounge Spatel
8) Suction Manual
9) Suction Electric
c. Breathing equipment
2) Nasal Canule
3) Simple Mask
4) Rebreathing Mask
6) Pocket Mask
7) Oxygen Tube
d. Circulation equipment
2) Infuse Set
3) Infusion Fluid
4) Spuit
5) Tensimeter
6) Stetoscope
7) Foley Catheter
8) Urine Bag
9) Steril Gauge
15
10) Roll Bandage
1) Rigid Splint
2) Scoope Strecher
4) Safety Belt
5) Head Immobilizer
6) Neck Collar
7) Extrication Device
f. Advance equipment
1) Ventilator
2) Pulse Oxymeter
3) Defibrilator
4) Patient Monitor
g. Emergency Drugs
1) Adrenalin / Ephyneprin
2) Sulfas Atrophyn
3) Kalmethason
4) Buscopan
5) Dextrose 40 %
6) Lasix
16
7) Aminophylin
8) Cylocard 100 mg
9) Lidocain 2 %
10) valium 10 mg
11) nitrogliserin SL
17
BAB IV
TATALAKSANA AMBULANS
1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
hambatan
dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan keadaan
penderita
ambulans
a. Ambulans transportasi
Mengangkut pasien dari satu fasilitas pelayanan medic ke tempat lain tanpa
rangka rujukan
jemput dokter, atau perawat dan lain – lain harus mendapat persetujuan dari Ketua
18
B. Alur Pelaksanaan Operasional Tim Ambulans
Tim Ambulans RSUD Kabupaten Buleleng mempunyai tiga pelayanan pokok transfer
pasien, yaitu pelayanan rujukan keluar rumah sakit, pelayanan penjemputan pasien, dan
persetujuan keluarga.
19
stabil/trasportable, guna mempersiapkan peralatan medis dan jenis ambulanss
yg akan digunakan.
Ambulanss.
kondisi pasien.
RS tujuan.
2. Penjemputan Pasien
b. Medical Director melalukan evaluasi cepat kondisi pasien via telepon untuk
A-B-C pasien.
20
f. Setelah sampai di lokasi, Team Ambulanss Service menghubungi ulang Medical
a. Perawat ruang rawat inap/ Poliklinik menelpon ke IGD menyampaikan aka nada
21
C. Pelaksanaan Operasional Ambulans
Ketenagaan pada ambulans sebaiknya sudah terlatih ambulans crew. Pada dasarnya
tugas di ambulans adalah lingkaran tugas yang terdiri atas persiapan – respons - kontrol
TKP - akses - penilaian awal keadaan penderita dan resusitasi – ekstrikasi - evakuasi -
transportasi ke rumah sakit yang sesuai, lalu kembali ke persiapan. Hal-hal tersebut
yaitu:
1. Persiapan
Fase persiapan dimulai saat mulai bertugas atau kembali ke markas setelah
kendaraan yang harus siap pakai sewaktu-waktu saat dibutuhkan sehingga waktu
b. Pada awal shift, cek bahan bakar (bensin/solar), oli, air accu, air radiator, air
wiper, lampu mobil, sirene, pengeras suara, tekananudara pada ban, AC,
klakson, rem
e. Tandu dan semua peralatan berada pada tempatnya. Lakukan sapuan dengan
tandu
22
h. Pada awal dan akhir shift bagian luar ambulans harus dibersihkan hal ini untuk
pasien
2. Respons
harus dengan cara defensif (defensive driving). Rotator selalu dinyalakan, sirine
d. Keselamatan diri sendiri dan orang lain mutlak menjadi pertimbangan menuju
lokasi kejadian
f. Jika panggilan bukan panggilan gawat darurat mengancam jiwa maka hanya
23
3. Kontrol TKP
Diperlukan pengetahuan mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara parkir, serta
kontrol lingkungan. Parkir kendaraan pada tempat yang aman dan tidak mengganggu
4. Akses ke penderita
Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang hancur, tetap harus memakai
a. Pasien dirumah
sirkulasi).
tim ambulans akan merujuk penderita ketempat tersebut (kasus yang terjadi,
1) Penilaian lokasi
c) Perhatikan asap disekitar lokasi kejadian dan catat warna asap yang
d) Perhatikan bau yang ada disekitar penderita, bila ada yang berbau tidak
e) Perhatikan tiang listrik atau telepon yang patah atau kabel yang terjurai
24
terputus.
malam hari.
tumpah, perhatikan arah dan gerakan angin dengan melihat asap atau
bendera.
k) Jika ada bahan atau cairan yang bocor, perlu parkir agak jauh dan
2) Pertolongan penderita
pertama.
