Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

PELAYANAN AMBULANS
RS MARDI RAHAYU KUDUS

RS MARDI RAHAYU
JL. AKBP R AGIL KUSUMADYA 110 KUDUS 59346
Telp (0291) 438234, 088802530101 Fax (0291) 434711
Email : mardirahayu@gmail.com
2013
PANDUAN PELAYANAN AMBULANS
RS MARDI RAHAYU KUDUS

I. LATAR BELAKANG
Proses transfer pasien dari atau ke rumah sakit membutuhkan pelayanan
transportasi khusus. Kendaraan yang dirancang khusus untuk pengangkutan
orang sakit dikenal dengan ambulans. Ambulans dapat berupa kendaraan apa saja
yang di dalamnya dirancang untuk pelayanan pasien selama dalam perjalanan.
Pada ambulance awal adalah dua roda gerobak digunakan untuk membawa
prajurit sakit atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri. Kata ambulance
berasal dari bahasa Latin, yaitu ambulare, yang berarti berjalan atau bergerak.
Ambulance pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas
medis yang dikembangkan di akhir1700-an di Perancis oleh Dominique-Jean
Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Napoleon. Larrey mencatat bahwa butuh
waktu hampir satu hari penuh untuk tentara yang terluka harus dibawa ke rumah
sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar dari mereka meninggal pada saat itu.
Untuk memberikan bantuan lebih cepat dan menyediakan transportasi cepat,
dirancanglah kereta yang ditarik kuda - dikelola oleh petugas medis dan asisten
dengan ruang untuk beberapa pasien dengan tandu.
Korp ambulance pertama militer di Amerika Serikat diselenggarakan pada
tahun 1862 selama Perang Sipil sebagai bagian dari pasukan Uni. Layanan
ambulance pertama sipil di Amerika Serikat diselenggarakan tiga tahun
kemudian oleh Cincinnati Commercial Rumah Sakit. Kebanyakan ambulance
awal hanya ditujukan untuk transportasi pasien.
Perubahan dramatis terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1966,
diantaranya banyak standar tindakan baru menetapkan persyaratan untuk desain
ambulance dan perawatan gawat darurat. Hingga saat ini, ambulance mengalami
perkembangan yang pesat, dari yang sederhana dengan Basic Life Support
sampai Advanced Life Support. Ambulance dapat dioperasikan oleh perusahaan
swasta, rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, atau lembaga lain.
Emergency Medical Service (ambulance gawat darurat Amerika Serikat)
yang diikuti oleh beberapa negara mempunyai lambang Star of Life. The Star of
Life didesain oleh Leo R. Schwartz kepala bagian EMS pada National Highway
Traffic Safety Administration (NHTSA) saat itu. Diadopsi dari lambang
American Medical Association (AMA), lambang ini menggunakan palang enam
yang kemudian dipatenkan sebagai lambang EMS pada 1 Februari 1977. 6 palang
biru mengambarkan 6 point fungsi dari Emergency Medical Services atau EMS
yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Detection 2. Reporting 3. Response 4.
On Scene Care 5. Care in Transit 6. Transfer to Definitive Care, Ular dan
tongkat pada lambang ini mengambarkan tongkat dewa Asculapius, yang
menurut mitologi Yunani ia merupakan dewa penyembuh dan putra Apollo. Di
Indonesia lambang ini mulai populer setelah menggunakan sistem
penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT).
EMS selain dikenal dokter, perawat darurat, paramedis ambulance dikenal
juga first responder. First Responder adalah orang awam dilatih khsusus
pertolongan pertama tingkat lanjut (kemampuan hampir menyamai paramedis
ambulance). Di Indonesia First Responder sudah masuk dibawa oleh Basarnas,
AGD 118 dan PMI dengan nama Medical First Responder.

