Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

TRANSPORTASI
AMBULANCE

RSU AGHISNA MEDIKA KROYA


CILACAP
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) berlangsung sebelum pasien tiba di
RS, saat berada di RS dan sampai pasien pulang dari RS. Pelayanan di luar RS salah
satunya adalah dengan pelayanan transportasi pasien menggunakan ambulance.
Pelayanan transportasi pasien dengan menggunakan ambulance ditujukan agar
kebutuhan pasien saat itu dapat terpenuhi dengan baik. Operasional pelayanan
ambulance dilakukan oleh Instalasi Gawat Darurat (IGD), namun karena pelayanan
ambulance bukan hanya bagi pasien IGD saja, maka dibutuhkan suatu panduan
pelayanan ambulance yang baik agar pelayanan terhadap pasien berlangsung dengan
aman tanpa memperberat keadaan. Transportasi pasien sangat penting bagi prioritas
keselamatan pasien menuju rumah sakit atau sarana yang memadai, maka dari itu
dibutuhkan peralatan yang menunjang untuk pasien serta koordinasi yang terjalin antara
perawat dan dokter mengenai situasi medis pasien.
Adapun fasilitas yang digunakan dalam transportasi ambulance pada Rumah
Sakit digunakan untuk mencapai target dalam pengembangan transportasi
kegawatdaruratan. Transportasi ambulance yang memenuhi standar didalamnya
difasilitasi oleh ventilator portable, oksigen portable, incubator portable, suction
portable serta tenaga medis dan paramedic yang handal yang sudah memiliki sertifikat
seperti (BLS, BTCLS, BCLS, ATCLS). Serta tidak melupakan tenaga driver yang
sudah mengikuti pelatihan BLS serta defensive driving for ambulance.

B. Tujuan
1. Pasien mendapatkan pelayanan transportasi dengan ambulance sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Pasien mendapatkan pelayanan medis dengan safety dan nyaman.
BAB II
DEFINISI

Ambulance merupakan suatu sarana kesehatan yang dibuat sedemikian rupa


guna mentrasport pasien sakit atau cedera. Pelayanan ambulance merupakan layanan
medis yang ditujukan kepada pasien guna melakukan transportasi pasien baik sebelum
mendapatkan penanganan di Rumah Sakit maupun pada saat perpindahan dari suatu
fasilitas pelayanan kesehatan ke tempat lainnya.
Pelayanan darurat medis adalah jenis layanan darurat yang didedikasikan untuk
menyediakan perawatan medis akut dan atau transportasi ke perawatan definitif di
rumah sakit, untuk pasien dengan penyakit akut dan cedera. Menjemput pasien
merupakan suatu kegiatan menjemput orang sakit yang mengalami kegawatdaruratan
medis di luar rumah sakit, untuk dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan fasilitas
ambulance beserta dokter dan perawat guna mendapatkan pelayanan kesehatan.
Merujuk pasien merupakan suatu kegiatan memindahkan layanan perawatan pasien ke
rumah sakit lain dengan alasan pasien memerlukan fasilitas pemeriksaan yang lebih
memadai dan memerlukan perawatan lanjutan.
Ambulance dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ambulance darat seperti kereta
api, kendaraan roda empat. Ambulance udara seperti helikopter dan ambulance air.
Menurut SK MENKES No. 0152/ Yan Med/RSKS/1987, Kendaraan pelayanan medis
dibedakan menjadi lima, yaitu ambulance gawat darurat, ambulance RS lapangan,
ambulance pelayanan medik bergerak, ambulance transportasi, dan ambulance jenazah.
BAB III
RUANG LINGKUP

Sasaran pelayanan ambulance meliputi :


1. Pasien Rawat Rumah Sakit Umum Aghisna Medika
Pasien yang memerlukan perawatan tapi tidak bisa dilakukan rawat inap dan di
perlukan untuk dirujuk, karena tempat rawat inap di Rumah Sakit Umum aghisna medika
kroya penuh, fasilitas kurang memadai, dokter konsulen tidak ada, dan atas permintaan
pasien atau keluarganya.
2. Tim ambulance :
a. Dokter
Pelayanan ambulance darurat medis akan dipimpin oleh seorang dokter yang telah
memiliki sertifikat ACLS atau ATLS.
b. Perawat :
Pelayanan ambulance transportasi dan darurat medis didampingi oleh perawat
bersertifikat BHD dan atau ACLS
c. Pengemudi
Mobil Ambulance untuk pelayanan transportasi maupun darurat medis dikemudikan oleh
petugas pengemudi yang memiliki SIM khusus (B1) dan sertifikat BHD.

Mobil Ambulance Rumah Sakit Umum Pesanggrahan telah dilengkapi dengan :