25
h) Lakukan penanganan penderita sesuai kasus
c. Ekstrikasi
Pada keadaan lokasi yang berbahaya atau penderita yang memerlukan prioritas
perioritas tinggi maka harus segera dirujukkerumah sakit. Alat angkut penderita
harus memiliki tiga tali pengikatuntuk menjaga posisi penderita tetap aman.
26
6) Longgarkan pakaian yang ketat
7) Periksa perbannya
8) Periksa bidainya
12) Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan penderita dengan cara yang
simpatik
13) Ketika anda merasa bahwa penderita dan ambulans siap diberangkatkan,
27
BAB V
PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI
terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau
persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian
pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal
dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk
rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah
pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit
tetapi muncul setelah pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan.
yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
petugas, tak terkecuali petugas ambulans / awak ambulans saat proses mentransport/merujuk
pasien.
Dengan demikian petugas ambulans ikut berperan aktif dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang sangat Penting untuk melindungi dirirnyasendiri, pasien, dan juga
agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi factor resiko
pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden
terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan, dengan cara :
28
1. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas
pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah
cara penularan)
A. Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan/Handhygiene
4. Pengendalian lingkungan
7. Penempatan pasien
29
9. Praktek menyuntik yang aman
pada pasien gejala/dicurigai terinfeksi atau kolonisasi kuman penyebab infeksi menular
yang dapat ditransmisikan lewat udatra, droplet, kontak kulit atau permukaan
2. kewaspadaan transmisi droplet
3. kewaspadaan transmisi airborne
a. Penempatan pasien :
mencegah HAIs)
b. APD petugas:
1) Sarung tangan bersih non steril, ganti setelah kontak bahan infeksius,
lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
menggunakan antiseptik
c. Transport pasien
30
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan pasien :
b. APD petugas:
c. Transport pasien
a. Penempatan pasien :
5) kohorting
jarak >1 m
mencegah penyebaran
mahal)
9) Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang
31
b. APD petugas:
2) Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius <1m dari pasien,
3) Gaun
4) Goggle
5) Sarung tangan
c. Transport pasien
1) Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat keluar ruangan
Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan petugas saat
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari
seluruh pasien
2. Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien satu lainnya
3. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
5. Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh serta
barang yang terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan.
6. Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang ke lubang
dan obtainer/container pasien lainnya.
32
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah dibersihkan
D. Kebersihan Tangan
tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan
merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan
enam langkah. Dapat memakai antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis
alkohol.
Kapan Mencuci Tangan?
3. Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien
33
12. Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
2. Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan air bersih mengalir dan sabun harus
dilakukan
3. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
4. Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan sabun dan air mengalir
5. Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya mencuci
Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, dan lakukan
sebaliknya
Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan saling menyilang
Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
Langkah 5 : Gosok Ibu Jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan secara memutar,
Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri,
34
E. Dekontaminasi Ambulans
ambulans beserta isinya setelah terpapar cairan tubuh pasien atau pasien dengan penyakit
menular/infeksius
1. Dekontaminasi Rutin
f. Alat-alat yang ada di dalamnya yaitu alat semi kritikal seperti laryngoscope dan
g. Alat-alat non kritikal seperti handle laryngoscope, Cuff tensi meter, stetoscope,
h. Bila ada sisa cairan tubuh pasien, desinfeksi dengan klorin 0,5%.
i. Lepaskan APD.