II. DEFINISI AMBULANCE


Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut
orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Kebanyakan
ambulance adalah kendaraan bermotor meskipun helicopter, pesawat terbang,
dan perahu juga dapat digunakan. Interior ambulance memiliki ruang untuk satu
atau lebih pasien ditambah beberapa personel gawat darurat medis. Ambulance
berisi berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk memberi
pertolongan kepada pasien saat ditempat maupun dalam perjalanan.

III. TUJUAN
Umum
1. Meningkatkan keselamatan pasien selama proses transportasi
2. Mengurangi insiden keselamatan pasien selama proses transportasi
3. Menghindarkan kejadian sentinel selama proses transportasi
Khusus
1. Sebagai acuan pelayanan ambulans bagi pasien ke atau dari RS Mardi
Rahayu Kudus
2. Sebagai acuan operasional mobil ambulans

IV. RUANG LINGKUP


A. Pelayanan ambulans bagi pasien
1. Jenis-jenis pelayanan ambulans
2. Standar alat, obat dan bahan habis pakai dalam ambulans
3. Persyaratan petugas ambulans
4. Tatalaksana permintaan pelayanan ambulans
5. Biaya pelayanan ambulans
6. Tatalaksana penyelenggaraan pelayanan ambulans
B. Operasional mobil ambulans
1. Persyaratan teknis mobil ambulans
2. Perawatan harian mobil ambulans
3. Persyaratan pengemudi ambulans
4. Tatalaksana mengemudi ambulans

V. TATALAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan ambulans bagi pasien
1. Jenis-jenis pelayanan ambulans
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 143/Menkes-kesos/SK/II/2001
tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik, ada beberapa jenis
kendaraan transportasi pasien/ambulans, yaitu :
a. Ambulans transportasi
b. Ambulans gawat darurat
c. Ambulans rumah sakit lapangan
d. Ambulans pelayanan medik bergerak
e. Kereta jenazah
f. Ambulans udara
RS Mardi Rahayu menyelenggarakan beberapa jenis layanan kendaraan
transportasi pasien/ambulans, antara lain :
a. Ambulans Jemputan UGD ( Ambulans Transportasi )
merupakan layanan ambulans transportasi khusus untuk penjemputan
pasien gawat darurat yang berada di wilayah Kabupaten Kudus untuk
menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Mardi Rahayu.
b. Ambulans Transport Umum ( Ambulans Transportasi )
adalah layanan ambulans transportasi umum untuk mengantar maupun
menjemput pasien dalam kondisi stabil dari atau ke RS Mardi Rahayu.
c. Ambulans Emergensi
merupakan layanan ambulans khusus pasien gawat darurat yang
membutuhkan bantuan hidup lanjut dan pengawasan intensif dari atau
ke RS Mardi Rahayu.
d. Ambulans Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Ambulans Pelayanan
Medik Bergerak)
merupakan layanan ambulans dalam rangka pelayanan kesehatan
masyarakat oleh RS Mardi Rahayu.
e. Ambulans Jenasah ( Kereta jenasah )
adalah layanan ambulans khusus untuk pengantaran jenasah.
2. Standar alat, obat dan bahan habis pakai dalam ambulans
a. Bantuan hidup dasar
Alat :
resuscitator dewasa, anak, bayi
Obat :
-
Bahan habis pakai :
 Selang sambungan resuscitator
 Tabung oksigen transport penuh
b.Bantuan hidup lanjut
Alat :
 Resuscitator dewasa, anak, bayi
 Monitor
 Defibrilator
 Ventilator mobile
 Pulse oksimeter
 Laringoskop
 Syringe pump 2 buah
Obat :
 Adrenalin 1 box (100 ampul)
 Sulfas atropine 12 ampul
 Lidokain 2% 4 ampul
 Vascon 1 ampul
 Dopamine 1 ampul
 Dobutamine 1 ampul
 Midazolam 15 mg 1 ampul
 Diazepam 10 mg 3 ampul
Bahan habis pakai :
 Selang sambungan resuscitator
 Tabung oksigen transport penuh
 Set infus 2 buah
 Set Transfusi 1 buah
 Kateter intra vena @2 buah (ukuran 18 s.d. 24)
 Port sambungan infus 2 buah
 Masker NRM 1 buah
 Selang oksigen nasal 1 buah
 Spuit 20 cc 2 buah
 Spuit 10 cc 3 buah
 Spuit 5 cc 3 buah
 Spuit 3 cc 5 buah
 Cairan elektrolit (Ringer laktat 5 buah, NaCl 2 buah, Koloid 2
buah)
c. Bantuan sistem organ
Sesuai bantuan hidup lanjut dengan persiapan bantuan sistem organ
yang sesuai atas instruksi dokter penanggung jawab pelayanan/dokter
yang mendampingi transfer.
3. Persyaratan petugas ambulans
Ketentuan petugas ambulans:
a) Petugas untuk Ambulans Jemputan UGD terdiri dari :
1 (satu) sopir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
1 (satu) perawat/bidan UGD dengan kemampuan PPGD
b) Petugas untuk Ambulans Transport Umum terdiri dari :
1 (satu) sopir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
1 (satu) atau 2 (dua) perawat dengan kemampuan PPGD
c) Petugas untuk Ambulans Emergensi terdiri dari :
1 (satu) sopir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
1 (satu) atau 2 (dua) perawat dengan kemampuan PPGD dan Bantuan
Hidup Lanjut (Advanced Life Support), dengan/tanpa 1 (satu) dokter
berkemampuan PPGD/ATLS/ACLS.
d) Petugas untuk Ambulans Pelayanan Kesehatan Masyarakat terdiri dari
:
1 (satu) sopir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