1. Pemeriksaan KIR
2. STNK
3. Nama Layanan pada Kedua Sisi
4. Ban dalam Kondisi Baik
5. Pintu dalam Kondisi Diterima
6. Sirene
7. Lampu Rotator
8. Peralatan Komunikasi (HP)
9. Selimut, Bantal
10. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dll)
11. Alat medis darurat
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Ambulance Rumah Sakit Umum aghisna medika kroya sudah bisa digunakan untuk
menjemput pasien dari rumah dan mengantar pasien pulang dikarenakan armada yang
cukup.
B. Merujuk Pasien
Cara kerja :
1. Dokter jaga IGD menjelaskan kepada pasien/keluarga pasien alasan pasien di
rujuk.
2. Dokter jaga IGD memberitahu kepada perawat bahwa pasien akan di rujuk dan
membuat surat rujukan.
3. Dokter jaga IGD membuat surat rujukan dan melengkapi dengan hasil
pemeriksaan laboratorium, rontgen dan lain-lain jika pasien dilakukan
pemeriksaan tersebut.
4. Perawat menghubungi rumah sakit rujukan dan dokter berkewajiban
menerangkan kondisi serta therapi yang telah diterima pasien kepada rumah
sakit rujukan yang di tuju pada kondisi tertentu, dokter menyerahkan surat
rujukan kepada keluarga pasien untuk diserahkan kepada rumah sakit rujukan.
5. Pasien yang di rujuk dengan menggunakan ambulance harus ditemani oleh
minimal satu orang perawat dan satu orang dokter, dan pasien dalam keadaan
stabil serta transportable.
6. Perawat mempersiapkan alat-alat live saving standar dalam tas ambulance.
7. Apabila tempat pada rumah sakit rujukan telah tersedia, perawat meminta
keluarga untuk menyelesaikan administrasi selama di IGD Rumah Sakit Umum
Aghisna Medika .
8. Perawat yang mengantar ke rumah sakit rujukan melakukan serah terima dengan
petugas rumah sakit rujukan
9. Selama diperjalanan dilakukan monitoring :
a. Mengukur tekanan darah, nadi dan pernafasan.
b. Memindahkan pasien dari brankar ke brankar ambulance.

c. Merapikan posisi pasien.


d. Membawa ke ambulance.

e. Pasang O2 sesuai dengan kebutuhan.

f. Gantungkan infus bila terpasang.


g. Hitung kebutuhan infus sesuai kebutuhan.

h. Dokter duduk disamping kanan kepala pasien bila dalam ambulance ada
tempat duduk dibagian kepala pasien, dokter duduk di bagian kepala pasien.
i. Perawat duduk disebelah kanan pasien.

j. Keluarga duduk didepan bersama pengemudi.

k. Observasi TD, nadi pernafasan dan kesadaran dalam perjalanan.

l. Dokumentasikan semua hal, observasi dan tindakan dalam perjalanan.

m. Sesampainya kembali ke Rumah Sakit Umum Pesanggrahan, perawat yang


mengantar wajib melaporkan kondisi pada saat merujuk dan melakukan
pencatatan di buku laporan perawat.
BAB V
PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN
TRANSPORTASI AMBULANCE GAWAT DARURAT

A. Syarat Pengemudi Ambulance


Untuk menjadi seorang pengemudi ambulance yang aman, maka diperlukan syarat
sebagai berikut :

1. Sehat secara fisik.


2. Pengemudi Ambulance tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
dalam mengoperasikan ambulance, tidak juga kondisi medis yang mengganggu
saat mengemudi.
3. Sehat secara mental.
4. Emosi terkontrol.
5. Mengemudikan ambulance bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar
memainkan lampu dan sirine.
6. Bisa mengemudi di bawah tekanan
7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi
jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi
berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk
pengemudi lain tanpa harus marah.
9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang
seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang
lainnya.
10. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
11. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri pengemudi
terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.

B. Aturan Ambulance Gawat Darurat di Jalan Raya

Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan


emergensi. Pengemudi ambulance umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir,
larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga
menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulance mengemudikan
kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap
membayar konsekuensinya - bisa berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan
ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan
pengoperasian ambulance :

1. Pengemudi ambulance harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.

2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulance untuk tidak mematuhi


peraturan ketika ambulance digunakan untuk respon emergency atau untuk
transportasi pasien darurat. Ketika ambulance tidak dalam respon emergency,
maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga
berlaku untuk ambulance.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulance kebal terhadap peraturan terutama jika
mengemudikan ambulance dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan
orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan
alat-alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi
untuk:

a. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau


membahayakan nyawa orang lain.
b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan
pengemudi ambulance untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu
melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi
untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak
membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
d. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi
sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang
membahayakan nyawa dan harta benda.
e. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah
tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.

Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulance, sebagian besar peraturan perundangan-


undangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal penting.
Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama mengemudi? Dan
apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat ?.

C. Menggunakan Alat-alat Peringatan


Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan
kendaraan secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain
bisa saja tidak melihat atau mendengar suara ambulance hingga berada dalam jarak 50
sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan
aman jika sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine.
Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek
ambulance dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan
efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam
ambulance, maupun pengemudi ambulance itu sendiri. Di bawah ini beberapa aturan
penggunaan sirine ambulance gawat darurat.

1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan
jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus menerus
dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk
jika mulai timbul stress. Pengemudi kendaraan bermotor
2. Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulance jika sirine terlalu sering
dinyalakan. Beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulance seringkali
menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-emergensi.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa
semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda. Adanya
bangunan, pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi
suara sirine.
4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi
menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa berhenti
tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan
di depan Anda.
6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti
orang lain.

Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulance. Pengemudi yang


berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka jalur
lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk penggunaan
klakson.
Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulance berada di jalan, siang ataupun
malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang
kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulance berada pada keadaan emergensi
untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian
maupun transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan. Kendaraan
harus bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat.

D. Kecepatan dan Keselamatan


1. Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti, sehingga
dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Peraturan di beberapa negara
mungkin memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan
emergensi yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain.
Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda
berhenti, dan peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jangan lupa untuk
selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan peringatan, hindari menikung
tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah. Pastikan bahwa pengemudi
ambulance dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulance
sedang berjalan.
E. Mencari Jalur Alternatif
Jika diperkirakan bahwa ambulance akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi
ambulance harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif atau meminta pengiriman
ambulance lain.

Anda mungkin juga menyukai