35
2. Untuk dekontaminasi ambulans setelah digunakan mengantar pasien
a. Siapkan alat: larutan deterjen, larutan klorin 0,05% dan 0,5% cairan disinfektan
e. Bila ada tumpahan darah atau cairan tubuh, serap darah/cairan tubuh dengan
kertas koran/HVS kemudian siram dengan larutan klorin 0,5% dan biarkan
f. Bila cairan tubuh pasien sudah mengering lakukan desinfeksi dengan larutan
klorin 0,5%.
dengan deterjen kemudian lanjutkan dengan larutan klorin 0,05% atau cairan
disinfektan
h. Ganti linen atau cuff tensi meter setiap setelah selesai digunakan.
larutan desinfektan.
udara
l. Cuci tangan
36
F. Penutup
Memutus mata rantai penularan merupakan hal yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan
ketaatan dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dalam Standar Prosedur
Operasional. Adapun cara memutus mata rantai penularan infeksi tersebut adalah dengan
Promosi secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan dapat meningkatkan
daya tahan tubuh. Selanjutnya perlu perlindungan bagi petugas minimal dengan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO). Luka tertusuk Jarum merupakan
bahaya yang sangat nyata dan membutuhkan program manajemen paska pajanan (“Post
infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi
37
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Rumah sakit dari waktu ke waktu selalu meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat pelanggan, namun harus diakui bahwa pelayanan yang berkualitas
tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum.
Pedoman dan program diperlukan untuk lebih memperbaiki proses pelayanan. KTD
bisa terjadi di semua unit rumah sakit dan sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat meningkat dan dapat mengurangi KTD.
Karena dengan terjadinya KTD selain berdampak pada peningkatan biaya pelayanan juga
medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek serta pada akhirnya akan menurunkan
A. Pengertian
Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau Hospital Patient Safety adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
asessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dangan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm ( penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain)
38
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah
Kab Buleleng
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Rumah Sakit
1. Keselamatan
2. Hazard/resiko
Suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat meningkatkan resiko pada
pasien.
3. Harm / cidera
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat
4. Keselamatan pasien
Bebas bagi pasien dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian dan lain lain) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera
39
5. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat
diambil, bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
rencana atau salah dalam menggunakan rencana. Dapat berupa Commision atau
Omision
Adalah pelaporan secara tertulis setiap kejadian tidak diharakan(KTD) atau kejadian
nyaris cidera (KNC) yang menimpa pasien atau kejadian yang menimpa keluarga
pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit dan telah dilakukan
9. Faktor contributor
Adalah keadaan, tindakan atau pengaruh yang berperan dalam meningkatkan resiko
Contoh :
40
a. Faktor kontributor di luar organisasi ( ekternal).
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti ;
D. Pelaporan Insiden
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di Instalasi Rawat Intensif, wajib segera
diharapkan.
formulir laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung (paling
41
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor
bagian/instalasi/unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut :
6. Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
7. Grade hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
8. Grade kuning : investigasi komprhensif/analisis akar masalah (RCA) oleh tim KPRS,
9. Grade merah : investigasi komprehensif/analisis akar masalah (RCA) oleh tim KPRS,
10. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan
11. Tim KPRS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
Regrading.
12. Untuk grade kuning/merah, Tim KPRS akan melakukan analisis akar masalah
(RCA).
13. Setelah melakukan RCA, Tim KPRS akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk safety alert untuk mencegah kejadian
14. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi.
42
15. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait.
16. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
b. Memimpin dan mendukung karyawan membangun komitmen dan fokus yang kuat
bermasalah.
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
43
2. Dalam melaksanakan keselamatan pasien, standar keselamatan pasien harus
a. Hak pasien
pasien.
dan karyawan.
g. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
44
i. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
4. Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Rumah Sakit
awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang memiliki risiko yang lebih tinggi
Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada operasi merupakan hal yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi dirumah sakit, kesalahan ini akibat
dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara tim bedah, kurang
atau tidak melibatkan pasien didalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
45
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
Jumlah kasus jatuh cukup cukup bermakna sebagai cidera pasien rawat inap
sehingga Rumah Sakit Umum Daerah Kab Buleleng melakukan evaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cidera bila
sampai jatuh.