Dokter/perawat atau tenaga kesehatan lain sesuai tujuan dari
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
e) Petugas untuk Ambulans Jenasah terdiri dari :
1 (satu) sopir
1 (satu)/lebih petugas pengawal sesuai dengan kebutuhan
4. Tatalaksana permintaan pelayanan ambulans
a. Dari luar RS
1) Ambulans jemputan
a) Pasien/keluarga pasien menghubungi nomor hotline ambulans
jemputan.
b) Petugas ambulans akan merespon balik.
c) Perawat penjemput akan melakukan skrining dan triase pasien
untuk perlengkapan yang diperlukan dalam penjemputan.
2) Ambulans transportasi/emergensi
a) Fasilitas kesehatan lain menghubungi Bagian Informasi RS
Mardi Rahayu.
b) Petugas akan melakukan skrining dan triase pasien untuk
menentukan jenis ambulans yang diperlukan. Apabila ada
keraguan, petugas dapat minta bantuan dokter jaga atau
menyarankan penggunaan ambulans emergensi.
3) Ambulans jenasah
Keluarga pasien/fasilitas kesehatan lain menghubungi Bagian
Informasi RS Mardi Rahayu.
4) Ambulans pelayanan kesehatan masyarakat
Instansi lain membuat permintaan tertulis untuk penggunaan
ambulans pelayanan kesehatan masyarakat ke Direktur Utama.
b. Dari dalam RS
Petugas ruangan meminta jenis ambulans yang sesuai ke Bagian
Informasi RS Mardi Rahayu.
5. Biaya pelayanan ambulans
Biaya pelayanan ambulans diatur dalam Buku Tarif RS Mardi Rahayu,
kecuali ambulans pelayanan kesehatan masyarakat berdasarkan negosiasi
peminat dengan manajemen RS Mardi Rahayu.
6. Tatalaksana penyelenggaraan pelayanan ambulans
a. Persiapan mobil ambulans
1) Memastikan fasilitas kesehatan yang dituju dapat menerima pasien
yang ditransportasi.
2) Memastikan kondisi ambulans siap untuk pelayanan.
3) Memastikan peralatan dalam ambulans dan perawat pendamping
siap.
4) Memastikan pasien dan berkas rujukan siap
b. Serah terima perawat ruangan ke perawat pendamping
Perawat ruangan melakukan serah terima pasien, berkas pasien dan
rencana pelayanan dan pengawasan selama transportasi ke perawat
pendamping.
c. Pemindahan pasien ke dalam ambulans
1) Memastikan keadaan umum pasien siap ditransportasi.
2) Memindahkan pasien ke brankart ambulans dengan cara yang
sesuai dengan kondisi pasien untuk mencegah cedera lebih lanjut
baik bagi pasien maupun petugas.
3) Memasukkan brankart ke ambulans.
4) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin di dalam ambulans.
5) Petugas mengambil posisi sesuai tugasnya, supir ambulans di
kursi pengemudi.
d. Pengawasan pasien selama di dalam ambulans
1) Perawat pendamping mempertahankan pasien agar dalam kondisi
stabil.
2) Perawat pendamping melakukan pencatatan kondisi pasien dan
semua tindakan yang dikerjakan selama transportasi.
3) Perawat pendamping mengambil tindakan yang dianggap perlu
untuk mengatasi kegawatdaruratan selama transportasi.
e. Serah terima perawat pendamping ke perawat penerima pasien
1) Perawat pendamping melakukan serah terima pasien, berkas
pasien dan menyampaikan perkembangan pasien dan tindakan
yang dilakukan selama transportasi ke perawat pendamping.
2) Perkembangan dan tindakan yang perlu diketahui rumah sakit
penerima rujukan ditambahkan dalam lembar rujukan dan
ditandatangani oleh perawat pendamping.
f. Perawatan mobil ambulans paska penggunaan
1) Supir ambulans berkewajiban membersihkan mobil dan
perlengkapannya setelah penggunaan.
2) Perawat pendamping berkewajiban merapikan dan membersihkan
peralatan medis dalam ambulans setelah penggunaan secara
aseptik.
3) Supir ambulans memastikan ambulans siap dipakai kembali.