46
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian kerja
petugas.
B. Tujuan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, atau radiasi, suara atau
getaran.
8. Mencegah atau mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
10. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses
kerja.
47
11. Mengamankan dan memperlancarkan pengangkutan orang, barang, binatang dan
tanaman.
penyimpanan.
1. Pengendalian teknik mencakup letak, bentuk, dan konstruksi alat sesuai dengan
2. Ruangan cukup luas, denah sesuai alur kerja dibuat dari bahan atau konstruksi
memenuhi syarat.
5. Ada tempat yang digunakan oleh perawat yang bertugas dan ruang untuk pimpinan.
7. Ada ruangan yang digunakan untuk istirahat, makan, dan ganti pakaian
8. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai jam kerja yang ditetapkan dan
9. Perawatan peralatan dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi
layak pakai.
11. Adanya alat pelindung pertolongan pertama, alat petunjuk penggunaan alat
48
12. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
49
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu harus harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari pasien
Rumah Sakit Umum Kab Buleleng mengacu keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 /
Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah dan Peraturan Bupati
no 23 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
NUMERATOR
INDIKATOR STANDAR
NO DENOMINATOR
Ketersediaan ambulanss dan
Ketersediaan pelayanan N
1 mobil jenasah 24 jam
ambulanss dan mobil jenazah
D 1
Tenaga yang memberikan Supir
N pelayanan ambulanss dan ambulanss/mob
Penyedia pelayanan mobil jenazah il jenasah yang
2
ambulanss dan mobil jenazah mendapat
D 1 pelatihan supir
ambulanss
Mobil
Ketersediaan ambulanss dan
Ketersediaan mobil N ambulanss
3 mobil jenasah
ambulanss dan mobil jenasah terpisah dari
D 1 mobil jenazah
Jumlah kumulatif waktu
kecepatan pemberian
N
Kecepatan memberikan pelayanan ambulanss/mobil
4 pelayanan ambulanss /mobil jenazah dalam satu bulan ≤ 30menit
jenazahdi RS Jumlah seluruh permintaan
D ambulanss/mobil jenazah
dalam satu bulan
5 Waktu tanggap memberikan N Jumlah kumulatif waktu ≤ 30menit
pelayanan ambulanss/mobil tanggap pelayanan
jenazah RS ambulanss/mobil jenazah
dalam satu bulan
50
Jumlah seluruh permintaan
D ambulanss/mobil jenasah
dalam satu bulan
Jumlah seluruh pelayanan
ambulanss dikurangi jumlah
Tidak terjadinya kecelakaan kejadian kecelakaan pelayanan
N
ambulanss/mobil jenazah ambulanss yang berakibat
6 100%
yang menyebabkab kecacatan kematian/kecacatan dalam
atau kematian satu bulan
Jumlah seluruh pelayanan
D
ambulanss dalam satu bulan
Jumlah kumulatif hasil
N penilaian kepuasan pasien
7 Kepuasan pelanggan disurvei (dalam persen) ≥ 80%
Jumlah seluruh pasien yang
D
disurvei (n minimal 50)
1. Batasan operasional :
yang dirasakan pasien/ keluarga pasien yang menerima sebuah jasa layanan
baik dengan menggunakan media komunikasi baik secara langsung (tatap muka)
lingkungan RSUD Kabupaten Buleleng yang memiliki tugas dan fungsi yang
51
2. Prosedur
tempat tugas;
keluhannya;
d. Petugas ambulans/ supir mencatat pada Nota Komplain dan memberikan KIE
akar masalah;
52
m. Kasubag SIMRS, Pemasaran dan Humas melaksanakan kebijakan Direktur dan
53
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan ambulans RSUD Kab. Buleleng ini mempunyai peranan yang
penting sebagai acuanbagi petugas ambulans di RSUD Kab. Buleleng untuk dapat
memberikan pelayanan transportasi pasien secara cepat dan tepat dengan selalu
pasien.
54