B. Operasional mobil ambulans


1. Persyaratan teknis mobil ambulans
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
b. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/
emergency/Ambulans, disamping kanan dan kiri tertulis : Ambulans
c. Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang
pengemudi
d. Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas
e. Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
f. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
g. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
h. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu, Tandu
dapat dilipat
i. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak
untuk melakukan tindakan
j. Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita
k. Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
l. Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakan
m. Meja yang dapat dilipat
n. Lemari obat dan peralatan
o. Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
p. Sirine dua nada
q. Lampu rotator warna merah
r. Radio komunikasi atau telepon genggam di ruang kemudi
s. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
2. Perawatan harian mobil ambulans
a. Pemeriksaan Ambulans (mesin mati)
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan
ketika ambulans berada di pangkalan :
1) Periksa seluruh badan kendaraan ambulans, cari kerusakan yang
dapat mempengaruhi jalannya pengoperasian yang aman
2) Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek roda dan
bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan untuk
memastikan semua ban mengembang dengan tekanan tepat
3) Periksa spion dan jendela, pastikan spion bersih dan diposisikan
dengan tepat sehingga didapatkan lapang pandang maksimum
4) Periksa fungsi setiap pintu dan kunci
5) Periksa bagian-bagian sistem pendingin. Periksa jumlah
freon/bahan pendingin. Periksa selang pipa sistem pendingin dari
kebocoran atau keretakan
6) Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk oli mesin, oli rem,
pelumas setir, air radiator, air pump, dan air aki
7) Periksa aki. Jika jenisnya aki basah yang bisa diisi ulang, periksa
jumlah cairannya. Jika aki tipenya aki kering, nilai keadaannya
dengan memeriksa portal indikator. Periksa kekencangan
hubungan antar kabel dan tanda-tanda korosi
8) Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk
dashboard dan periksa adanya kerusakan
9) Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap
jendela bersih
10) Tes fungsi klakson
11) Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum
12) Periksa sabuk pengaman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik
setiap sabuk dari gulungannya untuk memastikan bahwa
mekanisme retraktor bekerja dengan baik
13) Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa
mengendalikan setir dan pedal dengan optimal
14) Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali
pemakaian ambulans dengan memperhatikan indikator tangki
bahan bakar.
b. Pemeriksaan Ambulans (mesin menyala)
Menyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan
selanjutnya. Mengeluarkan ambulans dari ruangan garasi jika mesin
mengeluarkan asap yang mungkin bisa menjadi masalah. Set rem
parkir, pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta bantuan
mengganjal roda sebelum melakukan tahapan berikut :
1) Tes fungsi indikator yang terletak di dashboard untuk melihat
apakah lampu indikator dapat menyala dengan baik untuk
menunjukkan adanya kemungkinan masalah yang terjadi pada
tekanan oli, suhu mesin, atau sistem elektrik ambulans lainnya.
2) Periksa panel dan inikator yang terletak di dashboard untuk
pengoperasian ambulans yang optimal.
3) Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem
sudah tepat atau berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika
dibutuhkan.
4) Tes fungsi rem parkir (rem tangan). Pindahkan perseneling ke
posisi mengemudi. Pindahkan kembali perseneling ke posisi
parkir segera setelah memastikan bahwa rem parkir berfungsi
dengan baik
5) Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah
6) Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat
pencucinya (washer). Kaca harus bisa disapu bersih setiap kali alat
penyapu digerakkan
7) Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulans,
memeriksa fungsi setiap lampu kilat (flashing light) dan lampu
putar (revolving light)
8) Tes fungsi lampu ambulans lainnya. Pada kesempatan ini periksa
lampu depan (sinar jauh dan dekat), nyalakan lampu sinyal/weser
(signal light), lampu kilat perempatan (four wayflasher), lampu
rem (brake light), lampu samping (side light) dan lampu belakang
(rearlight) untuk penerangan tempat kejadian
9) Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di
kompartemen pengemudi maupun kompateman pasien. Lakukan
juga pemeriksaan alat isap(suction) on-board pada kesempatan ini
jika mesin sedang menyala
10) Periksa cairan perseneling
11) Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portabel
serta alat komunikasi radio telepon lain.
c. Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen
pasien.
Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen pasien,
perlengkapan life support. Pastikan bahwa telah dilakukan
pemeriksaan atas setiap peralatan yang harus dibawa dalam ambulans,
dengan mencatat setiap temuan pada laporan pemeriksaan.
Peralatan tersebut tidak sekedar diidentifikasi, namun harus diperiksa
pula kelengkapan ,keadaan, dan fungsinya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi:
1) Periksa tekanan tabung oksigen
2) Pompa bidai udara dan periksa apakah ada kebocoran
3) Pastikan semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi
dengan baik
4) Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat
5) Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan bahwa
setrum aki berfungsi dengan baik
6) Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrilator eksterna otomatis
(AED ) membutuhkan pemeriksaan tambahan
7) Melengkapi laporan pemeriksaan dan memperbaiki segala
kekurangan. Mengganti barang-barang yang hilang. Pastikan
bagian kendaraan mengetahui adanya kekurangan yang tidak bisa
anda perbaiki langsung
8) Di akhir pemeriksaan, bersihkan unit ambulans untuk
mengendalikan kemungkinan adanya infeksi dan untuk
memperbaiki tampilan.
3. Persyaratan pengemudi ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman :
a. Sehat secara fisik. Tidak boleh memiliki kelainan yang dapat
menghambat dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi
medis yang mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental. Emosi terkontrol. Mengemudikan ambulans
bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan
sirine.
c. Dapat mengemudi di bawah tekanan.
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang
pengemudi , namun tidak terlalu percaya diri dengan menantang
resiko.
e. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang
akan bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergency. Terima
dan toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan
terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti
antihistamin dan obat penenang lainnya.
g. Mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM) golongan ”B” yang masih
berlaku.
h. Mempunyai Sertifikat ketrampilan dan pengetahuan tentang
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dan mempunyai
kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
i. Memakai kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
j. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri
terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
4. Tatalaksana mengemudi ambulans
a. Tata Tertib Berkendara
1) Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan
lampu rotator. Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator
dan lampu jalan yang dihidupkan. ( Sirine di gunakan agar
pengguna jalan berhati – hati , memberi ruang dan jarak serta
prioritas jalan kepada kendaraan yang menggunakan sirine)
2) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
3) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di
jalan bebas hambatan
4) Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas..
b. Aturan ambulans transport & emergency di jalan raya
Beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans :
1) Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi (SIM
golongan B) yang sah dan harus menyelesaikan program pelatihan
PPGD.
2) Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk
tidak mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk
respon emergency atau untuk transportasi pasien darurat. Ketika
ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang
berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga
berlaku untuk ambulans.
3) Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal
tersebut tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap
peraturan terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh
atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
4) Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika
pengemudi menggunakan alat-alat peringatan (warning devices)
dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5) Pengemudi kendaraan Ambulans emergency diperbolehkan untuk:
 Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak
milik atau membahayakan nyawa orang lain.
 Melewati lampu merah dan tanda berhenti. ( pengemudi
ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu
melintas dengan hati-hati. atau memperlambat laju kendaraan
dan melintas dengan hati-hati )
 Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan
selama tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
 Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului
setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman,
dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta
benda.
 Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan
berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan
peringatan yang tepat.

VI. PENCATATAN DAN PELAPORAN


A. Operasional ambulans
1. Pencatatan nama petugas yang berangkat, jam berangkat dan jam kembali,
tujuan ambulans, kilometer awal dan kilometer akhir.
2. Catatan dimintakan tandatangan kepada petugas yang berwenang dan
diserahkan ke kasir.
B. Pengawasan pasien selama transportasi
1. Pengawasan pasien dengan catatan medik khusus transportasi pasien oleh
dokter/perawat yang bertugas.
2. Catatan medik selama perjalanan dikembalikan ke Divisi Rekam Medik
dan disimpan dalam catatan medik pasien.
VII. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
A. Pelayanan ambulans bagi pasien
1. SPO Pemesanan ambulans
2. SPO Pengawasan pasien selama transportasi dalam ambulans
3. SPO Pengisian rekam medik pengawasan dalam ambulans
4. SPO Bantuan Hidup Dasar
5. SPO Bantuan Hidup Lanjut
6. SPO Penggunaan Defibrilator
7. SPO Penggunaan Ventilator Mobile
8. SPO Penggunaan Suction
9. SPO Menyuntik Pasien
10. Dll. semua aktivitas di ambulans….minta ke ugd dan perawatan
B. Operasional mobil ambulans
1. SPO Perawatan ambulans harian
2. SPO Pemeriksaan ambulans saat mesin mati
3. SPO Pemeriksaan ambulans saat mesin menyala
4. Dll. semua aktivitas operasional ambulans

VIII. PENUTUP
Panduan Pelayanan Ambulans RS Mardi Rahayu diharapkan dapat
menjadi acuan dalam pelayanan ambulans bagi pasien yang membutuhkan sesuai
dengan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA :

1. Undang – Undang Lalu Lintas & Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009
2. Kepmenkes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
3. Kepmenkes No. 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
4. Blog. AMBULANS ( Prosedur Tetap Pelayanan, Kriteria dan
Persyaratan ). Diambil dari http://www.scribd.com/doc/72893690/ Ambulans-
Emergency pada tanggal 8 September 2013
5. Blog. Standar Fisik Kelengkapan Ambulans Gawat Darurat Medik. Diambil dari
http://www.scribd.com/doc/48200911/Persyaratan-Ambulans. pada tanggal 8
September 2013

Anda mungkin juga menyukai